Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bad Attitude vs. Good Attitude: Duel Senyap Dalam Lingkungan Belajar

15 Januari 2025   10:22 Diperbarui: 15 Januari 2025   10:22 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, dari sisi teknologi, tantangan modern seperti kecanduan media sosial, paparan konten negatif, dan kurangnya kontrol dalam penggunaan teknologi juga dapat memperburuk perilaku siswa. Sebaliknya, jika digunakan dengan bijak, teknologi dapat menjadi alat yang mendukung pembentukan good attitude, misalnya melalui platform pendidikan yang mengajarkan disiplin dan tanggung jawab.

Oleh karena itu, tantangan terbesar dalam dunia pendidikan adalah bagaimana menciptakan keseimbangan antara penguatan good attitude dan pengendalian bad attitude, agar ekosistem pendidikan yang sehat dan produktif dapat tercapai. Upaya ini membutuhkan kerja sama yang sinergis antara siswa, guru, keluarga, dan masyarakat, karena hanya dengan pendekatan holistiklah perbedaan sikap ini dapat dikelola secara efektif.

Solusi dan Strategi Mengatasi Bad Attitude

Mengatasi bad attitude dalam lingkungan pendidikan membutuhkan pendekatan yang holistik dan sinergis antara semua pihak yang terlibat, mulai dari siswa, guru, orang tua, hingga komunitas sekolah secara keseluruhan.

Pertama, menanamkan pendidikan karakter secara konsisten, baik melalui kurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler. Guru, sebagai tokoh sentral dalam proses pendidikan, memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan teladan sikap positif. Melalui keteladanan, guru dapat menunjukkan kepada siswa bagaimana menghormati orang lain, bekerja sama, dan mengelola emosi secara konstruktif.

Kedua, pendekatan yang tegas tetapi humanis juga diperlukan dalam menghadapi siswa yang menunjukkan perilaku negatif. Guru perlu memahami latar belakang siswa tersebut, mencari akar permasalahan yang memicu bad attitude, dan memberikan bimbingan yang bersifat mendidik, bukan menghukum secara berlebihan.

Ketiga, penting untuk mendorong refleksi diri dan membangun motivasi intrinsik. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan apresiasi terhadap perilaku positif, sehingga siswa merasa dihargai dan termotivasi untuk terus memperbaiki diri. Dalam proses ini, pemberian umpan balik yang konstruktif menjadi kunci, di mana guru atau pihak sekolah tidak hanya menyoroti kesalahan siswa, tetapi juga menawarkan solusi yang dapat mereka terapkan. Keempat, melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan yang membangun, seperti kerja kelompok, proyek berbasis nilai-nilai Pancasila, atau kegiatan sosial, dapat menjadi cara efektif untuk mengubah pola pikir negatif menjadi lebih positif.

Kelima, peran orang tua juga tidak kalah penting. Komunikasi yang baik antara sekolah dan keluarga perlu diperkuat agar orang tua dapat mendukung proses pembentukan karakter anak di rumah. Orang tua diharapkan menjadi pendukung utama dalam menanamkan nilai-nilai positif, seperti disiplin, rasa hormat, dan tanggung jawab, yang kemudian tercermin dalam perilaku anak di sekolah.

Keenam, sekolah sebagai institusi perlu menciptakan budaya yang mendukung pembentukan good attitude. Lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan menghargai keberagaman dapat menjadi wadah bagi siswa untuk belajar menghormati satu sama lain. Penegakan aturan yang adil dan konsisten juga penting untuk memastikan bahwa siswa memahami konsekuensi dari setiap tindakan mereka.

Kesuksesan dalam mengatasi bad attitude dan membangun good attitude tidak hanya terletak pada satu pihak, tetapi pada kolaborasi semua elemen dalam ekosistem pendidikan. Dengan kerja sama yang solid dan strategi yang tepat, perilaku negatif dapat diminimalkan, dan siswa dapat berkembang menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga matang secara emosional dan sosial.

Memprioritaskan Good Attitude

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun