Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Refleksi Jelang Pilkada: Mungkinkah Masa Tenang Benar-Benar Tenang atau Tegang?

26 November 2024   04:54 Diperbarui: 26 November 2024   04:59 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input gambar: antara news

REFLEKSI JELANG PILKADA: MUNGKINKAH MASA TENANG BENAR-BENAR TENANG ATAU TEGANG?

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Pilkada serentak yang akan digelar pada 27 November 2024 menjadi momen penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Sebagai ajang untuk memilih pemimpin daerah, Pilkada bukan hanya sekadar kompetisi politik, tetapi juga wujud nyata partisipasi masyarakat dalam menentukan arah pembangunan di tingkat lokal. Namun, di balik antusiasme ini, tantangan besar juga mengintai, terutama dalam menjaga situasi kondusif menjelang hari pemungutan suara.

Masa tenang, yang seharusnya menjadi periode refleksi bagi pemilih, kerap kali diwarnai oleh ketegangan akibat kampanye terselubung, berita hoaks, dan konflik antarpendukung. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah masa tenang Pilkada 2024 dapat benar-benar menjadi waktu yang tenang, atau justru akan dirundung ketegangan seperti tahun-tahun sebelumnya?

Input gambar: idenesia.id
Input gambar: idenesia.id
Dinamika Masa Tenang di Pilkada 

Masa tenang dalam Pilkada adalah waktu yang ditetapkan untuk menghentikan segala bentuk kampanye, memberikan kesempatan bagi pemilih untuk merenungkan pilihannya tanpa tekanan atau pengaruh langsung dari para kandidat. Namun, dalam praktiknya, masa tenang sering kali tidak berjalan sesuai dengan harapan. Berbagai dinamika yang terjadi di masa tenang menunjukkan bahwa tantangan besar masih membayangi proses demokrasi ini. Kampanye terselubung sering menjadi fenomena yang sulit dikendalikan, baik melalui pesan berantai, aktivitas di media sosial, maupun penggunaan influencer atau tokoh masyarakat untuk secara tidak langsung memengaruhi pilihan publik. Selain itu, penyebaran berita hoaks menjadi salah satu ancaman serius yang mampu memicu ketegangan di masyarakat. Hoaks yang dirancang untuk menjatuhkan salah satu kandidat sering kali menyebar dengan cepat, menciptakan polarisasi di antara para pendukung.

Ketegangan ini diperburuk oleh kurangnya pengawasan yang efektif dari pihak berwenang terhadap pelanggaran aturan masa tenang. Di beberapa daerah, masa tenang bahkan menjadi ajang untuk praktik politik uang yang terselubung, di mana para kandidat atau tim sukses mencoba memengaruhi pemilih dengan memberikan imbalan tertentu secara diam-diam. Semua ini menunjukkan bahwa masa tenang, yang idealnya menjadi momen refleksi damai, justru kerap menjadi medan konflik tersembunyi yang mengguncang stabilitas politik dan sosial.

Untuk itu, diperlukan langkah-langkah yang tegas dan terorganisasi, baik dari penyelenggara pemilu, aparat keamanan, maupun masyarakat, untuk memastikan masa tenang benar-benar berjalan sesuai tujuannya, yakni memberikan ruang bagi pemilih untuk menentukan pilihan dengan tenang dan bebas dari pengaruh negatif.

Input gambar: aksipost.com
Input gambar: aksipost.com
Faktor yang Memengaruhi Ketenangan Masa Tenang

Ketenangan masa tenang Pilkada sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Salah satunya adalah sikap dan komitmen para kandidat beserta tim suksesnya untuk mematuhi aturan pemilu, termasuk menghentikan segala bentuk kampanye. Ketidakpatuhan terhadap aturan ini sering kali menjadi pemicu ketegangan, terutama jika ada praktik kampanye terselubung atau politik uang yang sulit terdeteksi. Selain itu, pengaruh media sosial sangat besar dalam menentukan situasi selama masa tenang.

Penyebaran informasi yang tidak terkontrol, terutama hoaks atau ujaran kebencian, dapat memicu polarisasi di masyarakat. Faktor lain yang tak kalah penting adalah kesiapan aparat keamanan dan lembaga pengawas pemilu dalam mengantisipasi dan menangani potensi pelanggaran selama masa tenang. Ketegasan dalam penindakan dapat menjadi sinyal kuat untuk mencegah pelanggaran lebih lanjut.

Di sisi lain, partisipasi masyarakat dalam menjaga kondusivitas juga berperan penting, terutama dengan membangun kesadaran akan pentingnya masa tenang sebagai waktu untuk refleksi, bukan konflik. Semua faktor ini saling mendukung dalam menentukan apakah masa tenang benar-benar dapat berjalan sesuai harapan atau justru menjadi ajang ketegangan yang mengancam keberlangsungan demokrasi.

Upaya mewujudkan masa tenang yang benar-benar tenang membutuhkan kolaborasi semua pihak. Para kandidat dan tim sukses harus mematuhi aturan dengan menghentikan kampanye dalam bentuk apa pun. Media perlu menjaga netralitas dan aktif menangkal hoaks yang berpotensi memecah belah masyarakat. Aparat keamanan dan penyelenggara pemilu harus meningkatkan pengawasan dan bertindak tegas terhadap pelanggaran. Di sisi lain, edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya masa tenang sebagai waktu refleksi juga sangat diperlukan. Dengan langkah-langkah ini, masa tenang dapat menjadi momen damai yang memperkuat kualitas demokrasi.

Ciptakan Masa Tenang yang Kondusif

Masa tenang dalam Pilkada memiliki peran krusial sebagai momen untuk merenungkan pilihan secara jernih, tanpa tekanan atau pengaruh yang mengganggu. Namun, tantangan seperti kampanye terselubung, hoaks, dan ketegangan antarpendukung sering kali mengaburkan esensi masa tenang tersebut. Refleksi atas berbagai dinamika ini menunjukkan bahwa menciptakan masa tenang yang benar-benar kondusif memerlukan kerja sama dari semua pihak: kandidat, penyelenggara pemilu, media, aparat keamanan, dan masyarakat. Masa tenang yang damai bukan hanya tentang kepatuhan pada aturan, tetapi juga cerminan kedewasaan demokrasi. Dengan komitmen bersama untuk menjaga suasana yang sejuk, Pilkada tidak hanya menjadi ajang kompetisi politik, tetapi juga wujud tanggung jawab kolektif dalam membangun masa depan yang lebih baik.

Masa tenang adalah waktu yang diberikan kepada masyarakat untuk merenungkan pilihan tanpa tekanan, sehingga keputusan yang diambil benar-benar berdasarkan hati nurani dan kepentingan bersama. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk menjaga suasana kondusif selama periode ini. Para kandidat harus menunjukkan kedewasaan politik dengan menghentikan segala bentuk kampanye, sementara masyarakat diharapkan menjauhi provokasi dan fokus pada pemahaman visi-misi para calon.

Media juga memiliki peran penting untuk menjaga netralitas, menyajikan informasi yang akurat, dan mencegah penyebaran hoaks. Dengan menjadikan masa tenang sebagai ruang refleksi yang bebas dari ketegangan, masyarakat dapat memilih dengan bijak, dan Pilkada dapat berjalan sebagai perwujudan demokrasi yang sehat dan bermartabat.

Selamat memilih dengan bijak dan sesuai hati nurani dalam Pilkada kali ini. Jadikan momen ini sebagai wujud tanggung jawab kita untuk masa depan yang lebih baik. Tetap jaga situasi tetap kondusif, hormati perbedaan pilihan, dan berkontribusi dalam menciptakan demokrasi yang damai dan bermartabat. Suara Anda adalah harapan untuk perubahan.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun