Mohon tunggu...
salsabila nurfatimahtuzzahra
salsabila nurfatimahtuzzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Universitas Lambung Mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perhitungan LQ dan SS di Wilayah Kabupaten Banjar Tahun 2023

2 November 2024   06:57 Diperbarui: 2 November 2024   07:12 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  • PENDAHULUAN

Analisis ekonomi suatu wilayah bertujuan untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan yang berpotensi menggerakkan perekonomian daerah. Metode Location Quotient (LQ) dan Shift Share (SS) merupakan dua pendekatan yang umum digunakan untuk memahami kontribusi dan pertumbuhan sektor-sektor tertentu dalam suatu wilayah.

Kabupaten Banjar memiliki potensi ekonomi yang beragam, terutama di sektor-sektor seperti pertanian, industri, dan perdagangan. Metode Location Quotient (LQ) berguna untuk melihat tingkat konsentrasi suatu sektor dalam perekonomian daerah, sementara metode Shift Share (SS) digunakan untuk mengidentifikasi perubahan dalam kontribusi sektor tersebut dari waktu ke waktu. Dengan melakukan analisis LQ dan SS, dapat diperoleh gambaran mengenai sektor-sektor mana saja yang memiliki potensi unggulan atau perlu mendapatkan perhatian lebih untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar.

  • TUJUAN

Tujuan dari perhitungan Location Quotient (LQ) dan Shift Share (SS) di Kabupaten Banjar adalah untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan yang memiliki keunggulan kompetitif dan berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut.

  • PEMBAHASAN
  • LQ

Berdasarkan data LQ yang disajikan, sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Banjar menunjukkan variasi tingkat keunggulan dalam berbagai kecamatan.

Pada sektor perkebunan, komoditas karet, kelapa dalam, dan kelapa sawit menunjukkan keunggulan di kecamatan tertentu, seperti kecamatan Aluh-Aluh dan Martapura Timur yang menjadi basis untuk komoditas kelapa dalam. Sementara itu, beberapa kecamatan lain, seperti Martapura Barat dan Karang Intan, menunjukkan keunggulan untuk lebih dari satu komoditas, termasuk kelapa sawit dan karet, yang menjadikan mereka daerah spesialisasi dalam sektor ini. Kecamatan-kecamatan yang memiliki nilai LQ lebih tinggi pada komoditas tertentu menunjukkan adanya potensi ekonomi lokal yang signifikan, yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pengembangan usaha perkebunan.

Pada sektor peternakan, kecamatan seperti Karang Intan dan Sungai Tabuk menonjol dalam budidaya sapi, dengan nilai LQ yang tinggi menunjukkan potensi pengembangan peternakan di wilayah tersebut. Kecamatan-kecamatan ini berperan sebagai daerah basis untuk produksi ternak sapi, sementara kecamatan lainnya menunjukkan nilai LQ lebih rendah. Potensi ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi daging sapi di daerah setempat atau mengembangkan produk olahan berbasis sapi sebagai bagian dari strategi pengembangan ekonomi daerah.

Dalam sektor perikanan, nilai LQ menunjukkan bahwa perikanan menjadi sektor unggulan di beberapa kecamatan seperti Aluh-Aluh. Dengan tingginya nilai LQ, sektor ini dapat dikembangkan lebih lanjut melalui peningkatan infrastruktur perikanan, teknik budidaya yang lebih efisien, dan akses pasar yang lebih luas.

  • SHIFT SHARE

Berdasarkan tabel yang disajikan, data perkebunan di berbagai kecamatan menunjukkan bahwa sebagian besar komoditas seperti kelapa sawit, kelapa, karet, dan kopi tidak mengalami perkembangan yang signifikan atau bahkan tidak ada sama sekali di beberapa kecamatan. Semua kecamatan dalam tabel menunjukkan hasil nol untuk tanaman-tanaman tersebut, yang mengindikasikan kemungkinan tidak adanya lahan yang digunakan untuk jenis tanaman ini atau rendahnya produktivitasnya. Selain itu, kecepatan perkembangan dalam sektor perkebunan untuk semua kecamatan dikategorikan sebagai "lamban", tanpa perubahan yang mencolok di seluruh kecamatan.

Di sektor peternakan, data juga menunjukkan minimnya variasi hasil ternak, dengan sebagian besar kecamatan mencatat nol untuk sapi, kerbau, kuda, kambing, dan domba. Kecuali untuk kecamatan Simpang Empat yang memiliki data produksi sapi, namun umumnya tidak menunjukkan perkembangan yang tinggi di sektor ini. Dalam hal kecepatan perkembangan, hanya kecamatan Simpang Empat yang digolongkan sebagai "progresif" untuk sapi, sementara kecamatan lainnya umumnya tercatat sebagai "lamban" dalam semua kategori ternak.

Dalam sektor perikanan, terdapat variasi kecil dalam hasil per jenis ikan seperti nila, patin, lele, mas, dan bawal di beberapa kecamatan, meskipun sebagian besar data menunjukkan angka yang mendekati nol atau sangat rendah. Kecamatan Karang Intan dan Martapura Timur memiliki hasil yang lebih tinggi dibandingkan kecamatan lainnya, terutama untuk ikan nila dan bawal. Perkembangan sektor ini juga bervariasi, dengan beberapa kecamatan seperti Martapura dan Karang Intan yang tercatat sebagai "progresif" untuk beberapa jenis ikan, sementara kecamatan lain menunjukkan perkembangan yang "lamban."

  • PETA
  • Perkebunan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun