Mohon tunggu...
Salsabiil Firdaus Official
Salsabiil Firdaus Official Mohon Tunggu... Politisi - Presiden El-Firdausy Foundation

송영현 ~ Song Yeong Hyeon خليفة الله || Allah'ın Halifesi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tarbiyah: Gerakan Dakwah atau Politik?

14 April 2024   19:59 Diperbarui: 16 April 2024   16:36 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berangkat dari pemikiran Imam asy-Syahid Hasan al-Banna melalui organisasi Ikhwanul Muslimin, gerakan dakwah ini masuk dan mulai berkembang di Indonesia melalui lingkungan kampus yang pada awalnya dipelopori oleh Mohammad Natsir bersama dengan tokoh-tokoh Islam lainnya dengan berdirinya Dewan Da'wah Islam Indonesia (DDII) pada tahun 1967. Penetrasi DDII ke kampus-kampus perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) inilah yang melahirkan Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Melalui LDK, gerakan tarbiyah ini tumbuh subur di lingkungan kampus di Indonesia. Gerakan ini memiliki tujuan untuk membawa semangat perubahan dan persatuan Islam bagi kemajuan bangsa dan negara. Berbekal buku-buku karya asy-Syaikh Imam asy-Syahid Hasan al-Banna, para mahasiswa yang menamai dirinya sebagai aktivis atau kader dakwah mulai melebarkan aktivitas dakwahnya.

Mulai dari pertemuan mingguan yang diisi dengan pengajian dan pembekalan ruh-ruh dakwah, yang biasa disebut dengan liqo'. Para mahasiswa aktivis atau kader dakwah juga melebarkan sayap dakwahnya dengan membentuk organisasi dakwah ekstra kampus yang kemudian dinamakan dengan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Melalui organisasi KAMMI, para aktivis dan kader dakwah mulai bergerak di bidang sosial dan politik. Karena pada hakikatnya, tahapan dakwah yang tertinggi adalah tahapan dakwah dalam bernegara untuk mewujudkan Indonesia yang menjunjung tinggi syariat dan ajaran Islam. Oleh karena itu, para mahasiswa yang disebut aktivis atau kader dakwah ini mulai merundingkan bagaimana caranya agar dakwah ini dapat berkembang dan dapat dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat, khususnya dalam membenahi birokrasi dan pemerintahan di Indonesia yang pada saat itu berada di bawah kepemimpinan orde baru.

Dalam perjalanannya, para aktivis dan kader dakwah yang juga tokoh KAMMI pun ikut melancarkan aksi-aksi menyuarakan reformasi dan mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintahan saat itu yang terkesan tidak pro rakyat. Akhirnya aksi-aksi para mahasiswa aktivis dan kader dakwah ini pun mendapat respon positif dan menarik simpati dari rakyat Indonesia, khususnya masyarakat kelas bawah dan menengah yang terkena dampak krisis ekonomi pada masa itu. KAMMI muncul sebagai salah satu organisasi yang paling vokal menyuarakan tuntutan reformasi melawan rezim Soeharto. Sejurus setelah mundurnya Soeharto pada 21 Mei 1998, para tokoh KAMMI telah mempertimbangkan berdirinya sebuah partai Islam. Partai tersebut kemudian diberi nama Partai Keadilan (disingkat PK) yang kemudian berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang tetap eksis hingga sekarang. Kendati tokoh elit KAMMI memiliki kontribusi dalam pembentukan PKS, KAMMI dan PKS secara tegas menyatakan bahwa tidak memiliki hubungan formal.

Tarbiyah sebagai Gerakan Dakwah dan Politik

Tarbiyah yang kita kenal adalah pertemuan pekanan yang dilakukan oleh sekelompok ikhwah/akhwat di bawah bimbingan seorang murabbi' guna mengkaji kajian-kajian dinul Islam. Satu hal yang senantiasa menyertai tarbiyah adalah unsur tadriij atau proses yang berkelanjutan secara bertahap sedikit demi sedikit. Kalau kita meminjam istilah sistem pendidikan yang ada sekarang, tarbiyah temasuk sistem pendidikan non formal yang memiliki kurikulum dan tingkatan-tingkatan atau yang disebut marhaliyyah. Tujuan dakwah umum dan tarbiyah ini sama yakni agar orang mau memahami dan mengamalkan Islam.

Hakikat dakwah Islam itu sendiri adalah aktivitas yang terstruktur dan terorganisir untuk mentransformasikan individu dan masyarakat dari kehidupan jahiliyyah menuju ke arah kehidupan yang mencerminkan spirit dari ajaran Islam. Proses transformasi individu yakni pembentukan pribadi muslim sejati (syakhsiyah islamiyyah) dilakukan dalam kerangka transformasi sosial. Oleh karena itu, pribadi-pribadi muslim sejati bukan tujuan akhir. Pribadi-pribadi itu harus memperkaya kualitas dirinya untuk mengemban amanah dakwah (syakhsiyah da'iyah), sehingga mampu berperan aktif dalam transformasi sosial.

Dalam tingkatannya, dakwah terbagi menjadi beberapa tahapan atau tingkatan (mahawir). Dan akumulasi dari setiap tahapan itu adalah ustadziyatul 'alam (guru dunia). Guru dalam konteks, orang yang memberikan contoh kepada seluruh masyarakat dunia. Tingkatan atau tahapan (mahawir) dalam gerakan dakwah yaitu :

Mihwar Tanzhimi, dalam tahapan ini seorang aktivis atau kader dakwah dituntut untuk menjadi pribadi muslim yang sejati, yang sesuai dengan ajaran Islam yang dan memenuhi kriteria yang sesuai dengan 10 Muwashafat. Sehingga dengan tahapan awal dalam gerakan dakwah ini diharapkan seorang aktivis dakwah dapat menjadi contoh dan teladan dalam kehidupan bermasyarakat. Setelah dapat membentuk pribadi muslim yang sejati, seorang aktivis dakwah juga diharapkan dapat membentuk keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, sehingga dapat menjadi contoh keluarga islami yang sesuai dengan apa yang dicontohkan dalam Al-Qur'an.  Metode dakwah ini dikenal dengan metode bil hikmah, yaitu dengan memberikan contoh dan teladan yang sesuai dengan ajaran Islam, sehingga masyarakat dapat tertarik pada ajaran Islam dan dapat mencerminkan citra ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin.

Mihwar Sya'bi, dalam tahapan ini seorang aktivis atau kader dakwah dituntut memilik ijiwa sosial yang tinggi sehingga dapat mengimplementasikan pengetahuannya dalam kehidupan bermasyarakat dengan turut aktif dalam kegiatan sosial, hingga aktif dalam organisasi kemasyarakatan mulai dari lingkungan RT, RW, hingga desa atau kompleks perumahan. Sehingga dapat membawa manfaat dan menyampaikan ajaran Islam serta dapat membawa semangat perubahan di tengah masyarakat.

Mihwar Muassasi, dalam tahapan ini seorang aktivis atau kader dakwah dituntut untuk menguatkan internal institusi dan lembaga, sebelum berdakwah untuk jangkauan yang lebih luas. Biasanya tahap ini dinisbatkan kepada institusi atau lembaga tempat dimana aktivis atau kader dakwah itu bekerja. Jika ukhuwah antar ikhwah di institusi atau lembaga sudah terbangun, maka kita bisa berinisiatif mengambil sektor-sektor penting untuk mendukung kegiatan dakwah. Kegiatan seperti mengaktifkan mushala atau masjid di perusahaan, membangun nuansa dakwah di tempat kerja, hingga menunjukkan ahlaqul karimah di tempat kita bekerja.

Mihwar Daulah, dalam tahapan ini seorang aktivis atau kader dakwah tertentu yang telah menduduki jabatan publik yang strategis dan pejabat pemerintahan yang berada di legislatif, eksekutif dan yudikatif di amanahkan untuk menjalankan tahapan dakwah ini. Karena perlu ada konsolidasi dan koordinator agar lebih mudah terintegrasi, maka tahapan dakwah ini diperlukan adanya kendaraan yang dapat menggapai tahapan dakwah ini berupa partai politik. Oleh karena itu di kemudian hari, para aktivis dan kader dakwah sepakat untuk membentuk partai politik agar dapat menguatkan dan memiliki koneksi dan skala yang besar dan luas bagi kemajuan gerakan dakwah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun