SUASANA TEGANG DI MASA TENANG
(Suatu Analisis Psikologis Sosial dalam Konteks Menghadapi Pemilu)
*Oleh : Salmun Ndun,S.Pd. Guru UPTD SMP Negeri 1 Lobalain -- Rote Ndao
Proses pemilu 2024 akan memasuki tahapan pemungutan suara yang segera dilaksanakan pada Rabu, 14 Februari 2024. Pada pelaksanaan tahapan pemungutan suara ini akan menjadi momen penting bagi rakyat Indonesia khususnya mereka yang berusia pemilih untuk memilih pemimpin masa depan. Pihak penyelenggara pemilu (KPU) telah melakukan persiapan matang dalam menghadapi proses pemilihan serentak 2024. Berbagai persiapan diantaranya dari sisi anggaran, regulasi, pemuthahiran data pemilih, program sosialisasi dan pendidikan, dan persiapan sarana dukungan Teknologi Infromasi (IT).
Menjelang hari (H-1) pemungutan suara menjadi sesuatu yang krusial dalam proses demokratis, di mana pemilih diberikan waktu tenang untuk merenungkan pilihan mereka secara hati-hati tanpa adanya tekanan atau gangguan eksternal. Ini adalah periode yang ditetapkan untuk menciptakan lingkungan yang damai dan netral, yang memungkinkan setiap pemilih untuk membuat keputusan yang berdasarkan informasi yang diperoleh dan nilai-nilai pribadi mereka sendiri. Dalam suasana tenang ini, diharapkan bahwa pemilih dapat mengevaluasi dan mempertimbangkan keputusan mereka, dan merencanakan partisipasi mereka dalam pemungutan suara dengan bijaksana. Waktu tenang ini berlaku juga bagi para kandidat dan tim kampanye agar menghormati aturan masa tenang, tidak melakukan kampanye terbuka, penggalangan suara, atau promosi politik aktif lainnya. Dengan demikian, masa tenang menjelang hari pemungutan suara dapat memastikan bahwa pemilih dapat membuat keputusan yang tepat dan yang kandidat yang dipilih juga menyiapkan mentalnya menghadapi segala kemungkinan akan terpilih atau tidak terpilih.
 Dalam konteks pemilu, maka perlu memahami aspek psikologis sosial bagi semua yang terlibat dalam pemilu, baik itu penyelengara, pemilih maupun yang dipilih. Sudah tentu ada dampak yang muncul dari narasi ketegangan lewat partisipasi, persepsi, dan respons individu terhadap proses politik. Hal-hal tersebut dapat terlihat dari sejauh mana persiapan pemilih dan yang dipilih sebelum dan sesudah pemilu. Pada sisi persiapan pemilih, pendidikan pemilih menjadi elemen penting dalam memastikan partisipasi yang cerdas dan informasi yang akurat. Pendidikan pemilih mencakup pemahaman tentang proses pemilihan, pemahaman tentang calon dan platform politik mereka, serta kesadaran akan hak-hak para pemilih. Di samping itu, pemilih juga perlu mempersiapkan diri secara mental untuk mengambil keputusan yang bijaksana dan memilih sesuai dengan nilai dan kepentingan mereka sendiri.
Di sisi lain, persiapan yang matang juga diperlukan dari pihak yang dipilih atau calon. Calon harus siap secara mental, emosional, dan fisik manakala hasil perhitungan suara akhir apakah meloloskan langkah juangnya atau tidak tercapai ekspetasinya. Â Pada dasarnya sisi persiapan mental dari kedua belah pihak ini sangat penting karena menentukan kesuksesan dan kualitas dari proses demokratis secara keseluruhan. Dengan persiapan yang matang dari pemilih dan calon, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang kondusif untuk partisipasi aktif, dialog politik yang sehat.
Memahami Dinamika KeteganganÂ
Pentingnya memahami dinamika ketegangan di masa ketenangan sangatlah relevan dalam konteks psikologis dan sosial politik. Ada dua sisi penting yang perlu dicermati dalam konteks ini, yakni Psikologis dan Sosial. Dari konteks Psikologis melihat ketegangan adalah bagian alami dari kehidupan manusia, namun ketika itu terjadi dalam suasana yang tampaknya tenang, perannya bisa menjadi lebih rumit dan seringkali tersembunyi. Memahami hal ini akan memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana emosi, persepsi, dan interaksi sosial dapat terpengaruh dalam situasi yang tampaknya damai. Pemahaman tentang bagaimana ketegangan berkembang di masa ketenangan membantu individu mengenali dan mengelola stres serta kecemasan yang mungkin terpendam. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan strategi pengendalian diri yang efektif dan meningkatkan kesejahteraan mental mereka secara keseluruhan.
Bila dicermati dalam konteks sosial, tentang bagaimana memahami dinamika interaksi antarindividu dan kelompok. Ini membuka jalan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi, memperbaiki hubungan interpersonal, dan mempromosikan dialog yang lebih konstruktif dalam menangani konflik. Menghadirkan wawasan tentang dinamika konflik dan ketidaksetaraan sosial yang mungkin tersembunyi di balik ketenangan yang tampak.
Konsep suasana tegang dan masa tenang mencerminkan dua keadaan yang saling berlawanan namun seringkali berdampingan dalam kehidupan sehari-hari. Suasana tegang merujuk pada keadaan di mana individu merasakan ketegangan, kegelisahan, atau tekanan emosional. Hal ini bisa dipicu oleh berbagai faktor, termasuk situasi konflik, ancaman, atau ketidakpastian yang dirasakan. Di sisi lain, masa tenang merujuk pada keadaan di mana suasana relatif damai, stabil, dan tidak adanya konflik yang terlihat secara langsung. Ini adalah waktu di mana individu merasa rileks, aman, dan tanpa tekanan yang signifikan. Perbedaan antara suasana tegang dan masa tenang tidak selalu jelas dan seringkali dapat tercampur. Bahkan dalam situasi yang tampaknya tenang, individu masih dapat merasakan ketegangan secara internal karena kecemasan, kekhawatiran, atau tekanan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, dalam situasi tegang, ada momen ketika individu dapat menemukan ketenangan relatif, entah melalui refleksi pribadi, teknik pengendalian diri, atau pengalaman yang memberikan rasa kedamaian.