Old age atau usia lanjut merupakan tahapan akhir dalam perkembangan manusia, dan mencakup orang-orang yang berusia di atas 65 tahun (Papalia & Martorell, 2021). Penuaan merupakan proses yang alami serta fenomena global. Setiap negara di dunia menunjukkan pertambahan ukuran serta proposisi lansia yang lebih banyak setiap tahunnya (Sumandar, Fadhli, & Mayasari, 2021).Â
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh He dan rekannya (2016), pada tahun 2015 terdapat 617 juta jiwa lansia yang ada di seluruh dunia, dan diperkirakan pada tahun 2050, total populasi lansia mencapai 1,6 miliar jiwa. Sementara itu, di Indonesia jumlah populasi lansia adalah 25,7 juta orang pada tahun 2019, dan diperkirakan mencapai 74 juta jiwa pada tahun 2050 (TNP2K, 2020)
Pada usia lanjut, manusia mengalami penuaan yang ditandai dengan penurunan signifikan di hampir seluruh aspek seperti fisik, kognitif, hormon serta imun, dan lainnya. Sementara itu, masih banyak juga lansia yang mengalami permasalahan di aspek sosial atau interaksi sosial mereka di masyarakat, misalnya ageisme atau prasangka atau diskriminasi berdasarkan usia. Diskriminasi bisa berujung pada isolasi sosial yang berdampak pada kesejahteraan mental lansia.
Beberapa faktor resiko lansia mengalami kesepian dan isolasi sosial adalah tinggal sendiri atau di pedesaan, kesehatan yang buruk, janda atau duda, lansia perempuan, pendapatan atau pendidikan rendah, kehilangan, depresi, perasaan tidak dimengerti oleh orang lain (Berg-Weger & Morley, 2020)
Hal ini juga menjadi salah satu alasan lansia kesulitan untuk terus produktif. Peningkatan jumlah lansia dan dampaknya pada turun angka produktivitas di suatu tempat seharusnya menjadi perhatian pemerintah.
Produktivitas tidak hanya mengacu pada menghasilkan produk fisik, namun juga bisa berupa produktivitas psikologis (Schaie & Willis, 2011). Keterbatasan lansia melakukan aktivitas produktif dapat di kompensasi dengan menggunakan sumber daya yang mereka punya, seperti keseluruhan hasil intelektual dan emosional serta motivasi yang dimiliki oleh lansia.
- Intellectual productivity
Produktivitas intelektual mengacu pada strategi pemecahan masalah, pembuatan serta bertukar pikiran, dan memberi nasehat. Pengetahuan berdasarkan pengalaman lansia bisa mengkompensasi perubahan fisik. Cara lansia mengambil keputusan serta penyelesaian masalah cenderung lebih baik dibandingkan orang muda karena adanya kebiasaan dan pengalaman bertahun-tahun di bidang pekerjaan mereka. Misalnya juru ketik berusia 62 tahun sama efisiennya dengan juru ketik muda, dan pekerja industri terampil berusia empat puluhan dan lima puluhan sering kali lebih produktif dan bahkan cenderung lebih  teliti dan hati-hati daripada pekerja muda.
- Emotional productivity
Produktivitas emosional mengacu pada cara-cara lansia berkontribusi terhadap kesejahteraan emosional diri sendiri dan orang lain. Ketahanan lansia mungkin lebih baik karena mereka sudah melewati tahap penerimaan kehidupan. Mereka cenderung memiliki rasa simpati terhadap permasalahan yang dihadapi orang muda, dan produktivitas emosional sendiri bisa melalui semangat, keinginan untuk hidup, dan humor yang baik bahkan kemampuan menghadapi keadaan hidup yang sulit, atau melalui kapasitas lansia untuk menghibur dan bersimpati dengan orang lain.
- Motivational productivity
Produktivitas motivasi mengacu pada cara-cara lansia menginspirasi orang lain, misalnya menjadi panutan atau menawarkan dukungan kepada orang lain dalam mencapai tujuan mereka. Kebijaksanaan lansia membuat mereka dapat memahami perbedaan sudut pandang dan cenderung lebih berpikiran terbuka. Lansia memiliki pengetahuan faktual dan prosedural yang kaya tentang kondisi dan dapat menginspirasi orang lain dengan strategi efektif dalam menangani masalah kehidupan.
Selain pemanfaatan sumber daya psikologi, aktivitas sederhana dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan kebermaknaan dan kepuasan pada lansia. Melakukan gerakan fisik seperti menaiki tangga atau mencuci pakaian sendiri dapat memberikan persepsi kekuatan dan rasa penghargaan dalam diri lansia.
Terlepas dari berbagai macam bentuk produktivitas, diharapkan kita dapat memaksimalkan potensi dalam diri sendiri walaupun sudah memasuki usia lansia sehingga tetap terus produktif dan sehat secara jasmani maupun rohani.
Referensi
Ber-Weger, M., & Morley, J. E. (2020). Loneliness and Social Isolation in Older Adults During the COVID-19 Pandemic: Implications for Gerontological Social Work. J Nutr Health Aging, 24(5), 456-458.Â
He, W., Goodkind, D., & Kowal, P. R. (2016). U.S. Census Bureau, International Population Reports, P95/16-1, An aging world: 2015. Washington, DC: U.S. Government Printing Office.
Ju, H. (2017). The Relationship Between Physical Activity, Meaning in Life, and Subjective Vitality in Community-Dwelling Older Adults. Archives of Gerontology and Geriatrics, 73, 120-124.
Papalia, D. E., & Martorell, G. (2021). Experience Human Development. McGraw-Hill Education.Â
Schaice, K. W., & Willis, S. L. (2011). Handbook of the Psychology of Aging (7th Ed). United Kingdom: Elsevier Inc.
TNP2K. (2020). Situasi Lansia di Indonesia dan Akses terhadap Program Perlindungan Sosial: Analisis Data Sekunder. Jakarta: TNP2K.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H