Hari ini aku harus kuliah di luar kota usai pulang sekolah. Pas juga sih ini hari ketiga wisata keluarga bersama keluarga Diana. "Akbar, kamu tampan deh!" Diana tidur di dadanya itu. "Kamu cantik!" jawabnya. Oh, baik. "Eh kocak, ayo bareng aku!" ucapku sambil menawarkan jok belakang motorku. Katanya Akbar mau naik mobil bareng teman-temannya.
"Eh Boy, katanya Kendra sudah menikah dengan saudara sepupumu?"
"Iya Neng!" Diana tertawa.
"Wah, kamu bawa medali lagi!"
"Iya nih, Ibu Rona ada-ada saja, masa bawa pulang medali. You kan tahu I paling mau tolak medali, mending bawa pulang piagamnya...." Diana tertawa lagi.
Akhirnya sampai di kota. "Boy, aku ada program di kampus Airlangga, kamu kemana?" , "Oh, mau menghindar dari you, tidak becanda, sudah denganku yuk!" , "Yee!" langsung ku tinju kepalanya.
"Bagaimana Boy, kamu kenapa jadi main stetoskop nih!" Pak Reza, dosen jurusanku sangat gemas pada wajah dan prestasiku. Ia mengelus kepalaku. "Hm... Pak, aku suka stetoskopnya, betulan stetoskop dokter. Oh, tadi aku mau periksa denyut jantung kakak yang tadi duduk disini. Dia semester 7 Pak!"
"Iya terus sempat-sempatnya cubit pipi unyu kamu!"
"Pak Reza, ih Boy, periksa jantung Kakak dong!!!" aku tertawa lihat kakak kampus itu.
Tak lama, jantungku diserang penyakit jantungan, aku pingsan. Hm, pas sih sudah pulang kuliah.
Aku dirawat di rumah sakit karena penyakitku masih di luar organ tubuhku. Segera ku ganti status kelas karyawan menjadi kuliah online. Aku menitikkan air mata.