Mohon tunggu...
Salman Unram
Salman Unram Mohon Tunggu... Dosen - Tuntut dan sebarkan ilmu yang bermanfaat bagi sesama.

Teknik Mesin solidarity forever.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Plastik Nabati

31 Mei 2020   20:31 Diperbarui: 31 Mei 2020   20:27 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini ada potensi produk plastik dari bahan nabati yang disebut plastic biodegradable. Plastik biodegradable adalah suatu bahan dalam kondisi tertentu, waktu tertentu mengalami perubahan dalam struktur kimianya, yang mempengaruhi sifat-sifat yang dimilikinya karena pengaruh mikroorganisme .

Plastik biodegradable dapat dihasilkan melalui beberapa cara, salah satunya adalah biosintesis menggunakan bahan berpati atau berselulosa.

Kulit Ubi Kayu

Salah satu cara pembuatan plastik nabati adalah kulit ubi kayu ditambahkan plasticizer agar plastik yang dihasilkan lebih elastis, fleksibel dan tahan terhadap air. Salah satu plasticizer yang banyak digunakan dalam pembuatan plastik biodegradable adalah gliserol. 

Penambahan ini bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik, sifat mekanik dan melindungi plastik dari mikroorganisme yang dapat merusak plastik. Gliserol dapat diperoleh dari minyak jelantah melalui proses transesterifikasi.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) pada tahun 2016 mengembangkan plastic nabati dari pati singkong. Mereka mengawali pemrosesan singkong menjadi tepung singkong dan dicampurkan dengan gliserol sehingga akan menghasilkan komponen plastik yang kuat.

Kemudian dilakukan proses ekstrusi menggunakan ekstruder pada suhu 100-160C. Lalu, hasil ekstruksi biji plastik tersebut menghasilkan pellet. Pellet inilah yang akan menjadi bahan baku pembuatan plastik.

Selanjutnya, pellet ini akan dimasukkan ke dalam suatu mesin yang bernama mesin pelletizing. Mesin ini terdiri dari feeder untuk menampung pellet yang akan diproses yang akan dibuat menjadi kantong nabati. Kemudian melalui proses pemanasan dan proses tiup yang akhirnya menjadi lembaran-lembaran plastik.

Terakhir ialah proses molding atau cetakan. Di mana proses ini akan menghasilkan plastik sesuai dengan kebutuhan.

Bioplastik dari singkong ini sudah menyerupai plastik biasa. Namun masih terdapat tantangan di mana rentan terhadap air.

Buah jagung, kedelai, tandan kelapa sawit, kentang, dan beragam sumber nabati di Indonesia dapat diolah menjadi bahan plastik. Singkong menjadi primadona.

Pantai Bali Penuh Sampah

Kevin Kumala merupakan salah satu pencetus penggunaan bahan plastik dari singkong. Inspirasinya itu terjadi setelah Kevin pulang ke Indonesia usai menjalani pendidikannya di Amerika Serikat pada 2009 lalu. Kondisi pantai-pantai di Bali yang penuh dengan sampah membuat Kevin mencoba berinovasi, bersama rekan-rekannya dia mulai mencari bahan yang lebih ramah lingkungan.

Demi menemukan bahan yang pas dan murah, Kevin dan rekannya telah mencoba berbagai bahan mulai dari jagung, kedelai hingga singkong. Setelah dipilah-pilah, pilihan mereka jatuh terhadap singkong karena produksinya jauh lebih banyak dan murah.

Rupanya, benda yang diciptakan bersama tujuh rekannya ini langsung mendunia. Hasil kreasinya mendapat peliputan dari sejumlah media asing seperti CNN, BBC dan beberapa media besar lainnya.

Disarikan dari:

Ani Purwanti. 2010. Analisis kuat Tarik dan Elongasi Plastik

merdeka.com

mmindustri.co.id

oleh:

Dr.-Ing. Salman, ST., MSc.

Dosen Jurusan Teknik Mesin, Universitas Mataram

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun