Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Antara Kebenaran dan Ketidaksenangan: Ketika Teguran Baik Berujung Pengusiran

7 September 2024   04:45 Diperbarui: 7 September 2024   05:01 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: jawaban.com

ANTARA KEBENARAN DAN KETIDAKSENANGAN: KETIKA TEGURAN BAIK BERUJUNG PENGUSIRAN

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Sebuah berita yang viral di media sosial terkait seorang guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kalimantan Selatan bernama Amalia Wahyuni, menceritakan kisahnya saat menghadiri rapat bersama Kepala Dinas setempat. Menurut penuturannya, oknum Kepala Dinas itu merokok di ruangan ber-AC ketika rapat berlangsung. Dia mengaku sudah menegur sang Kepala Dinas, namun justru diusir ke luar ruangan. Peristiwa itu terjadi saat dirinya mengikuti kegiatan Rapat Koordinasi Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan SMK tahap II yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalsel.

Dikisahkan bahwa dalam acara tersebut, oknum Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kalsel itu hadir memberikan sambutan di depan para pejabat, panitia. Pihak panitia sudah memberikan atensi kepada peserta yang hadir untuk tertib saat kepala dinas datang. Namun dirinya justru tidak dihargai saat kepala dinas datang menggunakan sendal dan rokok ditangan. Baginya menganggap Kepala Dinas tidak memberikan cerminan sebagai publik figur.

Memahami Sebuah Teguran

Teguran adalah bagian penting dalam interaksi sosial yang sering kali berfungsi sebagai cermin bagi seseorang untuk melihat dan menyadari kekeliruan yang mungkin tidak disadarinya. Dalam banyak situasi, teguran berperan sebagai alat untuk memperbaiki perilaku, meningkatkan kualitas diri, dan mendorong seseorang menuju perubahan yang lebih baik. Dengan adanya teguran yang baik, seseorang memiliki kesempatan untuk mengevaluasi diri, belajar dari kesalahan, dan melakukan perbaikan yang konstruktif. Namun, meskipun bertujuan baik, teguran tidak selalu diterima dengan mudah. Kerap kali, teguran yang bermaksud untuk mengoreksi justru menimbulkan reaksi ketidaksenangan yang bisa berujung pada penolakan atau bahkan pengusiran. Fenomena ini mencerminkan betapa kompleksnya dinamika antara kebenaran yang ingin disampaikan dan reaksi emosi dari pihak yang menerimanya.

Teguran yang bermaksud baik sering kali tidak diterima dan justru berujung pada pengusiran karena berbagai faktor psikologis dan sosial yang memengaruhi respons individu terhadap kritik. Salah satu alasan utamanya adalah ego atau harga diri yang merasa terancam. Ketika seseorang ditegur, terutama di depan orang lain, mereka mungkin merasa dipermalukan atau direndahkan, meskipun teguran itu dimaksudkan untuk kebaikan mereka. Selain itu, ada ketidakmampuan menerima kritik secara konstruktif, terutama jika mereka merasa bahwa teguran tersebut meragukan kompetensi atau integritas mereka. Terkadang, kesalahpahaman terhadap niat pemberi teguran juga memicu reaksi negatif; penerima teguran mungkin menafsirkan teguran tersebut sebagai bentuk serangan pribadi atau penghinaan. Akibatnya, teguran yang dimaksudkan untuk memperbaiki justru memicu perasaan defensif yang kuat, yang pada akhirnya dapat menyebabkan tindakan ekstrem seperti pengusiran untuk menjaga otoritas atau kehormatan pihak yang merasa tersinggung.

Input sumber gambar: jawaban.com
Input sumber gambar: jawaban.com

Kebenaran dalam Teguran: Niat dan Tujuan

Kebenaran dalam teguran terletak pada niat tulus untuk memperbaiki dan mengarahkan seseorang menuju jalan yang lebih baik. Teguran yang diberikan dengan niat baik biasanya bertujuan untuk mengoreksi kesalahan, mencegah kebiasaan buruk, atau mengingatkan seseorang akan tanggung jawabnya. Misalnya, dalam konteks keluarga, teguran orang tua kepada anak bertujuan untuk membentuk karakter yang baik dan mengajarkan nilai-nilai moral. Di lingkungan sekolah atau pekerjaan, teguran guru atau atasan sering kali dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja, mengembangkan keterampilan, atau memperkuat etika profesional.

Di balik setiap teguran, terdapat harapan bahwa penerima akan menyadari kekeliruannya dan melakukan perubahan positif. Namun, meskipun niatnya baik, keberhasilan teguran sangat bergantung pada cara penyampaiannya dan penerimaan pihak yang ditegur. Ketika teguran disampaikan dengan penuh empati, menghargai martabat penerima, dan berlandaskan fakta yang jelas, kebenaran dalam teguran tersebut memiliki peluang lebih besar untuk diterima dan dipahami. Sebaliknya, jika tidak disertai pendekatan yang bijak, teguran yang benar sekalipun dapat dianggap sebagai ancaman atau kritik yang menyakitkan, sehingga tujuan utamanya tidak tercapai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun