Kekerasan Dalam Rumah TanggaÂ
Kekerasan dalam rumah tangga merupakan suatu permasalahan dalam keluarga. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) bisa menimpa siapa saja termasuk, suami, istri, dan anak. Kekerasan dalam rumah tangga sebenarnya bukan merupakan hal yang baru. Pada umumnya masalah kekerasan dalam rumah tangga sangat erat kaitannya dengan ketiadaan akses perempuan kepada sumber daya ekonomi (financial modal dan benda-benda tidak bergerak seperti tanah, dan sumber- sumber kesejahteraan lain), usia, pendidikan, agama dan suku bangsa. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dialami perempuan juga berlapis-lapis artinya bentuk kekerasan yang dialami perempuan bisa lebih dari satu bentuk kekerasan baik secara fisik, psikologis, seksual dan ekonomi. Maka Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasaan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.Â
Kekerasan Dalam Rumah Tangga bukanlah persoalan domestik (privat) yang tidak boleh diketahui orang lain. KDRT merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus dihapuskan. Undang-Undang ini merupakan jaminan yang diberikan negara untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, menindak pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan melindungi korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).Â
Faktor-faktor yang menjadikan kekerasan dalam rumah tangga dapat dirumuskan menjadi dua, yakni faktor eksternal dan faktor internal. Salah satu indikasi permasalahan sosial yang berdampak negatif pada keluarga adalah kekerasan yang terjadi dalam lembaga keluarga, hampir semua bentuk kekerasan dalam keluarga oleh laki-laki misalnya pemukulan terhadap istri, pemerkosaan dalam keluarga dan lain sebagainya semua itu jarang menjadi bahan pemberitaan masyarakat karena dianggap tidak ada masalah, sesuatu yang tabu atau tidak pantas dibicarakan korban, dari berbagai bentuk kekerasan yang umumnya adalah perempuan lebih khususnya lagi adalah istri cenderung diam karena merasa sia-sia. Para korban biasanya malu bahkan tidak berani menceritakan keadaanya kepada orang lain
Dampak kekerasan yang dialami oleh istri dapat menimbulkan akibat secara kejiwaan seperti kecemasan, murung, setres, minder, kehilangan percaya kepada suami, menyalahkan diri sendiri dan sebagainya. Akibat secara fisik seperti memar, patah tulang, cacat fisik, ganggungan menstruasi, kerusakan rahim, keguguran, terjangkit penyakit menular, penyakit-penyakit psikomatis bahkan kematian.
Solusi Kekerasan Dalam Rumah Tangga
- Komunikasi. Dalam hal ini jangan melawan dengan kekerasan, usahakan berkomunikasi dengan korban secara kepala dingin.
- Saling percaya. Pada dasarnya setiap pasangan yang menjalin hubungan harus menjaga kepercayaan masing-masing. Menjaga kepercayaan pasangan dan saling percaya akan dapat membuat hubungan berjalan baik, hingga tidak ada niatan untuk melakukan kekerasan.
- Hindari prasangka buruk. Jika kita saling percaya satu sama lain, kita dapat menghindari prasangka buruk atau suudzon terhadap pasangan.
- Pahami kesetaraan gender. Dalam rumah tangga, penting bagi pasangan suami istri untuk memiliki perasaan yang setara dan tidak merasa lebih berkuasa dari yang lain.
- Saling toleransi. Untuk menjaga relasi tetap berjalan baik, kedua belah pihak perlu saling menunjukkan kedewasaan dan belajar untuk menoleransi ketidaksempurnaan satu sama lain.
Masalah komunikasiÂ
Didalam rumah tangga agar tidak terjadi banyak kesalahpahaman, selain harus saling percaya juga harus berkomunikasi dengan baik dan benar. Jika komunikasi saja jarang dilakukan bagaimana hubungan rumah tangga bisa terjadi dan terjalin dengan baik.Â
Faktor yang membuat komunikasi bisa memburuk yaitu :
- Jika terjadi sesuatu tidak mau dikomunikasikanÂ
- Ada yang mengganjal hanya diam sajaÂ
- Tidak bertukar pikiranÂ
- Terlalu sibuk dengan pekerjaan sendiri
- Tidak ada waktu untuk berbicara berduaÂ
- Terlalu gengsi mengungkapkan perasaan
- Terlalu mementingkan diri sendiri
Cara yang bisa kita lakukan agar komunikasi terjalin dengan baik yaitu :
- Dengan selalu berkomunikasi
- Sering ngobrol bersamaÂ
- Jangan asik dengan dunianya sendiriÂ
- Bagi waktu antara keluarga dan pekerjaanÂ
- Jangan malu untuk mengekspresikan rasaÂ
- Selalu dengarkan keluh kesah dari pasangan atau pihak keluarga yang lainÂ
- Dan jangan memendam apa yang harus dibicarakan
Keuangan dalam keluarga
Permasalahan keuangan ini sebetulnya bisa diatasi bila masing-masing pihak dalam pernikahan punya kesadaran untuk memanajemen keuangan. Menikah berarti menopang kebutuhan bersama. Karena dalam pernikahan, kamu tidak mengeluarkan uang hanya untuk dirimu sendiri, tapi ada kebutuhan lain yang juga harus kamu penuhi kebutuhannya. Adapun cara mengatasi masalah keungan dalam keluarga yaitu dengan cara saling terbuka dan berkomunikasi dengan pasangan, membuat rencana keuangan, membuat anggaran perbulan dan mencatat pengeluaran perbulan, menghindari persaingan ekonomi antar pasangan dan menghindari hutang.
Cara untuk mengatasi konflik keluarga
Kenali dan pahami sumber konflik: Penting untuk mencoba mencari penyebab konflik dalam keluarga, guna menemukan solusi yang tepat. Mencari solusi yang adil: Jika terjadi konflik, berusahalah untuk menemukan solusi yang adil bagi semua pihak yang terlibat. Jadilah pendengar yang baik: Hindari menyalahkan atau mengkritik orang lain saat konflik muncul. Cobalah untuk mendengarkan dengan cermat apa yang orang lain katakan dan cobalah untuk memahami sudut pandang mereka. Hindari bersikap defensif: Hindari bersikap defensif atau terlalu emosional selama masa konflik. Cobalah untuk tetap tenang dan terbuka terhadap solusi yang disarankan. Mencari bantuan profesional: Jika konflik keluarga terus berlanjut dan tidak dapat diselesaikan sendiri, cobalah mencari bantuan dari terapis atau konselor. Mereka dapat membantu keluarga mengelola emosi dan menemukan solusi yang tepat untuk konflik. Terapkan asas keluarga: Asas keluarga seperti saling menghormati, pengertian, dan dukungan dapat membantu menyelesaikan konflik keluarga.
Nama Kelompok 1 :
1.  Artyaswari  Annisa N.S ( 212121123 )
2. Salma Putri Rany ( 212121227 )
3. Refisan Daffa Al-Faruq ( 212121136 )
4. Desyana Rizky Dirgantarie ( 212121144 )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H