Mohon tunggu...
Purwanto Indarso
Purwanto Indarso Mohon Tunggu... wiraswasta -

mendambakan hidup damai tanpa kerusuhan lagi. KAsih sayang akan menyatukan kita dalam suasana kekeluargaan yg diselimuti kedamaian

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kasus E.Coli, Perut Jerman yang Lemah vs Perut Indonesia yang Kuat

4 Juni 2011   10:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:52 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diperkirakan E.Coli itu beredar di sayuran mentah di pasaran Jerman

Saya menunda dulu belanja sayur ke toko di kota kecil ini. Habiskan saja dulu apa yang ada di kulkas, tunggu setelah epidemi sakit perut ini mereda.   Jerman terkenal sangat hati hati dalam hal makanan. Jangan coba-coba ngasih oleh- oleh makanan dari Indonesia ke rekan anda di Jerman seperti dodol, emping, atau manisan, paling hanya ditimang- timang.

Mereka tak ngiler pada makanan di luar kebiasaan mereka. Sesuatu harus benar-benar higinies baru dimakan. Sekian lama tinggal di Jerman membuat saya mengikuti cara mereka. Akibatnya setiap pulang kampung ke Indonesia sering saja terkena penyakit perut karena kaget lagi dengan makanan lokal.

Jerman  sedang menghadapi epidemi terbesar yang disebabkan oleh bakteri dalam dekade terakhir. Salah satu serangan wabah enterohamorrhagic E. coli (EHEC) ini terjadi di Jerman. Seorang pasien meninggal di Swedia sehabis melakukan perjalanan dari Jerman.  Pemerintah daerah Jerman telah menerima laporan 2.000 kasus EHEC. Gejala-gejala yang mereka alami adalah kram perut, diare, demam, dan muntah-muntah.Pemerintah Jerman terus memperingatkan warganya agar jangan mengkonsumsi sayuran mentah. Tetapi serangkaian tes yang dilakukan di laboratorium Uni Eropa di Roma tidak menemukan keterkaitan antara sayuran dengan wabah E. coli.

Boleh jadi sebenarnya bibit penyakit yang telah merenggut 19 nyawa orang Jerman ini tak ada apa-apanya di perut orang Indonesia yang terkenal kebal dengan makanan apa pun. Perhatikan saja cara tukang bakso gerobak mencuci piringnya, hanya dikibas-kibas begitu dalam ember yang berisi air yang coklat akibat penuh sisa lemak dan kecap, lalu dilap pula dengan kain lap yang tak kalah juga kotornya, tapi para penikmat bakso di tanah air tak pernah kedengaran mengalami gangguan perut.

Malah segar dan bugar dan fit habis nyantap bakso. Hus ah hus ah hus ahh..

Padahal sebuah penelitian baru-baru ini mengeluarkan laporan kalau air cucian bakso itu sama mutunya dengan di toilet. Artinya bakteri patogen mematikan itu nyata di sekitar kita di Indonesia tapi kenapa tak membahayakan?

Bandingkan jika orang bule makan yang aneh-aneh di Indonesia, akan bikin sakit perut. Bukan saja mereka, orang Indonesia yang lama tinggal di Jerman pun misalnya akan mengalami hal yang sama.

Di Jerman di mana-mana toilet ada sabun antiseptik habis pegang kran air tangan diolesi antiseptik itu lalu dilap tissu yang juga selalu tersedia. Hal ini mungkin tak pernah kita lakukan di tanah air masuk wc umum tanpa fasilitas pembersih tangan.

Tapi di situlah mungkin keadilan Tuhan. ternyata interaksi dengan sesama manusia bahkan dengan orang sakit sekalipun akan meningkatkan kekebalan tubuh manusia. Perawat rumah sakit yang tiap hari begelut dengan orang sakit yang bahkan berpenyakit menular tetap saja segar bugar.

Bahkan ada tulisan yang menyatakan dengan banyak berjabat tangan akan meningkatkan kekebalan tubuh seseorang.

E.Coli mungkin mematikan di Jerman karena mereka tak pernah menemui hal ini di lingkungan mereka tapi di tanah air, bakteri mematikan  ini  malah jadi   ramah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun