Mohon tunggu...
Purwanto Indarso
Purwanto Indarso Mohon Tunggu... wiraswasta -

mendambakan hidup damai tanpa kerusuhan lagi. KAsih sayang akan menyatukan kita dalam suasana kekeluargaan yg diselimuti kedamaian

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ayah Melarang Saya Memungut Duit di Jalan, Sejak Itu..

20 Februari 2012   14:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:25 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Teringat masa kecil waktu ayah masih sehat wal afiat. Ada banyak wejangan agama yang cukup melekat sampai sekarang. Di antaranya, puluhan tahun lalu saat saya masih kecil kira-kira kelas 2 SD, saya menemukan duit di tengah jalan, Rp 500. Wah itu duit yang begitu sangat besar nilainya waktu itu. Dengan gembira saya memungut duit itu dan berlari membawa pulang.

Jarak antara rumah saya dengan tempat duit itu sekitar 500 (juga) meter.

"Ayah saya menemukan duit," kataku gembira memamerkannya ke ayah.

Tapi ayahku tak menampakkan wajah kesenangan, malah kecut. "Tidak boleh itu bukan milik kita." sepertinya begitu ayah bilang waktu itu. Yang jelas dia masam dan tak senang sama sekali.

Alih-alih dia nyuruh saya pakai  itu duit, dia malah menyuruh saya mengembalikannya ke tempatnya.

"Nanti diambil orang," kataku mencoba beralasan. Tidak rela duit itu diletakkan di jalan kosong dan pasti dalam beberapa menit sudah pindah tangan ke orang yang belum tentu pemiliknya.

Tapi ayah ngotot, menyuruh saya mengembalikan duit itu. Karena saya patuh ya sudah saya bawa duit itu lagi dan menaruhnya di tengah jalan tepat di tempat saya menemukannya.

Itu peristiwa yang telah lewat dan berlalu yang kadang ingat kadang tidak. Sekarang di usia 38 tahun ini saya sering sekali menemukan duit di tengah jalan tapi  tak pernah sekalipun saya mau menyentuhnya. Pernah waktu saya kuliah saya menemukan duit ratusan berceceran. Saya tak menyentuhnya tapi  lapor ke satpam.

Pernah juga temukan duit 10 ribu tergelatak  waktu  jalan bersama teman se asrama kampus.

"Eh itu ada duit", kataku ke teman. dengan semangat teman pungut  duit Rp 10rb itu. Saya tak berkata apapun padahal ingin saya bilang letakkan aja di tempatnya, seperti ayahku dulu bilang. Kasihan kalau ada orang balik nyari lagi. Tapi ya sudah palingan yang menemukannya juga nanti bukan pemiliknya, begitu pikirku.

Pernah juga waktu saya di LN ada duit 10 euro di pinggir jalan. Saya amati apa yang harus saya lakukan? seperti biasa duit bernilai 125rb rupiah itu saya tak sentuh.

Wah tak ingat lagi berapa kali saya dapati yang namanya duit ribuan atau recehan di jalanan. Saya tak tahu apakah karena alasan agama atau sikap ayah yang selalu terngiang-ngiang di benakku untuk tak mengambil hak orang lain meski itu benda tak bertuan di jalanan.

Saya tak habis pikir bagaimana orang mau menilep duit orang lain apalagi mencurinya, apalagi menyilet koper-koper barang di bandara (seperti ditulis rekan Kompasisner), atau bahkan korupsi duit kantor. Kok mau ya?

Saya bukan orang saleh juga bukan beriman-iman banget. Biasa-biasa saja.

Dan inipun saya tularkan ke anak-anak saya untuk jangan sekali-kali mengambil barang atau duit yang bukan miliknya meski itu jatuh di jalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun