Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik domestik (rumah tangga) maupun industri. Dalam Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.
Sampai saat ini sampah menjadi masalah utama di lingkungan masyarakat. Permasalahan sampah bukan lagi menjadi masalah baru di Indonesia karena Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat produksi sampah yang tinggi. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 35,93 juta ton timbulan sampah sepanjang 2022. Jumlah tersebut naik 22,04% secara tahunan dari 2021 yang sebanyak 29,44 juta ton. Hal ini dapat terjadi karena sampah yang ada tidak dikelola dengan baik sehingga bisa mencemari lingkungan.
Tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) yang tidak sesuai dengan standar ilegal dapat mengakibatkan pencemaran tanah dan air. Limbah kimia dan bahan berbahaya dalam sampah juga dapat merusak ekosistem dan mengancam keanekaragaman hayati. Hal ini dapat dibuktikan ketika sampah-sampah tersebut telah mencemarkan sungai, danau, dan pantai, sehingga dapat mengancam ketersediaan air bersih dan memicu terjadinya banjir.Â
Segala permasalahan di lingkungan masyarakat terjadi bukan tanpa sebab. Untuk lebih mengetahui faktor penyebab permasalahan sampah dan upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan sampah diperlukan pendekatan transdisiplin dari tiga ilmu sosial. Berikut adalah penjelasannya.
1. Geografi
Dalam ilmu geografi, jumlah penduduk yang terus bertambah menjadi salah satu faktor bertambahnya jumlah sampah di lingkungan masyarakat. Semakin padat penduduk, semakin menumpuk sampah yang dihasilkan. Semakin meningkat aktivitas pembangunan, semakin sempit tempat pembuangan sampah. Sehingga perlu adanya gerakan perubahan pengelolaan sampah yang lebih baik untuk lingkungan sekitar terlebih dahulu.Â
- Program P3S (Pintar Pilah Pilih Sampah)
Salah satu kegiatan pengelolaan sampah yang sederhana dan bisa dilakukan di rumah masing-masing adalah pemilahan sampah. Pemilahan sampah merupakan kegiatan mengelompokkan dan memisahkan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, atau sifat sampah. Tujuan pemilahan sampah yaitu untuk mempermudah pengelolaan sampah selanjutnya. Selain memudahkan pengelolaan sampah, juga menjadikan masyarakat tidak lagi bergantung dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang memiliki keterbatasan lahan dalam pengumpulan sampah sisa rumah tangga masyarakat.Â
Secara teknis, masyarakat bisa memisahkan sampah menjadi 3 jenis, yaitu sampah organik, anorganik, dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Sampah organik dapat terurai secara alamiah, biasanya jenis ini dapat dikubur di dalam tanah atau dikelola kembali menjadi pakan ternak, biogas, dan puuk kompos. Â Sedangkan sampah anorganik membutuhkan waktu yang lama untuk terurai, sehingga lebih baik sampah ini didaur ulang atau dimanfaatkan kembali menjadi sesuatu barang yang memiliki nilai ekonomis. Sampah B3 mengandung senyawa yang berbahaya sehingga tidak bisa dibuang sembarangan, jenis sampah ini lebih baik diserahkan ke tempat pembuangan sampah khusus sampah B3 di lingkungan terdekat.Â
2. Sosiologi
Dalam ilmu sosiologi, kurangnya kesadaran dan kepekaan masyarakat terhadap lingkungan sekitar menjadi faktor penyebab permasalahan sampah. Hal ini berpengaruh terhadap pengelolaan sampah yang seharusnya secara sepakat dan bersama dilakukan di lingkungan masyarakat. Selain itu, ketidakdisiplinan masyarakat dalam menjaga kebersihan dapat menciptakan suasana lingkungan yang kotor dan tidak nyaman akibat timbunan sampah. Tanpa disadari timbunan sampah inilah yang menjadi sarang penyakit yang nantinya dapat mengganggu kesehatan masyarakat sekitar. Tidak hanya itu, peluang terjadinya pencemaran lingkungan semakin besar, karena kepedulian masyarakat yang masih rendah. Padahal keberadaan sampah di lingkungan masyarakat tak lepas dari tangan manusia yang membuang sampah sembarangan.Â
- Program Sosialisasi Tindakan Sederhana Berdampak Luar Biasa
Kegiatan sosialisasi adalah proses mengkomunikasikan program-program pemerintah kepada warga masyarakat, dengan tujuan untuk memberikan pengenalan dan penghayatan dalam lingkungan tertentu.
Secara teknis, sosialisasi ini dilakukan di lingkungan masyarakat untuk kalangan lansia, dewasa, remaja maupun anak-anak dengan mengenalkan jenis-jenis sampah, cara yang tepat untuk memilah dan membuang sampah serta pemanfaatan sampah daur ulang yang bernilai ekonomis.Â
3. Ekonomi
Dalam ilmu ekonomi, yang menjadi faktor penyebab permasalahan sampah adalah gaya hidup individu yang cenderung konsumtif karena berkembangnya sistem kapitalisme. Dalam konsep kapitalisme kebahagian adalah jika semua keinginan terpenuhi. Kapitalisme mengubah keinginan menjadi kebutuhan. Pada era digital, keinginan belanja dan pesan makanan sangat difasilitasi dan dimudahkan. Teknis jual beli online cukup mempermudah dalam aktivitas jual beli. Transaksi pun dapat dilakukan dalam genggaman jari melalui ponsel. Kebanyakan orang membeli barang yang sebetulnya tidak mereka dibutuhkan. Bagi mereka, belanja lebih semata memenuhi keinginan yang berujung gaya hidup konsumtif. Â Dan ini berarti semakin banyak barang diproduksi maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan.
- Program Sampah Jadi Uang
Secara teknis, program ini dilakukan untuk memanfaatkan sampah organik dan anorganik yang kemudian bernilai ekonomis guna menambah pendapatan masyarakat. Diperlukan prinsip 3R, yaitu Reuse (penggunaan kembali), Reduce (pengurangan) dan Recycle (daur ulang) untuk mendukung pelaksanaan program ini. Agar sampah bisa bernilai ekonomis, diperlukan prinsip Recycle (daur ulang) menjadi suatu benda yang bisa menghasilkan uang. Untuk sampah organik basah seperi sisa makanan dapat didaur ulang menjadi pupuk kompos yang proses pembuatannya dilakukan dengan mencacah sampah menjadi bagian kecil dan mendiamkan di tempat tertutup untuk mempercepat proses pembusukan dan proses ini membutuhkan waktu hingga dua minggu sampai satu bulan. Untuk sampah anorganik dapat didaur ulang menjadi bahan untuk membuat kerajinan tangan. Contohnya botol plastik dijadikan pot bungan, kemasan plastik dijadikan tas anyaman, dan sampah plastik untuk bahan baku pembuatan ecobrick.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H