Mohon tunggu...
Salma Wafiyyah
Salma Wafiyyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi

Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Nature

Regenerasi Petani; Petani Muda Berkarya

22 Mei 2019   20:40 Diperbarui: 22 Mei 2019   21:08 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Indonesia merupakan negara dengan sumber daya alam yang melimpah sehingga Indonesia disebut sebagai negara agraris. Negara agraris dikenal dengan fokus utama sektor pertanian sebagai mata pencaharian. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting untuk perekonomian dan sumber bahan pangan. Menurut Badan Pusat Statistik jumlah penduduk bekerja pada triwulan I tahun 2018 sebanyak 127,07 juta orang. Dari angka tersebut ada tiga lapangan pekerjaan yang memiliki tenaga kerja terbanyak yaitu pada peringkat pertama menurut kepala BPS ada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan persentase sebesar 30,46% atau sebanyak 38,70 juta orang, sehingga  masyarakat Indonesia sebagian besar ber mata pencaharian sebagai seorang petani.

Petani merupakan profesi yang dipandang tidak memiliki prospek menjanjikan dalam hal ekonomi dan berbagai pandangan negatif lainnya. Profesi petani semakin hari semakin tidak digemari terutama generasi muda sebagai salah satu generasi penerus bangsa. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, kelompok petani yang berusia 45 tahun ke atas terdapat sebesar 62% dari total jumlah petani apabila saat ini tahun 2019, berarti usia petani ini sudah mencapai 55 tahun lebih. Usia petani dalam kelompok produktif, yaitu kurang dari 35 tahun hanya terdapat sebesar 12%, sisanya 26% adalah petani dengan usia antara 35-45 tahun. Usia produktif untuk tenaga kerja seharusnya ada pada generasi muda untuk meningkatkan produktivitas dari pekerjaan tersebut.

Generasi muda kurang minat menjadi petani, namun tidak bisa disalahkan karena melihat kondisi kesejahteraan petani di Indonesia yang masih di bawah rata-rata. Hal tersebut terjadi karena para petani di Indonesia tidak memiliki riwayat pendidikan yang tinggi, rata-rata hanya berpendidikan di bangku sekolah dasar (SD) atau sekolah menengah pertama (SMP). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat pendidikan petani masih di dominasi tingkat pendidikan SD dan SMP dengan persentase lulusan SD 38,49% dan lulusan SMP 16,22%. Sehingga para petani tidak memiliki pengetahuan untuk mengembangkan teknologi di bidang pertanian, mengolah hasil pertanian agar memiliki nilai tambah, dan menghasilkan pendapatan yang lebih lainnya dari pertanian. Berbeda dengan kondisi pertanian di luar negeri seperti Jepang dan Eropa, petani disana memiliki kesejahteraan yang tinggi dikarenakan sikap pemerintah yang melakukan perlindungan secara maksimal terhadap impor bahan pertanian. Sehingga perlu adanya campur tangan dari pemerintah sendiri terkait dengan kesejahteraan petani agar pandangan terhadap profesi petani yang kurang bergengsi dan tidak menjanjikan hilang dikalangan generasi muda.

Bukan hanya campur tangan pemerintah saja tetapi perguruan tinggi pun memegang peranan penting, bahkan banyak mahasiswa pertanian yang saya liat disekitar saya, mayoritas mahasiswa pertanian menjadikan fakultas pertanian bukan pilihan pertama tetapi menjadikan pilihan kedua atau ketiga dan terkadang mahasiswa pertanian merasa malu saat menyebutkan dirinya sebagai mahasiswa pertanian. Padahal sektor pertanian memegang peranan penting karena sebagai sumber kebutuhan pokok, sandang, dan papan, sehingga dibutuhkan petani -- petani muda generasi penerus yang memiliki produktivitas, pengetahuan, dan kemampuan yang lebih dari generasi sebelumnya agar pertanian dan kesejahteraan petani di Indonesia dapat maju sehingga pandangan negatif terhadap profesi petani akan hilang.

Regenerasi petani penting untuk mencapai ketahanan pangan nasional dan diperlukan generasi muda yang memiliki potensi serta produktivitas tinggi. Bonus demografi merupakan peluang untuk regenerasi petani yang saat ini sangat dibutuhkan. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan, Indonesia akan menikmati era bonus demografi pada tahun 2020-2035. Pada masa tersebut, jumlah penduduk usia produktif mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 297 juta jiwa. Usia mempengaruhi suatu kinerja karena jiwa muda memiliki semangat yang tinggi, motivasi, skill yang masih bisa di tingkatkan, sehingga dapat meningkatkan pertanian Indonesia.

            Lalu bagaimana menciptakan regenerasi petani tersebut?

  • Menerapkan teknologi di bidang agroindustri 

Pandangan negatif terhadap profesi petani disebabkan karena pandangan generasi muda bahwa sektor pertanian tidak menarik, terkesan tradisional, tidak memberikan penghasilan yang memadai, dan kurangnya pemahaman tentang potensi pertanian. Pandangan negatif tersebut dapat diubah dengan menerapkan teknologi dalam pengembangan industri pertanian, sehingga  dapat meningkatkan nilai tambah pada produk pertanian serta meningkatkan insentif yang dihasilkan. Industri pertanian menunjukkan bahwa kegiatan pertanian tidak hanya on farm seperti menyebar benih, menyiram, membajak, dan kegiatan pertanian lainnya, tetapi industri pertanian ini bergerak pada teknologi dan pemberian nilai tambah pada hasil pertanian. Sehingga agroindustri dengan teknologi inovasi yang canggih dapat menarik minat generasi muda untuk bertani.

  • Melakukan Urban Farming

Meningkatkan keinginan generasi muda untuk menjadi petani dapat dilakukan melalui inovasi urban farming . Inovasi ini memadukan antara keterampilan dan seni yang umumnya digemari para generasi muda seperti membuat taman dinding, budidaya dalam pot, hidroponik, dan sebagainya. Urban farming ini menggunakan lahan yang sempit biasanya merupakan inovasi untuk daerah perkotaan, sehingga tidak mempengaruhi gaya hidup yang harus berpindah ke pedesaan untuk bertani. Inovasi ini dapat dilakukan dengan melakukan menyuluhan lewat social media yang banyak digunakan oleh generasi muda, media cetak, atau edukasi yang diberikan pada bangku pendidikan sekolah ataupun universitas.

  • Memperkenalkan Pertanian Sejak Dini

Pemahaman sejak dini sangat penting misalnya anak-anak sudah dikenalkan dengan dunia pertanian sejak pendidikan dasar, sehingga tertanam kecintaan terhadap pertanian. Lalu dari pihak universitas dan mahasiswa agar khususnya mahasiswa pertanian sendiri dapat mengaplikasikan pengetahuannya di bidang pertanian, karena banyak sekali sarjana pertanian setelah lulus tidak terjun dalam bidang pertanian. Universitas perlu memfasilitasi dan memberikan arahan dengan baik kepada mahasiswa, serta menanamkan kesadaran tentang pertanian, teori saja di 

#KategoriPelajarMahasiswa

#PertanianIndonesiaMaju

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun