Presiden Soeharto mangatakan bahwab B.J. Habibie akan dilantik menjadi Menteri Negara. Setelah menjadi seorang menteri beliau merasa semua fasilitas yang diberikan sama saja dengan kehidupan sebelum menjadi menteri. Selepas mengerjakan pekerjaan kantornya beliau masih tetap membaca buku untuk mengasah ilmunya. Tapi setelah bekerja berhari-hari B.J. Habibie juga meminta untuk beristirahat penuh dan menggunakan waktunya untuk berkumpul bersama anak dan istrinya.
Dalam gaya kepemimpinan nya B.J. Habibie memamng seorang yang idealis, yang tidak mau beranjak dari citranya mengenai Indonesia modern dan cara mencapainya. Ia tahu bagaimana rasanya bersendiri dalam menuju perjalanan yang benar.
Nasionalisme pun terwujud dalam karangan dan perbuatannya, beliau juga merupakan seorang ilmuwan yang cemerlang yang selalu bertanya kalau tidak tahu dan selalu ingin mendalai segala sesuatu sampai akar-akar nya. B.J.
Habibie merupakan seorang pekerja keras dan orang yang tidak suka pada keruwetan yang dibuat-buat, ia juga orang yang perfeksionis yang heran apabila melihat orang yang tidak berusaha untuk mencapai sesuatu yang sempurna. Gaya kepemimpinan seseorang terlihat dari kelanggengan dalam sikap dan perbuatannya, apa yang membuat nya senang, apa yang membuat menarik napas panjang saat tidak sabar, dan keteraturan lain seperti itu. Gaya kepemimpinan seseorang juga dibentuk oleh watak dan lingkungan.
Dalam melaksanakan pekerjaannya B.J. Habibie berpegang teguh pada prinsip “Bersikaplah Rasional, Bertindaklah Konsisten, Berlakukal Adil”. Kesempurnaan tidak datang dengan sendirinya, kesempurnaan harus diupayakan, kesempurnaan harus dinilai. Proses dan hasil pekerjaan harus selalu diawasi, maka akan lahirlah prinsip “Percaya itu baik, tetapi mengecek lebih baik lagi”.
“Inti hidup adalah komitmen: komitmen pada ilmu, komitmen pada negara dan bangsa, komitmen pada anak dan istri, komitmen pada pekerjaan, komitmen pada rekan-rekan seperjuangan. Dan komitmen itu mutlak ya atau tidak” – B.J. HAbibie