Berbicara mengenai self-management sudah terlihat jelas bahwa kita akan mempelajari tentang bagaimana kita mengatur diri. Manajemen diri adalah proses merubah totalitas diri yang meliputi intelektual, emosi, spiritual, dan fisik agar apa yang kita inginkan tercapai. Ketika seseorang mampu mengatur dirinya dalam segala hal, kemungkinan besar hidupnya akan terarah dan jelas. Tentunya ini bukan persoalan yang mudah. Apalagi bagi seorang anak dia belum mampu mengatur hidupnya apabila tidak ada yang mendampinginya. Jangankan seorang anak, terkadang ketika kita telah menginjak remaja bahkan mahasiswa pun masih bingung mengatur diri. Bagaimana kita melawan rasa malas, mungkin itulah hal yang paling sulit dalam mengatur diri. Seperti contoh saya sendiri. Saya sudah sering menggunakan banyak cara untuk mengatur diri saya dalam melawan rasa malas. Tetapi hal itu belum berhasil sepenuhnya.
Selain itu, kita juga harus mampu memanage diri kita ketika berinteraksi dengan orang lain. Bagaimana kita hidup dengan banyak orang yang tentunya semua mempunyai karakter yang berbeda-beda. Dan kita harus bisa mengatur sikap kita ketika berhadapan dengan mereka. Kita harus menerapkan sikap yang ramah, sopan, sabar dan yang lainnya meskipun ketika itu kita dalam keadaan sedang menghadapi masalah yang cukup berat. Jika kita membawa masalah kita dalam interaksi sosial dengan orang lain, maka sama saja kita membuka aib atau kekurangan kita sendiri. Dengan begitu, sebelum kita berinteraksi sosial dengan orang lain, ataupun saat kita sedang berinteraksi sosial sangat diperlukan aturan pada diri kita. Mungkin dengan kita mempunyai aturan unuk diri kita sendiri, kita akan mampu meminimalisir kesalahan yang tidak kita inginkan.Â
Pengelolaan waktu mungkin juga bisa masuk dalam aturan diri kita. Seperti dalam sebuah ungkapan atau kiasan "Waktu itu sama seperti pedang". Apabila kita mempu menggunakanny dengan baik, maka itu bisa menjadi bagian dalam hidup kita atau kesuksesan kita. Jika kita tidak mampu mempergunakannya dengan baik, maka pedang tersebut akan menyakiti diri kita sendiri. Tentu setiap orang menginginkan hal yang terbaik untuk dirinya. Kalau begitu, sangant penting bagaimana kita mengelola waktu dengan baik. Menjadi seorang mahasiswa mungkin sudah menjadi hal yang berat untuk bisa memanajemen waktu dengan baik. Apalagi jika masih terdapat tuntutan di luar perkuliahan reguler. Misalnya ada ma'had, pengembangan bahasa dan lain-lain. Mungkin kita berpikir bagaimana kita bisa mengikuti kegiatan di luar kuliah atau organisasi? Bagaimana kita mengikuti seminar? Padahal itu belum seberapa dibandingkan dengan orang yang sudah berkeluarga mungkin. Apalagi ketika sudah berkeluarga dengan berkarir. Namun, jika kita berusaha mengelola waktu dengan baik saat awal kita beraktivitas sehari-hari. Kita akan terbiasa dengan hal tersebut. Malah kita akan merasa kehilangan ketika kita lupa mengerjakannya.
Manajemen diri sangat berpengaruh pada kehidupan. Kita akan memperoleh banyak manfaat dari manajemen diri. Kita akan mampu menhargai waktu, berinteraksi sosial dengan baik, memperluas jaringan dan lain sebagainya. Manajemen diri mampu mengembangkan langkah kita untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Bagaimana bisa? Iya tentu itu. Setiap orang mempunyai planning ke depannya mereka harus bagaimana. KEtika satu hal yang tercantum dalam planning tersebut, tentunya mereka akan lebih semangat lagi untuk mewujudkan planning selanjutnya. "Ternyataaku mampu melakukan ini dan aku harus melakukan hal yang lain untuk mengatur diriku selain ini." Mungkin itu kalimat yang muncul ketika telah sukses melakukan sesuatu yang diinginkan. Dan tidak puas hanya dengan kesuksesan itu. Kemudian mencoba melakukan keberhasilan-keberhasilan lainnya. Akhirnya, sifat optimisme telah melekat pada diri walaupun melalui proses yang panjang dan sulit.Â
Seseorang yang telah merasakan keberhasilan dalam mengatur dirinya, mayoritas mereka akan mampu mengkontrol dirinya dengan baik dan tepat. Baik dalam segi sosial emosional, intelektual, bahasa dan aspek-aspek kehidupan lainnya. Tidak mudah emosi ketika disakiti orang lain. Jadi ketika kita mampu memanajemen diri kita dengan semaksimal, semampu kita. Maka moral yang baik akan muncul dengan spontan, bahkan bisa jadi kita tidak menyadarinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H