Mohon tunggu...
Salmun Ndun
Salmun Ndun Mohon Tunggu... Guru - Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain

Membaca itu sehat dan menulis itu hebat. Membaca adalah membawa dunia masuk dalam pikiran dan menulis adalah mengantar pikiran kepada dunia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kongsi atau Perpecahan? Menakar Dinamika Internal Golkar Pasca Mundurnya Airlangga Hartarto

18 Agustus 2024   04:18 Diperbarui: 18 Agustus 2024   04:29 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KONGSI ATAU PERPECAHAN? MENAKAR DINAMIKA INTERNAL GOLKAR PASCA MUNDURNYA AIRLANGGA HARTARTO

*Salmun Ndun,S.Pd., Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain, Kab. Rote Ndao

Partai Golkar dalam Perpolitikan Indonesia

Partai Golkar, atau Golongan Karya, merupakan salah satu pilar utama dalam sistem politik Indonesia. Didirikan pada tahun 1964, Golkar awalnya muncul sebagai wadah bagi golongan-golongan yang mendukung pemerintahan Presiden Soekarno dan kemudian berkembang menjadi kekuatan utama di bawah Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Selama era Orde Baru, Golkar berfungsi sebagai partai politik utama yang mendukung pemerintahan, dengan struktur yang kuat dan dukungan yang luas di berbagai sektor masyarakat.

Setelah jatuhnya Orde Baru pada tahun 1998, Golkar menghadapi tantangan besar dalam melakukan transformasi untuk menyesuaikan diri dengan sistem politik demokratis baru. Dalam pemilihan umum 1999, Golkar mengalami penurunan signifikan dalam perolehan suara, tetapi tetap menjadi salah satu partai politik yang dominan. Partai ini berusaha memperbarui citra dan struktur organisasinya untuk menarik pemilih yang lebih muda dan memperkuat posisinya di panggung politik nasional.

Pada era reformasi, Golkar berperan sebagai salah satu kekuatan utama dalam koalisi pemerintah, berpartisipasi dalam berbagai kabinet dan mempengaruhi kebijakan nasional. Golkar dikenal dengan jaringannya yang luas dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan politik. Meskipun menghadapi persaingan ketat dari partai-partai lain, Golkar tetap berkomitmen untuk memainkan peran kunci dalam perpolitikan Indonesia, baik sebagai partai penguasa maupun sebagai oposisi, tergantung pada dinamika politik dan hasil pemilihan umum.

Partai Golkar di masa kini diketuai oleh Airlangga Hartarto, yang resmi menjabat sebagai Ketua Umum Partai (Ketum) Golkar periode 2019-2024 sejak tanggal 9 Desember 2019 silam. Sebagai pemimpin, Airlangga Hartarto dikenal karena berupaya untuk memodernisasi Golkar dan menjaga relevansi partai dalam kancah politik nasional. Hal yang tidak terpikirkan oleh publik, secara tiba-tiba berita pengunduran secara resmi dari jabatan Ketum Golkar yang disampaikan langsung oleh Airlangga Hartarto pada 11 Agustus 2024 lalu.

Kemunduran Airlangga Hartarto dari kursi Ketum Partai Golkar memunculkan beragam tanggapan. Mungkinkah hal ini merupakan bagian dinamika kongsi yang terbangun ataukah membuka potensi perpecahan dalam tubuh partai tersebut?. Para pengamat politik turut memberikan pandangan mereka, skenario apa yang sedang dimainkan oleh partai Golkar dalam situasi politik saat ini. Pasca mundurnya Hartarto, sejumlah partai politik lain terkejut mendengar kabar pengunduran ini.

Perkembangan Golkar dari Masa ke Masa

Partai Golkar, yang didirikan pada tahun 1964, mengalami berbagai fase perkembangan signifikan seiring dengan perubahan politik Indonesia. Pada awalnya, Golkar berfungsi sebagai wadah bagi golongan-golongan pro-pemerintah yang mendukung Presiden Soekarno dan kemudian berkembang menjadi kekuatan utama dalam politik Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Selama periode ini, Golkar memainkan peran sentral sebagai partai yang mendukung pemerintah dan memperoleh kekuasaan politik yang luas.

Namun, setelah jatuhnya Orde Baru pada tahun 1998, Golkar menghadapi tantangan besar dalam beradaptasi dengan sistem demokrasi yang baru. Pemilihan umum 1999 menandai penurunan signifikan dalam perolehan suara Golkar, namun partai ini berhasil melakukan reformasi untuk memperbarui citranya. Pada tahun 2004, Golkar kembali menjadi salah satu partai utama dengan kemenangan dalam pemilihan legislatif dan berperan dalam koalisi pemerintah.

Era reformasi membawa perubahan besar bagi Golkar, termasuk penyesuaian struktur organisasi dan strategi politik. Golkar terus berupaya untuk mempertahankan relevansi dalam politik nasional dengan menghadapi persaingan ketat dari partai-partai lain. Dalam beberapa tahun terakhir, partai ini telah berusaha menyesuaikan diri dengan dinamika politik modern, termasuk merespons tuntutan pemilih yang berubah dan menghadapi berbagai tantangan internal dan eksternal. Perkembangan Golkar mencerminkan perjalanan panjang dari partai yang berfungsi sebagai alat politik pemerintah ke partai yang harus terus beradaptasi dan berinovasi dalam lanskap politik Indonesia yang dinamis.

Dinamika Internal Golkar Pasca Kemunduran dan Dampaknya

Pasca kemunduran Airlangga Hartarto, tubuh Partai Golkar menghadapi dinamika internal yang kompleks. Partai Golkar juga sedang menjalani fase transisi yang krusial, dengan berbagai langkah strategis yang sedang dipersiapkan untuk memastikan stabilitas dan masa depan partai. Pertama, Golkar tengah fokus pada proses pemilihan Ketum yang baru untuk mengisi kekosongan kepemimpinan, dengan calon-calon potensial yang sedang diidentifikasi dan dipertimbangkan.

Kedua, Golkar berusaha untuk melakukan konsolidasi internal guna mengatasi ketegangan dan perpecahan yang mungkin muncul. Reformasi struktural dan penataan kembali organisasi partai juga menjadi prioritas, termasuk memperkuat jaringan kader di daerah dan memperbarui strategi politik untuk menghadapi kontestasi politik pilkada saat ini. Ketiga, Golkar berupaya untuk merancang program-program yang dapat menarik dukungan publik dan meningkatkan posisi mereka dalam proses pilkada yang sementara berjalan. Dengan langkah-langkah ini, Golkar berusaha untuk membangun kembali kekuatan dan merespons tantangan yang ada, sambil menyiapkan diri untuk masa depan politik yang penuh dinamika.

Kemunduran Airlangga Hartarto dari kursi Ketum Partai Golkar membawa dampak signifikan terhadap politik nasional. Dengan Golkar yang merupakan kekuatan politik besar, perubahan kepemimpinan dapat mengganggu aliansi-aliansi yang telah ada dan mempengaruhi strategi koalisi pemerintah. Selain itu, cara Golkar menangani transisi kepemimpinan dan reformasi internal akan mencerminkan respons partai terhadap tantangan politik yang lebih luas, serta menentukan bagaimana mereka akan beradaptasi dalam menghadapi kompetisi di pemilu. Dampak ini dapat memperluas implikasi politik nasional, memengaruhi arah kebijakan, dan membentuk lanskap politik Indonesia untuk periode yang akan datang.

Melihat Proyeksi Masa Depan Partai Golkar

Melihat proyeksi masa depan Partai Golkar pasca kemunduran Airlangga Hartarto, partai ini akan menghadapi beberapa tantangan dan peluang penting. Jika Golkar berhasil menyelesaikan proses pemilihan Ketum dengan lancar dan melakukan konsolidasi internal yang efektif, mereka berpotensi untuk kembali memperkuat posisinya di kancah politik nasional.

Partai Golkar telah memiliki kematangan politik akan terus membangun ruang adaptasi dengan segala bentuk dinamika politik yang terus berubah dan memperkuat hubungan dengan basis dukungan mereka. Proyeksi masa depan Golkar akan bergantung pada kemampuan mereka untuk menavigasi periode transisi ini dengan strategi yang solid dan kepemimpinan yang visioner, serta kemampuan untuk berinovasi dalam merespons tantangan dan peluang yang ada.

Untuk menghadapi tantangan pasca kemunduran Airlangga Hartarto, Golkar perlu mengambil beberapa langkah strategis guna memastikan keberlangsungan dan kekuatan partai. Langkah-langkah strategis segera dilakukan dengan harapan dapat memberikan jawaban bagi publik yang berprasangka bahwa terjadi kongsi atau perpecahan, terkait peristiwa pengunduran sang Ketum Airlangga Hartarto.

Pertama, Golkar harus segera melakukan pemilihan Ketum yang transparan dan inklusif untuk menghindari perpecahan lebih lanjut dan memperkuat kesatuan internal. Kedua, penting untuk melaksanakan konsolidasi internal dengan mengatasi ketegangan antar faksi dan memastikan bahwa semua pihak merasa terlibat dalam proses reformasi partai.

Kedua, Golkar perlu merumuskan strategi politik yang adaptif, memperbarui program-program yang relevan dengan kebutuhan pemilih saat ini, dan memperkuat hubungan dengan konstituen di berbagai daerah. Investasi dalam pelatihan kader dan penguatan struktur organisasi di tingkat daerah juga akan membantu dalam memperluas basis dukungan dan meningkatkan efektivitas partai.

Ketiga, menjaga komunikasi yang baik dengan publik dan media, serta berfokus pada isu-isu yang menjadi prioritas masyarakat, akan membantu Golkar tetap meraih kepercayaan dan dukungan. Dengan langkah-langkah ini, Golkar dapat mengatasi tantangan dan memposisikan diri secara strategis untuk masa depan politik yang kompetitif.

Publik perlu memahami perubahan mendalam yang sedang terjadi dalam tubuh Partai Golkar setelah kemunduran Airlangga Hartarto. Semoga kemunduran Hartarto memberi jalan regenerasi bagi kader-kader terbaik lainnya melanjutkan tongkat kepemimpinan di tubuh partai Golkar. Semua ini membuka peluang konsolidasi, tergantung pada bagaimana partai Golkar mengelola proses transisi dan reformasi internal. Dengan menakar dinamika yang terjadi, diharapkan memberikan wawasan yang mendalam tentang langkah-langkah yang sedang dipertimbangkan partai Golkar untuk mempertahankan kekuatan dan keberadaannya terus diperhitungkan di kancah politik nasional.(*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun