Hai, perkenalkan namaku Rara. Malam ini aku sangat senang karena besok adalah hari ulang tahunku yang ke 12 tahun. Aku sampai tidak bisa tidur membayangkan betapa bahagianya aku pada esok hari karena pasti semua orang akan mengucapkan selamat kepadaku.
Matahari telah terbit dan suara kokokan ayam sudah terdengar menandakan hari sudah pagi. Suara alarm juga membangunkanku yang ternyata semalam aku tertidur dengan lelap. Aku bangun dan langsung ke kamar mandi untuk siap-siap pergi ke sekolah. Setelah mandi, aku pun memakai seragam sekolah dengan rapi dan lengkap. Di meja makan, ibuku telah menyiapkan semangkuk sereal dan segelas susu untuk aku sarapan. Di tengah sarapan berlangsung aku menanyakan perihal hari ulang tahunku kepada ayah dan ibu. "Yah, Bu. Ingat gak hari ini hari apa?" Lalu ayah dan ibuku hanya menjawab "Hmm.. Hari ini kan hari Selasa, Ra." Aku hanya terdiam dan sedih karena mereka lupa dengan hari ulang tahunku. Setelah sarapan selesai, aku berpamitan kepada ibuku dan segera pergi ke sekolah diantar oleh ayahku menggunakan sepeda motor.
Di sekolah, aku berharap teman-temanku ingat akan hari ulang tahunku dan memberi sebuah kejutan saat aku masuk kelas. Tetapi, ternyata tidak. Semua sama seperti hari biasanya. "Huh, ternyata aku hanya terlalu berekspetasi tinggi." kataku.
Saat jam istirahat, aku dan sahabatku, Sintia dan Andi pergi ke kantin untuk membeli jajanan. Aku membeli batagor, Sintia membeli bakso, dan Andi hanya membeli segelas jus alpukat. Kami duduk di meja kantin sambil makan dan mengobrol. "Eh kalian ingat gak hari ini hari apa?" tanyaku kepada mereka. "Hari ini ya hari Selasa lah, masa kamu lupa, Ra." kata mereka. "Huh, kenapa semua orang lupa dengan hari ulang tahunku!" gumamku dalam hati.
Bel masuk telah berbunyi. Kami siap-siap untuk kembali ke kelas. Saat semua kembali ke kelas, aku menanyakan kepada teman-teman lainnya dan guruku kalau hari ini hari apa. Tetapi, mereka hanya menjawab hari ini adalah hari Selasa, Selasa, dan Selasa. Aku sedih dan kesal karena hari yang seharusnya menjadi hari istimewa bagiku menjadi hari yang sangat buruk bagiku karena semua orang lupa dan tidak peduli dengan hari ulang tahunku.
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Aku merapikan buku-buku di atas meja dan bersiap-siap untuk pulang. Aku mengajak Sintia dan Andi untuk pulang bersama, tapi mereka tidak bisa karena beralasan ada kerja kelompok pelajaran Bahasa Indonesia. Akhirnya, aku pulang sendiri berjalan kaki tanpa ada yang menemani.
Di perjalanan pulang, aku menangis dan bergelimang air mata. Aku merasa hari ini adalah hari yang sangat buruk bagiku. Hari yang seharusnya menjadi hari yang istimewa bagiku telah tiada karena tak seorang pun ingat akan hari ulang tahunku.
Sesampai di rumah, rumah terlihat gelap seperti mati lampu dan pintu tertutup rapat. Perlahan aku membuka pintu dan ternyata di dalam rumah ada ayah, ibu, dan semua teman-temanku, termasuk Sintia dan Andi. Lampu rumah dinyalakan dan mereka semua serentak berteriak "Selamat Ulang Tahun, Rara!" Aku kaget dan merasa terharu dengan kejutan ini. Semua juga telah dipersiapkan dengan baik mulai dari dekorasi hingga kue tart. Aku dituntun untuk meniup lilin dan menyampaikan harapan-harapanku. "Kami gak mungkin lupa sama hari ulang tahunmu, Ra. Kami juga sayang sekali sama kamu." Ucap kedua orang tuaku. Perasaanku berubah menjadi sangat senang dan aku juga sangat berterima kasih kepada semuanya yang telah memberiku sebuah kejutan manis ini. Aku sayang sekali sama kalian!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H