*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao
Merayakan Minggu Adven Pertama
Gereja Masehi Injili di Timur telah memasuki perayaan Minggu-Minggu Adven. Hari ini GMIT mengawali peryayaan Minggu Adven pertama yang menandai dimulainya masa penuh harapan dan persiapan menuju kelahiran Kristus. Dalam tradisi Kristen, Adven adalah momen untuk merenungkan kembali arti kedatangan Sang Juruselamat, baik dalam sejarah, hati, maupun kehidupan di masa kini.
Perenungan Firman Tuhan dalam Lukas 21:34-38, Yesus memperingatkan, "Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi..." Pesan ini menegaskan pentingnya berjaga-jaga dan tetap fokus pada hal-hal rohani di tengah kesibukan dan godaan dunia. Pemaknaan dari ayat ini mengingatkan kita bahwa masa Adven adalah waktu untuk membersihkan hati dari beban duniawi dan memusatkan perhatian pada Tuhan.
Dalam kekuatan tema" Bersiap Diri, Berjaga-Jaga Untuk Menyambut Tuhan" mengajak setiap orang percaya untuk tidak hanya berjaga-jaga secara lahiriah, tetapi juga mempersiapkan batin agar layak menyambut kehadiran Tuhan. Dengan berjaga-jaga melalui doa dan introspeksi, kita mempersiapkan diri menjadi pribadi yang layak menyambut kedatangan-Nya, baik dalam Natal maupun pada akhir zaman. Ini adalah panggilan untuk hidup dengan kesadaran penuh akan kehadiran Tuhan dalam setiap langkah kita.
Di tengah kesibukan dunia modern yang sering kali melalaikan kehidupan rohani, Minggu Adven menjadi panggilan untuk kembali mengarahkan hati kepada Sang Sumber Hidup. Persiapan ini bukan sekadar ritual, melainkan sebuah proses iman yang memperkokoh pengharapan dan kasih dalam kehidupan sehari-hari.
Makna Penantian dalam Adven
Penantian dalam Minggu Adven memiliki makna yang mendalam dan simbolis bagi kehidupan iman umat Kristen. Adven berasal dari kata Latin adventus, yang berarti "kedatangan," merujuk pada penantian kedatangan Kristus, baik dalam kelahiran-Nya di Betlehem, kehadiran-Nya dalam kehidupan sehari-hari, maupun kedatangan-Nya kembali di akhir zaman. Penantian ini bukanlah sekadar menunggu secara pasif, melainkan sebuah ajakan untuk berjaga-jaga dengan kesadaran penuh.
Dalam Alkitab, Yesus mengingatkan para pengikut-Nya untuk selalu siap, seperti hamba yang berjaga menanti kedatangan tuannya (Matius 24:42-44). Penantian ini menuntut persiapan hati yang penuh harapan, pertobatan, dan kasih, agar kita tidak lengah oleh kesibukan duniawi atau terperangkap dalam keputusasaan. Penantian dalam Adven juga memiliki dimensi pengharapan yang aktif; umat diajak untuk merayakan kasih Tuhan dengan berbagi terang-Nya kepada sesama, terutama kepada mereka yang membutuhkan.
Dengan demikian, masa Adven mengajarkan bahwa penantian adalah tindakan iman yang mendalam, mengharapkan sesuatu yang belum terlihat, tetapi diyakini akan hadir dengan kepastian. Lebih dari sekadar menunggu momen Natal, penantian ini adalah perjalanan rohani yang membentuk karakter iman, memperkuat relasi dengan Tuhan, dan memampukan kita untuk menjadi saksi kasih-Nya di tengah dunia.
Bersiap dan Berjaga dalam Kehidupan Rohani
Bersiap dan berjaga dalam kehidupan rohani merupakan inti dari Minggu Adven pertama, mengingatkan umat untuk hidup dalam kewaspadaan spiritual di tengah hiruk-pikuk dunia. Bersiap bukan hanya soal memenuhi kewajiban religius, tetapi juga melibatkan pembaruan hati melalui doa, pertobatan, dan perbuatan kasih. Berjaga berarti hidup dengan kesadaran penuh bahwa setiap hari adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.Â
Dalam Matius 25:1-13, Yesus mengajarkan melalui perumpamaan tentang gadis-gadis bijaksana dan gadis-gadis bodoh, bahwa kesiapan rohani harus menjadi bagian dari kehidupan kita. Gadis-gadis bijaksana membawa pelita dan minyak cadangan, melambangkan iman yang hidup dan persiapan yang matang, sedangkan gadis-gadis bodoh menunjukkan kelalaian yang berujung pada penolakan.
Dalam konteks kehidupan modern, berjaga-jaga berarti menahan diri dari segala sesuatu yang dapat menjauhkan kita dari Tuhan, seperti kecanduan teknologi, materialisme, atau rutinitas yang mengabaikan relasi dengan Sang Pencipta.Â
Masa Adven adalah waktu refleksi untuk bertanya pada diri sendiri: apakah pelita iman kita tetap menyala? Apakah hati kita dipenuhi dengan kasih dan pengampunan? Persiapan dan kewaspadaan ini bukan hanya untuk menyambut Natal secara seremonial, tetapi juga untuk menyambut Kristus dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita hidup dengan hati yang selalu siap untuk kehadiran-Nya.
Refleksi Pribadi: Menghidupi Nilai Adven dalam Kehidupan Sehari-hari
Masa Adven memberikan kesempatan untuk merefleksikan bagaimana nilai-nilai iman, harapan, dan kasih dapat dihidupi dalam kehidupan sehari-hari. Adven mengingatkan kita bahwa penantian bukanlah waktu yang kosong, melainkan momen yang dipenuhi dengan tindakan bermakna.
Dalam kehidupan sehari-hari, menghidupi nilai Adven berarti menjadikan diri sebagai saluran kasih Tuhan kepada orang lain. Ini bisa diwujudkan melalui tindakan sederhana, seperti memberikan perhatian kepada anggota keluarga, membantu mereka yang kesulitan, atau bahkan dengan mengampuni seseorang yang telah melukai hati kita. Adven juga menjadi panggilan untuk menciptakan ruang bagi Tuhan dalam hati kita, terutama melalui doa yang mendalam, pembacaan firman, dan kehadiran aktif di komunitas iman.
Di tengah dunia yang sering kali sibuk dan bising, nilai Adven mengajarkan pentingnya keheningan dan refleksi untuk mengenali kehadiran Tuhan yang sering kali datang dalam keheningan dan kesederhanaan.Â
Saat kita menantikan Natal, kita juga diajak untuk menyambut Kristus setiap hari dalam kehidupan kita: di dalam senyuman orang yang membutuhkan, dalam damai yang kita ciptakan, dan dalam kehangatan kasih yang kita bagikan. Dengan menghidupi nilai-nilai Adven, kita tidak hanya menanti kedatangan Tuhan, tetapi juga menjadi saksi terang-Nya di dunia, membawa harapan dan sukacita bagi orang-orang di sekitar kita.
Masa Adven adalah kesempatan berharga untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui doa, refleksi, dan pembaruan hati. Di tengah kesibukan dunia, jadikan Adven sebagai momen untuk memperkuat hubungan dengan-Nya dan menyalakan kembali terang iman dalam hidup kita.Â
Mari juga memancarkan kasih kepada sesama dengan tindakan nyata, seperti berbagi, mengampuni, dan menunjukkan perhatian kepada mereka yang membutuhkan. Dengan demikian, kita tidak hanya menanti kelahiran Kristus, tetapi juga menghadirkan kasih-Nya di tengah dunia.
Adven mengajarkan kita untuk menanti dengan hati yang penuh iman dan kasih, sambil mempersiapkan diri menjadi saluran berkat bagi sesama. Saat kita membuka hati untuk kedatangan-Nya, kita juga dipanggil untuk menghadirkan terang Tuhan dalam setiap langkah hidup kita. Dengan hati yang siap, kita tidak hanya menanti kedatangan-Nya, tetapi juga membawa terang-Nya ke dunia, menjadikan hidup ini cerminan kasih dan harapan-Nya bagi semua orang. Selamat merayakan Minggu-Minggu Adven, Tuhan senantiasa memberkati.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H