Mohon tunggu...
Salma Rihhadat
Salma Rihhadat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka baca buku dan menulis cerita!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cermin

18 Desember 2023   17:06 Diperbarui: 18 Desember 2023   18:40 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama kali aku melihatmu adalah malam itu, ketika semua pesta pora telah selesai dan tubuh lelahmu perlahan masuk ke kamar ini. 

Kamu adalah seorang perempuan yang masih muda dan berparas ayu, berambut hitam dengan dua lesung pipi di masing-masing pipimu. Langkahmu yang tertatih-tatih membawamu ke hadapanku, lalu memandangiku, dan diam membisu. Aku khawatir sebab wajahmu dipenuhi pilu. Matamu terlihat sendu. 

Lalu tiba-tiba, isak kecilmu terdengar bagai elegi yang mengiris hati bagi siapa saja yang mendengar tangismu, yang kamu simpan rapat-rapat seorang diri sebab dunia tidak mengizinkan air mata luruh dari kelopakmu.

Di tempatku, aku tergugu, tak bisa menggapai wajahmu yang dipenuhi oleh duka itu.

Kamu cepat-cepat menghapus aliran air di wajahmu ketika suara langkah kaki dari luar kamar tempatmu berada terdengar mendekat. Tanganmu cekatan membuka ikatan rambut dan mulai pura-pura menghapus riasan yang sebenarnya sudah luntur sebab air mata sejak lima menit lalu. 

Seorang laki-laki, berbadan tambun berkumis lebat berdiri di depan pintu. Dia tersenyum kepadamu, tetapi kamu hanya terdiam. Tatapan matamu nanar menatap balik sosoknya. Laki-laki itu, tuan dari rumah besar ini, berjalan perlahan menghampiri tubuh kurusmu yang mulai menegang sebab rasa takut. Dari tempatku, aku dapat menangkap gerakan bahumu yang tampak gemetar meski kamu pura-pura tegar. 

Laki-laki itu tersenyum lagi.

Jari jemarinya membelai wajahmu dan dia menyeringai lagi. Tangannya turun ke bahumu, mengusap-usap kedua belah bahumu yang terbuka sebab gaun putih yang kamu kenakan tidak memiliki lengan. 

Lampu dimatikan. 

Selanjutnya yang kulihat adalah gelap. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun