Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bunuh Diri dalam Perspektif Nilai Hidup: Mengapa Kita Harus Bicara Tentang Kesehatan Mental?

26 Januari 2025   08:35 Diperbarui: 26 Januari 2025   08:35 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input gambar: halodoc.com

BUNUH DIRI DALAM PERSPEKTIF NILAI HIDUP: MENGAPA KITA HARUS BICARA TENTANG KESEHATAN MENTAL?

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Input gambar: infoidklik.blogspot.com
Input gambar: infoidklik.blogspot.com
Fenomena Kasus Bunuh Diri

Data yang dihimpun dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa 720 ribu jiwa meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya. Bunuh diri sendiri menjadi salah satu penyebab kematian paling tinggi di dunia dan ditemui pada remaja hingga dewasa dengan rentang usia dari 15 sampai 29 tahun. Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Badan Reserse Kriminal Kepolisian RI (Bareskrim Polri) menunjukkan seluruh kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang tahunnya. Angka kasus bunuh diri terus meningkat setiap tahun, bahkan bertambah hingga 60% dalam lima tahun terakhir. Bahkan sepanjang Januari Oktober 2024, angka kasus bunuh diri telah menyentuh angka 1.023 kasus.

Kasus bunuh diri kian menjadi sorotan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, dengan jumlah yang terus meningkat setiap tahunnya. Fenomena ini mencerminkan krisis yang lebih mendalam, yaitu hilangnya rasa nilai hidup di tengah individu yang merasa terisolasi, tertekan, atau kehilangan harapan. Dalam masyarakat yang sering kali memandang bunuh diri sebagai tabu, banyak individu yang bergulat dengan kesehatan mental memilih untuk bungkam, terjebak dalam rasa malu dan ketakutan akan stigma sosial. Akibatnya, mereka tidak mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi beban yang mereka hadapi.

Situasi ini menuntut kita untuk merenungkan kembali makna hidup, khususnya dalam kaitannya dengan tantangan modern yang penuh tekanan, mulai dari ketidakstabilan ekonomi hingga ekspektasi sosial yang membebani. Lebih dari itu, kita harus menyadari bahwa kesehatan mental bukan sekadar isu personal, melainkan juga tanggung jawab kolektif. Untuk itu, penting bagi kita untuk berbicara secara terbuka tentang kesehatan mental, mengurangi stigma, dan membangun kesadaran akan pentingnya mendukung satu sama lain. Dengan memahami akar masalah ini dari perspektif nilai hidup, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih peduli, inklusif, dan penuh empati.

Input gambar: 20.detik.com
Input gambar: 20.detik.com
Makna Nilai Hidup dalam Perspektif Filosofis dan Psikologis

Berbagai ahli dari bidang filsafat dan psikologi telah memberikan pandangan mendalam tentang makna nilai hidup. Dalam filsafat, Viktor Frankl, seorang psikoterapis dan penyintas Holocaust, menekankan bahwa menemukan makna hidup adalah kebutuhan dasar manusia, terutama di tengah penderitaan. Frankl percaya bahwa manusia dapat menemukan nilai hidup melalui karya, hubungan cinta, dan keberanian menghadapi penderitaan.

Dalam psikologi, Abraham Maslow, menjelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar, seperti keamanan dan cinta, adalah fondasi untuk mencapai aktualisasi diri, di mana individu merasa hidupnya bernilai. Carl Rogers, seorang psikolog humanis, menambahkan bahwa nilai hidup berkembang melalui penerimaan diri dan lingkungan yang mendukung pertumbuhan pribadi. Pandangan para ahli ini menunjukkan bahwa makna nilai hidup bersifat multidimensi, melibatkan aspek spiritual, emosional, dan sosial, yang semuanya saling mendukung dalam membentuk persepsi hidup yang bermakna.

Nilai hidup merupakan fondasi yang memberikan makna dan tujuan bagi keberadaan manusia. Dari perspektif filosofis, nilai hidup sering dikaitkan dengan pertanyaan mendalam tentang alasan keberadaan, tujuan akhir, dan arti kebahagiaan. Sementara itu, dalam perspektif psikologis, nilai hidup terhubung erat dengan kebutuhan emosional dan motivasi, seperti rasa diterima, dihargai, dan memiliki tujuan yang jelas. Ketika seseorang kehilangan persepsi terhadap nilai hidup, mereka cenderung merasa hampa, terasing, dan rentan terhadap keputusasaan. Oleh karena itu, nilai hidup bukan hanya sekadar konsep abstrak, melainkan kekuatan mendasar yang dapat mengarahkan individu untuk tetap bertahan dan menemukan alasan untuk melanjutkan hidup, meskipun di tengah tantangan yang sulit.

Bunuh Diri sebagai Fenomena Sosial

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun