Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Pemindahan Ibu Kota Negara: Suara Demokrasi atau Suara Kekuasaan?

6 Oktober 2024   04:19 Diperbarui: 6 Oktober 2024   04:23 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: hariandewata.com

Suara Demokrasi: Apakah Rakyat Dilibatkan?

Salah satu pertanyaan mendasar dalam wacana pemindahan IKN adalah sejauh mana rakyat dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan ini. Dalam sebuah negara demokrasi, keputusan besar yang berdampak luas seperti pemindahan ibu kota idealnya melibatkan partisipasi publik yang signifikan, baik melalui referendum, konsultasi publik, maupun diskusi terbuka. Namun, pada kasus pemindahan IKN, banyak kritik muncul terkait minimnya keterlibatan langsung rakyat dalam proses tersebut.

Meskipun pemerintah telah menyampaikan rencana ini melalui berbagai forum resmi, tidak ada mekanisme khusus seperti referendum untuk mengetahui pendapat rakyat secara langsung. Selain itu, sebagian masyarakat merasa bahwa sosialisasi mengenai dampak pemindahan ini, baik positif maupun negatif, masih kurang transparan. Di tingkat lokal, khususnya di Jakarta dan Kalimantan Timur, banyak masyarakat yang menyuarakan kekhawatiran mereka tentang dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari proyek ini. Sejumlah pengamat berpendapat bahwa proyek ini bukan semata-mata untuk pemerataan pembangunan, tetapi juga terkait dengan agenda politik dan ekonomi dari pihak-pihak tertentu. Dengan potensi investasi besar yang mengalir ke kawasan IKN, banyak yang melihat peluang ini dimanfaatkan oleh kalangan elit untuk memperkuat pengaruh politik dan ekonomi mereka, baik melalui proyek infrastruktur maupun pembangunan kawasan bisnis baru.

Pemindahan ibu kota yang memakan biaya sangat besar ini dianggap menjadi salah satu simbol ambisi politik, di mana pemimpin ingin dikenang sebagai arsitek perubahan besar dalam sejarah bangsa. Terlepas dari kepentingan pembangunan nasional yang dijadikan alasan utama, muncul kekhawatiran bahwa keputusan ini lebih menguntungkan segelintir aktor politik dan pengusaha yang memiliki akses terhadap proyek-proyek di kawasan ibu kota baru, sementara kepentingan rakyat banyak, terutama masyarakat di sekitar wilayah IKN, bisa jadi terabaikan.

Input sumber gambar: youtube.com
Input sumber gambar: youtube.com
Dampak Pemindahan IKN Bagi Rakyat dan Negara

Dampak pemindahan IKN dari Jakarta ke Kalimantan Timur membawa hal positif maupun negatif. Dari sisi positif, pemerintah mengklaim bahwa pemindahan ini akan mendorong pemerataan pembangunan, membuka lapangan kerja baru, dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di luar Pulau Jawa. Wilayah Kalimantan Timur diharapkan menjadi pusat baru untuk inovasi, infrastruktur modern, dan pengembangan lingkungan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Selain itu, dengan mengurangi beban Jakarta, pemindahan ini diharapkan dapat mengurangi kemacetan, polusi, dan risiko bencana alam di ibu kota lama.

Namun, ada juga kekhawatiran tentang dampak negatifnya, terutama bagi masyarakat lokal di Kalimantan Timur, seperti potensi pemindahan paksa, perubahan sosial, dan kerusakan lingkungan akibat pembangunan besar-besaran. Di tingkat nasional, proyek ini juga memicu debat mengenai prioritas anggaran, mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan di tengah tantangan ekonomi dan sosial yang dihadapi negara. Bagi sebagian masyarakat, pemindahan IKN ini lebih terlihat sebagai proyek ambisius yang berisiko memperdalam ketimpangan sosial, dengan manfaat yang mungkin tidak langsung dirasakan oleh mayoritas rakyat.

Menjawab pertanyaan utama, pemindahan IKN tampaknya lebih mencerminkan suara kekuasaan daripada suara demokrasi. Meskipun proyek ini diklaim sebagai upaya pemerataan pembangunan, proses pengambilannya minim partisipasi langsung rakyat, seperti melalui referendum atau konsultasi publik yang meluas. Keputusan lebih banyak didorong oleh elit politik dan ekonomi, dengan agenda jangka panjang yang cenderung memperkuat pengaruh mereka. Kurangnya transparansi dan keterlibatan rakyat dalam pengambilan keputusan ini menimbulkan keraguan apakah pemindahan IKN benar-benar mencerminkan aspirasi rakyat atau lebih merupakan agenda kekuasaan.

Refleksi atas pemindahan IKN menyoroti pentingnya transparansi dan partisipasi rakyat dalam setiap keputusan besar yang diambil oleh pemerintah. Pemindahan ibu kota seharusnya tidak hanya menjadi proyek ambisius yang melibatkan elit politik dan pengusaha, tetapi juga harus melibatkan suara rakyat sebagai pihak yang paling terkena dampak. Keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan akan memberikan legitimasi dan kepercayaan terhadap pemerintah, serta memastikan bahwa kepentingan rakyat benar-benar terwakili.

Selain itu, urgensi pemindahan ibu kota harus sejalan dengan upaya menciptakan lingkungan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian, keberhasilan pemindahan IKN tidak hanya diukur dari pembangunan fisik yang tercapai, tetapi juga dari bagaimana proses tersebut mencerminkan prinsip-prinsip demokrasi dan partisipasi masyarakat, demi masa depan Indonesia yang lebih adil dan sejahtera.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun