Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Misteri Lautan yang Dipagari: Kedaulatan, Konservasi, atau Eksploitasi?

1 Februari 2025   05:23 Diperbarui: 1 Februari 2025   05:23 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input gambar: nasional.sindonews.com

Realitas ini tentu sangat miris, di tengah berbagai proyek pembangunan yang terus menguat, persoalan-persoalan ini menambah daftar panjang permasalahan tata kelola ruang di Indonesia. Alih-alih membawa manfaat bagi masyarakat luas, banyak dari proyek tersebut justru menjadi instrumen perampasan ruang yang berujung pada ketidakadilan sosial, lingkungan, dan ekonomi.

Oleh karena itu, meskipun pemagaran laut menjadi instrumen penting dalam menjaga kedaulatan negara, kebijakan ini harus diimbangi dengan regulasi yang tetap memperhatikan kepentingan masyarakat pesisir serta tidak menimbulkan ketegangan yang berlebihan. Dalam era globalisasi yang semakin kompleks, menjaga kedaulatan laut bukan hanya soal batas fisik, tetapi juga tentang memastikan bahwa sumber daya laut dimanfaatkan secara adil dan berkelanjutan.

Input gambar: viva.co.id
Input gambar: viva.co.id
Konservasi: Upaya Menyelamatkan Ekosistem Laut

Pemagaran laut tidak selalu dimaknai sebagai bentuk pembatasan atau penguasaan wilayah, tetapi juga dapat menjadi langkah strategis dalam upaya konservasi ekosistem laut yang semakin terancam oleh aktivitas manusia. Laut adalah rumah bagi berbagai spesies flora dan fauna yang memiliki peran penting dalam keseimbangan ekosistem global, namun eksploitasi berlebihan, perubahan iklim, dan pencemaran telah menyebabkan degradasi lingkungan laut yang mengkhawatirkan. Untuk mengatasi hal ini, banyak negara dan organisasi lingkungan mulai menerapkan kebijakan zona konservasi laut yang membatasi akses manusia ke wilayah-wilayah tertentu dengan tujuan menjaga kelestarian biota laut dan habitatnya.

Kawasan konservasi ini sering kali berbentuk taman laut, zona larangan penangkapan ikan, serta area suaka bagi spesies yang hampir punah, seperti penyu, hiu, dan terumbu karang yang menjadi pusat biodiversitas laut. Dengan memagari atau menetapkan batasan akses di area tertentu, diharapkan ekosistem laut dapat memulihkan diri dari tekanan eksternal dan tetap menjadi sumber kehidupan bagi generasi mendatang. Namun, implementasi kebijakan konservasi laut juga sering kali menghadapi tantangan, terutama dari komunitas nelayan yang merasa hak mereka untuk mencari nafkah dibatasi oleh peraturan konservasi yang ketat.

Dalam beberapa kasus, pemagaran laut dengan alasan konservasi justru dijadikan kedok oleh pihak tertentu untuk menguasai sumber daya laut bagi kepentingan pribadi atau korporasi. Oleh karena itu, konservasi laut harus dilakukan dengan pendekatan yang seimbang, di mana perlindungan ekosistem tidak hanya mengutamakan kelestarian alam, tetapi juga memperhitungkan keberlanjutan ekonomi masyarakat pesisir. Melalui edukasi, inovasi teknologi ramah lingkungan, serta kerja sama antara pemerintah, komunitas nelayan, dan aktivis lingkungan, konservasi laut dapat dijalankan secara efektif tanpa harus mengorbankan satu pihak.

Input gambar: tribunnews.com
Input gambar: tribunnews.com
Eksploitasi: Laut yang Dipagari untuk Kepentingan Ekonomi

Di balik alasan konservasi dan kedaulatan, pemagaran laut sering kali menjadi kedok bagi eksploitasi sumber daya laut yang dilakukan oleh pihak-pihak berkepentingan, baik itu pemerintah, korporasi besar, maupun para investor. Laut dengan segala kekayaannya, sering kali menjadi target eksploitasi dengan dalih pemanfaatan ekonomi. Dalam beberapa kasus, pemagaran laut diterapkan bukan untuk melindungi ekosistem, melainkan untuk memberikan akses eksklusif kepada perusahaan-perusahaan tertentu yang ingin menguasainya.

Akibatnya, nelayan tradisional yang selama ini bergantung pada laut untuk mencari nafkah justru kehilangan akses mereka terhadap wilayah tangkapan yang selama ini menjadi sumber kehidupan mereka. Bahkan, dalam banyak kasus, praktik eksploitasi ini tidak hanya merusak lingkungan, tetapi juga memperdalam ketimpangan sosial dan ekonomi di wilayah pesisir, di mana masyarakat kecil semakin termarjinalisasi oleh kebijakan yang lebih menguntungkan para pemodal besar.

Oleh karena itu, penting untuk meninjau kembali kebijakan pemagaran laut agar tidak hanya menguntungkan segelintir pihak, tetapi juga memastikan bahwa pemanfaatan sumber daya laut dilakukan secara adil, berkelanjutan, dan tetap mempertimbangkan keseimbangan antara ekonomi, ekologi, serta hak-hak masyarakat pesisir. Eksploitasi yang tidak terkendali hanya akan membawa dampak jangka panjang yang merugikan, baik bagi lingkungan maupun bagi manusia yang menggantungkan hidupnya pada laut, sehingga perlu adanya regulasi yang lebih ketat dan pengawasan yang transparan agar laut tetap menjadi sumber kehidupan yang lestari bagi semua.

Dilema dan Dampaknya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun