Seorang anak pada masa pertumbuhan pasti akan memiliki perilaku dan aktivitas yang sama, mulai dengan kesenangan yang mereka lakukan bersama dan tentunya yang terutama terlihat sehat.
Tapi apakah anda pernah melihat seorang anak yang sulit untuk berkomunikasi atau berhubungan sosial dengan orang lain? Â
Ya, jika hal itu terjadi bisa jadi anak tersebut sedang mengidap gangguan autis.
Autism Spectrum Disorder (ASD) atau lebih sering di sebut dengan autis adalah gangguan pada otak yang tidak mampu bekerja sama, sehingga seseorang yang mengidap hal tersebut akan sulit untuk berkomunikasi atau berintraksi dengan orang lain yang ada disekitarnya.
Gejala dari autis ini dapat dilihat dari adanya gangguan prilaku, sulit dalam kemampuan berkomunikasi dan kurangnya keterampilan sosial.
Orang yang mengalami autis akan merasa tidak nyaman saat berada pada keramaian, adanya kesulitan untuk memahami perasaan orang lain dan lainnya.
Jadi, orang tua harus mengetahui ciri-ciri autis pada anak agar dapat dilakukan terapi lebih awal. Gejala autis pada bayi yang tidak boleh diabaikan dapat diketahui jika ada ciri-ciri sebagai berikut:
1. Ada batasan bayi untuk merengek atau bayi tersebut tidak mampu untuk mengoceh.
2.Tidak dapat membuat suatu gerakan seperti melambai ataupun menunjuk.
3. Tidak ada tanggapan saat seseorang mencoba untuk memanggil atau berbicara dengannya.
4. Menghindari kontak mata jika seseorang melihat langsung kematanya, atau bayi tersebut akan menjadi semakin rewel.
5. Melakukan gerakan berulang-ulang.
6. Bayi yang berusia 6 bulan  yang mengalami gangguan autis yaitu tidak adanya senyum atau perasaan gembira, tidak ada ekspresi atau tidak adanya suara.
Tapi, gangguan autis pada bayi ini sering dianggap biasa dan sebagian besar diabaikan oleh orang tua. Hal ini sering terjadi karena secara umum, pada awal pertumbuhan sulit membedakan antara anak yang mengidap autis dengan yang tidak.
Autis pada anak sangat kemungkinan dapat terlihat jelas pada awal pertumbuhan umur 2 tahun. Ketika anak yang berumur 2 tahun sudah bisa mengucapkan sepatah atau da patah kata, tetapi anak yang mengalami autis tidak dapat berbicara sama sekali. Terkadang anak yang mengalami autis berbicara dengan nada yang datar atau nada yang tinggi, dan memiliki pola bicara yang berbeda, biasanya ketika bicara akan mengulang kata-kata yang sama.
Karena anak autis memiliki kekurangan dalam keterampilan sosial atau kemampuan berkomunikasi yang kurang, jadi anak autis saat bermain akan lebih senang sendiri daripada bersama dengan teman yang lain. ketika bermain, anak yang mengidap autis memiliki cara yang berbeda saat bermain.
Anak autis akan lebih sensitif terhadap hal-hal seperti sentuhan, kegelisahan ataupun kebisingan yang ada disekitarnya dan terkadang akan menunjukkan reaksi yang berlebihan.
Jadi, bagi para orang tua perlu memperhatikan tumbuh kembang si kecil ya apalagi jika si kecil menunjukkan gejala-gejala tersebut perlu dilakukan terapi sejak dini ke dokter. Terapi yang benar dilakukan akan membuat anak yang mengalami autis membaik dan dapat berkegiatan dengan cukup normal. Terapi yang biasa dilakukan yaitu:
Terapi Sensory Integration, dimana terapi ini adalah terapi awal yang dapat dilakukan pada anak autis yang berumur satu tahun lebih atau anak yang sudah bisa berjalan. Terapi ini dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan dari sistem sensori  seperti mengoptimalkan kemampuan persepsi dalam menerima sensasi yang ada dilingkungan. Terapi ini akan menghasikan perilaku yang aditif dan bertujuan. Â
Terapi okupasi merupakan terapi yang dapat dilakukakan pada anak autis untuk meningkatkan kemandirian atau fungsional.
Tapi, jika biaya terapi di dokter mahal bisa melakukakn terapi yang mudah dirumah loh seperti:
1. Para orang tua memberikan waktu kapada anak yang mengidap autis mengenal bagaimana kondisi yang ada disekitar rumah. Hal ini dilakukan untuk membangun tingkat emosional si kecil dengan cara melatih fokus mereka dengan bermain bersama.
2. Konsistensi terhadap prilaku, seperti ketika si kecil agresip atau menggigit sesuatu, para orang tua harus konsisten untuk melarang.
3. Melatih bicara pada si kecil, dapat dilakukan dengan cara mengajarkan mereka meniup seperti meniup terompet, meniup bola yang kecil saja dan lainnya. Melatih otot bicara dengan cara melatih elastisitas lidah.
Jadi, ayo kenali apakah si kecil mengidap autis atau tidak dengan cara melihat gejala-gejala diatas. Jika sudah terlihat gejalanya, segera lakukan terapi yaa. Ingat, si kecil tidak berbeda ya hanya saja mereka adalah anak yang special.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H