Dulu saya sering mendengarkan cerita seorang teman tentang perasaan yang sedang dialaminya. Beliau sering bercerita tentang dirinya yang selalu merasakan sakit ketika mengingat hal buruk tentang masa lalunya, hingga ia selalu mendiagnosa dirinya memiliki gangguan kejiwaan. sama halnya dengan banyaknya masyarakat atau para remaja mendiagnosa dirinya memiliki penyakit tertentu.
Manusia memang tidak pernah terlepas dari kemajuan teknologi yang semakin tumbuh dan berkembang. Berbagai informasi dengan mudah dan cepat didapatkan melalui media sosial atau media yang terhubung dengan internet. Sehingga seseorang dapat dengan mudah menyimpulkan apa yang didapatkannya melalui internet.
Mengenai hal ini, Apa yang telah dilakukannya merupakan bentuk dari Self-Diagnosis. Guru bimbingan konseling saya pernah menyebutkan bahwa Self-Diagnosis merupakan hal yang berbahaya untuk dilakukan karena tidak didasari oleh bukti medis.
Lantas, apa sih sebenarnya Self-Diagnosis itu?
Istilah Self-Diagnosis biasa dipakai oleh seseorang ketika mereka mulai mendiagnosis gangguan atau perasaan yang sedang dialaminya. Hal tersebut disebabkan karena seseorang mencari tahu informasi tentang apa yang dirasakannya secara mandiri. Contohnya seperti pada saat seseorang mengatakan bahwa dirinya merasa depresi. Hal tersebut, tidak dapat dikatakan sebagai depresi, bisa saja ia hanya sedang merasa lelah. Dalam hal ini, mendiagnosis apa yang dirasakan melalui informasi di internet tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan tidak bermanfaat. Bahkan, hal tersebut dapat membahayakan dan mempengaruhi kesehatan mental. Mengutip dari salah satu jurnal Rupaka yang berjudul “Perancangan Kampanye Sosial Stop Self-Diagnosis Ditujukan untuk Remaja”, Self diagnosis dapat menciptakan tindakan yang salah seperti mengkonsumsi sembarang obat tanpa resep dokter. Selain itu, Self-Diagnosis juga menimbulkan kekhawatiran yang dapat menyebabkan kecemasan(halodoc.com).
Dalam kehidupan, sebagian dari kita pasti pernah mengalami masa kelam. Berbagai rasa seperti trauma, sakit hati, hingga membuat diri kita merasa terpuruk melalui pengalaman buruk pernah dirasakan. Pengalaman tersebut memang memberikan memori - memori yang menyedihkan. Masa lalu terkadang berperan memberikan luka, hingga manusia pernah tersakiti olehnya. Masa lalu juga berperan memberikan pelajaran, bahwa manusia dapat mengambil hikmah dari apa yang pernah terjadi.
Dalam hal ini, Perlu bagi setiap individu mewaspadai dan peduli terhadap apa yang pernah dialami dan apa yang sedang dirasakan. Terkadang, seorang individu enggan untuk datang atau memeriksa kondisinya kepada ahlinya karena banyak dari sekian orang merasa bahwa mereka dapat mengatasinya sendiri. Hal ini juga dapat memperburuk kesehatan mental yang dimiliki.
Maka dari itu, apabila kita merasakan hal yang berbeda dari diri kita, tidak perlu takut atau malu mendatangi psikolog ataupun psikiater untuk memeriksa kondisi kesehatan kita, dan jangan pula mendiagnosis diri sendiri berdasarkan informasi-informasi yang beredar di internet karena hal itu dapat memperburuk keadaan.
Tetap semangat dan salam sehat!
Referensi:
Donny Prasetyo, I. (2020). Memahami Masyarakat dan Perspektifnya. Jurnal Manajemen Pendidikan dan Ilmu Sosial, 1(1), 163–175. https://doi.org/10.38035/JMPIS