Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menghidupkan Ruang Belajar: Menyulap Ruang Isolasi Menjadi Ruang Kolaborasi

21 Januari 2025   05:29 Diperbarui: 21 Januari 2025   12:27 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Dalam dunia pendidikan, ruang kelas sering kali menjadi tempat yang penuh tantangan bagi siswa dan guru. Meskipun dirancang sebagai ruang belajar, tidak jarang suasana kelas terasa kaku dan cenderung isolatif. Pembelajaran satu arah dan minimnya interaksi membuat siswa kurang terlibat aktif, bahkan merasa terasing di tengah proses belajar.

Kondisi ini berisiko menghambat potensi siswa untuk berkembang secara maksimal. Namun, ruang belajar tidak harus tetap seperti itu. Dengan pendekatan yang inovatif, guru memiliki peran strategis untuk mengubah ruang isolasi menjadi ruang kolaborasi yang hidup.

Input gambar: samdiskh.blogspot.com
Input gambar: samdiskh.blogspot.com
Mengidentifikasi Ruang Isolasi dalam Pembelajaran

Ruang isolasi dalam pembelajaran sering kali tidak disadari keberadaannya, meskipun dampaknya begitu nyata terhadap pengalaman belajar siswa. Pertama, kelas dengan suasana yang terlalu formal, di mana meja dan kursi tertata kaku dalam barisan tanpa fleksibilitas untuk berinteraksi. Dalam situasi seperti ini, komunikasi antara siswa dan guru sering terbatas pada pola satu arah: guru berbicara, siswa mendengar. Pembelajaran yang seharusnya menjadi pengalaman interaktif berubah menjadi proses pasif yang membuat siswa kehilangan minat.

Kedua, ruang isolasi juga dapat terjadi ketika siswa diperlakukan sebagai individu yang bekerja sendiri tanpa kesempatan untuk berbagi ide atau bekerja sama.

Misalnya, tugas-tugas individu yang terlalu dominan atau penilaian yang hanya berfokus pada hasil tanpa memberi ruang bagi kolaborasi, sering kali menanamkan rasa kompetisi yang berlebihan dan menghilangkan semangat kebersamaan.

Ketiga, kurangnya pemanfaatan teknologi atau metode pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa saat ini. Ketika guru tidak mengintegrasikan alat digital yang mampu mendorong kolaborasi, siswa cenderung merasa bosan dan sulit menjalin koneksi dengan materi maupun teman sekelasnya.

Keempat, absennya budaya kerja sama dalam lingkungan belajar. Misalnya, adanya tekanan untuk bersaing atau ketakutan akan kesalahan dapat membuat siswa enggan berpartisipasi aktif.

Akibatnya, siswa merasa terisolasi, baik secara emosional maupun intelektual. Mengidentifikasi ruang isolasi ini adalah langkah awal yang penting, karena tanpa mengenali masalah tersebut, sulit bagi guru untuk merancang strategi yang efektif dalam menciptakan ruang kolaborasi yang inklusif dan mendukung perkembangan siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun