REFLEKSI SPIRITUALITAS DI AWAL TAHUN 2025: BERPENGHARAPAN MENGHIDUPI WAKTU TUHAN
*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Perspektif Filsafat Waktu
Awal tahun sering dipandang sebagai titik transisi yang sarat makna, sebuah jeda waktu di mana manusia secara alamiah diajak untuk merenungkan perjalanan yang telah dilalui dan memproyeksikan harapan ke masa depan. Dalam perspektif filsafat waktu, awal tahun adalah simbol dari kesinambungan dan kebaruan, sebuah peluang untuk merevisi makna hidup dan mereorientasi tujuan. Seperti dialektika dalam pandangan Hegel bahwa pergantian tahun merepresentasikan sintesis dari kontradiksi pengalaman masa lalu dan harapan masa depan, menghasilkan pemahaman baru tentang eksistensi.
Momen ini menjadi hal penting, jika diselami dengan kedalaman refleksi yang mengundang manusia untuk tidak sekadar berambisi, tetapi juga mengevaluasi nilai-nilai yang mendasari keputusan yang mereka buat. Dengan refleksi yang mendalam, manusia diajak untuk tidak hanya mengevaluasi keberhasilan dan kegagalan di masa lalu, tetapi juga memperbaharui iman dan pengharapan dalam menyongsong hari-hari mendatang. Dalam keyakinan bahwa meskipun rencana Tuhan sering kali tidak dapat dimengerti sepenuhnya, waktunya selalu tepat dan membawa kebaikan.
Konsep Waktu Tuhan dalam Perspektif Iman
Dalam perspektif iman, waktu Tuhan sering dipahami sebagai realitas yang melampaui batasan manusia, tidak terikat oleh kronologi atau urgensi duniawi. Waktu Tuhan berjalan dalam kerangka kekekalan, di mana setiap momen memiliki tujuan yang sempurna, meskipun kerap kali tidak terlihat jelas oleh manusia. Berbeda dengan waktu manusia yang sering diukur dengan kecemasan dan kebutuhan segera, waktu Tuhan menuntut kesabaran dan keyakinan.
Sebagaimana perenungan firman Tuhan tertulis dalam Kitab Wahyu 21:1-8, menggambarkan janji Tuhan tentang langit dan bumi yang baru, di mana tidak ada lagi kesedihan, tangisan, atau kematian. Firman ini mengingatkan bahwa Allah membuat segala sesuatu baru dan mempersiapkan tempat bagi umat-Nya yang setia. Ayat-ayat ini mengajarkan pentingnya hidup dalam pengharapan dan iman, karena Tuhan yang setia akan menggenapi janji-Nya. Pemaknaan ini menguatkan kita untuk menghadapi kehidupan dengan keberanian, mengetahui bahwa akhir dari perjalanan iman adalah kehidupan kekal dalam kebahagiaan bersama Tuhan.
.Perenungan ini mengajarkan bahwa manusia perlu belajar untuk melepaskan kontrol dan mempercayakan hidup kepada hikmat Ilahi, sambil tetap bertindak sesuai dengan nilai-nilai kebenaran. Dalam pemahaman ini, menunggu bukanlah tindakan pasif, melainkan bentuk iman aktif yang mengandalkan kasih dan rencana Tuhan yang selalu membawa kebaikan. Konsep ini memberi ketenangan sekaligus tantangan bagi orang beriman untuk menghidupi kehidupan dengan kesadaran akan kehendak Tuhan dalam setiap detik yang berlalu.
Makna Menghidupi Waktu Tuhan di Tahun 2025
Menghidupi waktu Tuhan di tahun 2025 adalah panggilan untuk berjalan dalam iman, pengharapan, dan ketaatan, menyelaraskan setiap langkah kehidupan dengan kehendak-Nya. Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, konsep waktu Tuhan mengajarkan bahwa kehidupan bukanlah tentang kontrol penuh manusia atas masa depan, tetapi tentang kepercayaan kepada rencana Ilahi yang jauh lebih bijaksana. Tahun 2025 menghadirkan peluang baru sekaligus tantangan yang tidak terduga.