Mohon tunggu...
Salman
Salman Mohon Tunggu... Lainnya - Anak Kampung

Menulis untuk mengasah pikiran dan berdiskusi untuk memahami.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paradoks Kemudahan

4 Maret 2024   18:16 Diperbarui: 5 Maret 2024   07:48 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.needpix.com/photo/1201540/paradox-truth-reality-spirit-absolute-question-unknown-mystery-illusion

Apa masalahnya? Kenapa kemudahan malah menjadi sumber masalah? Permasalahannya menurut saya adalah karena kita banyak yang tidak siap. Di pemerintahan, banyak yang membangun aplikasi tapi SDM penyelenggaranya tidak memiliki kompetensi dasar baik dilevel pelaksana maupun pimpinan, seperti pemahaman pengelolaan data, algoritma, dsb. Ketika terjadi perubahan aplikasi yang dibangun tadi  tidak bisa beradaptasi dengan kondisi lapangan, akhirnya menjadi proyek yang sebatas sukses dalam menyerap anggaran.

AI sebagai puncak Paradoks Kemudahan.
Tentu saja saya harus membahas artificial Intelligence (AI) sebagai alat kerja termutakhir yang sangat memanjakan dan memudahkan dalam bekerja. Sekarang banyak orang-orang sudah mulai kecanduan menggunakan AI ini, tetapi di sisi lain sudah banyak yang menjadi korban akibat AI ini. Banyak pekerja dan pekerjaan bisa digantikan oleh AI, itu berarti banyak orang yang tidak dibutuhkan lagi alias dipecat dari pekerjaan yang selama ini mereka kerjakan.

Bagi saya pribadi, AI lebih menakutkan di bandingkan pandemi Covid-19. AI merupakan skenario yang paling memungkinkan untuk terjadi "kiamat sosial" dalam waktu dekat. Banyak orang yang akan kehilangan pekerjaan, tapi pekerjaan baru akan membuka lebih sedikit lowongan karena pekerjaan sudah semakin efesien, di sini yang kaya akan makin kaya, yang menjadi miskin akan makin banyak. Geoffrey Hintonsebagai Godfather of AI mengingatkan bahaya AI bagi kemanusiaan (sumber). 

Memang ada dua kelompok yang memandang manfaat dan mudharat dari AI, ada kelompok yang mengatakan bahwa manfaatnya lebih besar, tapi ada juga kelompok yang memandang mudharat AI lebih besar dari pada manfaatnya. Saya sendiri menempatkan diri ke dalam kelompok kedua. Menurut saya AI telah nyata menjadi ancaman bagi eksistensi manusia, banyak pekerjaan-pekerjaan yang dapat digantikan oleh AI menjadi titik kritis karena pekerjaan adalah pondasi dasar manusia modern untuk bertahan hidup.

Chat GPT sebagai salah satu AI yang paling terkenal saat adalah merupakan sejenis Artificial Narrow Intelegent atau ANI yaitu AI yang hanya mampu mengerjakan pekerjaan spesifik. Yang lebih maju dari narrow AI  yaitu AGI atau artificial general intelegent, yaitu AI yang mampu mengerjakan pekerjaan apapun yang bisa dikerjakan oleh manusia. Saat ini Meta (Facebook) telah memulai proyek membuat AGI (sumber).

Hitung mundur umat manusia telah dimulai.

Waalahulam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun