Mohon tunggu...
Salma Zahwa Ramadhani
Salma Zahwa Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Visionary one.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gaya Hidup Tepat, Mental yang Kuat

28 Oktober 2023   13:56 Diperbarui: 28 Oktober 2023   15:21 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan Mental, dua kata yang sedang hangat diperbincangkan di Indonesia, maupun di dunia. Sebagai seorang "Gen Z" yang selalu dipandang sebagai generasi yang sangat memperhatikan bagaimana kesehatan mentalnya bekerja, aku juga turut menjadi seorang remaja (masih belajar untuk menjadi seorang dewasa yang sesungguhnya) yang membukakan mataku secara lebar-lebar terhadap kesehatan mentalku sendiri. Dua kata ini (Kesehatan Mental) menurutku adalah sesuatu hal yang bisa dikatakan sebagai hal yang susah-susah-gampang untuk dikelola oleh diriku sendiri, dan begitupun bagi kalangan remaja seusiaku. Sering kali kita sebagai Gen Z dikatakan sebagai generasi yang lembek, karena sering pula ditemukan orang-orang yang tidak bisa melakukan sesuatu secara professional dengan mengandalkan alasan dimana mentalnya yang sedang tidak stabil. Tapi aku berpikir malah Generasi Z ini dimana kita sebagai anak-anak yang tumbuh berbarengan dengan teknologi, digital dan lainnya, menggaungkan betapa pentingnya kesehatan mental itu sebagai sesuatu hal yang harus kita perhatikan. 

Kebanyakan mungkin belum familiar atau masih sedikit asing dengan bagaimana anak-anak muda ini mengkomunikasikan kondisi kesehatan mentalnya di internet. Tetapi, kemajuan teknologi ini adalah suatu hal yang harus kita ikuti, kita harus terus beradaptasi dengannya dan jangan terus menerus menyangkalnya yang mana akan membuat kita semakin tertinggal.

Sebagai seseorang yang masih berkutat di dunia pendidikan, aku (20) masih sangat berjuang demi menjaga kestabilan kesehatan mentalku. Kesehatan mental yang tidak stabil tentu selalu dibarengi dengan banyaknya faktor yang mempengaruhi. Tidak peduli kecil atau besarnya suatu masalah yang dihadapi, jika sudah tersangkut di dalam pikiran dan kita sudah berusaha untuk tidak memikirkannya tetapi tidak bisa, seringkali membuat kita hanya terfokus pada satu masalah itu dan kita tidak bisa memikirkan hal lain di waktu yang bersamaan. Menurutku dari situlah awal mula bagaimana kesehatan mental seseorang tidak stabil.

Mendistraksi pikiran adalah salah satu caraku. Mendistraksi pikiran menurutku adalah jalan yang sangat ampuh untuk bisa mengusir berbagai pikiran-pikiran jahat yang sering mengganggu pikiranku. Mendistraksi pikiran dengan cara apa? Nah, bagiku memiliki suatu hobi atau suatu hal yang kita sukai adalah hal yang penting untuk kita miliki. Kenapa? Karena jika di saat-saat seperti itu kita bisa menggunakannya untuk memindahkan pikiran kita sejenak untuk melakukan hobi kita terlebih dahulu, sesudah itu biasanya aku sudah tidak terlalu terbebani oleh pikiran-pikiran sebelumnya, karena kondisi hatiku sudah mulai membaik, maka pikiran pun akan bisa berpikir dengan lebih jernih.

Dengan cara apa sih kiranya aku mendistraksi pikiranku? Biasanya jika aku sedang merasa terbebani dengan suatu hal yang sangat mengganggu pikiran dan aku pikir "ini kalo dipikirin lama-lama bisa bahaya nih" adalah dengan cara fangirling. Bagi sebagian orang yang mungkin juga sama seperti aku, yaitu punya idola yang disukai secara spesifik, itu akan membawa kita ke dunia yang berdeda, yang dimana kita akan selalu merasa senang dan bahagia. Hahaha sedikit lebay tapi itu emang nyata adanya. Seperti seorang yang sedang kasmaran, seorang fangirl seperti aku juga selalu merasa senang jika melihat idol-idol yang aku sukai. Aku pikir para idol ini seolah-olah menyerap energi negatif yang ada di pikiranku? Hahaha.

Selain fangirling, hal selanjutnya yang akan aku lakukan jika sedang banyak pikiran adalah dengan berolahraga. Jalan sore adalah olahraga kesukaanku. Bukan lari yaa tapi cuma jalan kaki aja. Jalan sore, sembari menghirup udara segar di bawah pohon-pohon rindang dan sambil memperhatikan betapa sibuknya kota ini adalah suatu hal yang sangat aku sukai. Sebetulnya sembari berjalan aku akan banyak berpikir dan membuka mataku, lalu aku akan sadar bahwa betapa pikiran-pikiran yang sedang hinggap di pikiranku ini sangat tidak pantas untuk aku pikirkan. Membuka mata dengan melihat bahwa sangat banyak orang yang ternyata masalah hidupnya lebih berat daripada hidupku juga membantuku untuk sedikit demi sedikit memusnahkan segala pikiran negatif yang ada.

Selama ini seringkali kita tidak sadar bahwa yang selalu kita lakukan adalah melihat ke atas dan kita lupa untuk melihat ke bawah. Tanpa kita sadari hal itu juga mempengaruhi kesehatan mental kita. Dengan selalu melihat ke atas, kita akan terus menerus merasa kurang dan yang akan menjadikannya sebagai sifat "iri" yang tentu saja sangat tidak baik untuk kewarasan hati dan juga pikiran kita. Sifat iri ini adalah langkah awal yang nantinya akan menjadikannya sebagai bahan untuk kita pikirkan, yang jika kita tidak bisa mengelolanya, pikiran tersebut lama-kelamaan akan menjadi sebuah beban yang bisa jadi kita tidak bisa menanganinya. Maka dari itu, penting pula untuk kita selalu melihat ke bawah dan menyadari betapa masih banyaknya manusia yang belum seberuntung kita. Setelah itu, dengan ketulusan dari hati yang paling dalam, rasa syukur dan ikhlas pun akan muncul, sehingga membuat pikiran negatif pun akan sirna.

Tak kenal tempat, kesehatan mental yang tidak stabil bisa menyebabkan burn out yang tidak bisa kita kontrol dan akan terjadi di tempat yang tidak seharusnya. Untuk itu kita harus selalu menyadari tentang hal ini, bukan hanya terhadap diri sendiri, tetapi juga terhadap lingkungan. Kita juga harus bisa "mendeteksi" teman-teman di lingkungan kita yang kemungkinan mereka membutuhkan pertolongan, tidah usah jauh ke pertolongan, se-sederhana kita harus tahu kapan mereka sedang butuh teman untuk bercerita. Tidak harus menceritakan tentang masalah yang sedang dihadapinya, tetapi menghiburnya dengan menceritakan sesuatu hal yang random, sedikit demi sedikit akan membantunya. Membuatnya berarti di hidup kita adalah kunci. Seringkali teman-teman yang mengalami ketidak stabilan mental merasa bahwa hidupnya tidak berarti bagi lingkungannya dan merasa bahwa ia adalah seorang beban di hidup orang yang ada di sekitarnya. Untuk itu aku selalu mencoba dan terus mencoba untuk bisa mengelola emosi dan perkataanku pada saat sedang bersama dengan orang lain, secara tidak langsung itu akan membantu diri kita juga untuk terhindar dari ketidak stabilan mental.

Dengan berhubungan baik dengan teman, keluarga dan juga Tuhan, akan bisa membantu kita untuk terhindar dari ketidak stabilan mental. Ketiga unsur itu juga yang membuatku tetap mempunyai semangat disetiap harinya. Sebagai seorang mahasiswa semester 5 yang di mana kita sudah harus mempelajari bagaimana menyusun skripsi dan lain-lain, sejujurnya itu melelahkan, tetapi akan sangat lebih lelah jika kita tidak membagikannya kepada teman-teman dan juga keluarga. Dengan berbagi cerita kepada teman-teman yang memang sedang berjuang di hal yang sama juga akan membuat kita tidak merasa sendiri dalam menghadapi masalah. Seringkali aku berpikir "ahh ternyata dia juga lagi merasa kesusahan di hal yang sama" secara tidak langsung itu yang membuatku terus percaya terhadap diri sendiri bahwa aku bisa, aku bisa menghadapi segala cobaan yang datang. Aku juga percaya bahwa jika suatu cobaan diberikan kepada kita, pasti kita akan bisa menghadapi dan menyelesaikannya.

Selain hal-hal di atas, hal lain yang bisa membuatku tetap semangat dalam mengelola kesehatan mental adalah dengan beribadah. Beribadah adalah aktivitas di mana kita berkomunikasi dengan sang pencipta. Dengan beribadah, kita akan merasakan bahwa hidup ini sangatlah berarti dan dengan beribadahlah aku mengeksperikan rasa bersyukurku atas segala hal yang telah diberi. Mulai dari keluarga yang sangat mendukung, lalu teman-teman yang juga membantu meringankan beban-beban yang ada di kehidupan mahasiswa, dan juga hal-hal lain yang pastinya tidak bisa disebutkan satu-persatu, aku sangatlah bersyukur akan semua hal itu. Dengan beribadah dan bersyukur kepada Allah swt. Aku merasa sangat tertolong. Dengan kita mendahulukan Tuhan di situasi apapun dengan cara beribadah dan berdoa, niscaya Tuhan pun tidak akan mengabaikan doa-doa kita. Saat beribadah, aku bukanlah ingin menghindari masalahku, tetapi dengan beribadah, aku berdoa agar segala urusanku dapat dilancarkan, apa yang aku inginkan dapat dikabulkan, bergitu pula dengan berbagai cobaan, aku berdoa agar aku bisa melewatinya dengan tanpa harus ada yang terluka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun