Mohon tunggu...
salman parisi
salman parisi Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar

Saya senang memabca buku filsafat,pendidikan dan agama serta Sains

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Ancaman Nyata Kecerdasan Artifisial (AI) Bagi Peradaban Manusia

4 Juni 2023   23:00 Diperbarui: 4 Juni 2023   23:05 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut adalah Ringkasan Pidato Yuval Noah Harari di Frontiers Forum pada tanggal 29 April 2023

Siapa yang tak kenal Yuval Noah Harari seorang sejarawan, filosof, dan penulis buku Best Seller: di antaranya: Sapiens:  'Sapiens: A Brief History of Humankind' (2014), 'Homo Deus: A Brief History of Tomorrow' (2016), '21 Lessons for the 21st Century' (2018). Harari juga merupakan seorang pembicara internasional yang berpengaruh.  

Harari berbicara dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh Frontiers Forum dengan tema AI dan Masa Depan Kemanusiaan (AI and the Future of Humanity). Pertemuan ini didedikasikan untuk menghubungkan komunitas sains, policy, dan masyrakat global. Berikut adalah link youtubenya: https://www.youtube.com/watch?v=LWiM-LuRe6w&t=2066s

Menurut Harari, kita sekarang sedang menghadapi krisis lingkungan dan AI merupakan salah satu bagian dari masalah lingkungan tersebut. AI bisa membantu kita mengatasi masalah krisis ekologis, atau sebaliknya bisa membuat krisis ini bertambah parah.

Kenyataannya, AI merubah makna (meaning) dari sistem ekologi. Menurut Harari, selama 4 juta tahun sisitem ekologi planet bumi hanya terdiri dari bentuk-bentiuk kehidupan organis. Dengan adanya AI, sekarang atau sesegera mungkin kita akan melihat bentuk-bentuk kehidupan inorganik atau setidaknya ada agen inorganik. 

Sebenarnya agen inorganic, mula ada semenjak masuk manusia dalam era computer di abad 20 ini. Banyak orang merasa khawatir dan takut dengan kemunculan AI. Ketakutan ini menginspirasi lahirnya film-film Sains fiksi klasik seperti The Terminator dan The Matrix. Film-film ini kemudian menjadi peristiwa penting budaya (cultural landmark) yang pada awalnya tidak pernah dianggap serius baik dalam ruang perdebatan akademik, politik dan saintifik. Tanggapan dingin ini dianggap wajar karena skenario film Sains Fiksi tersebut masih mengasumsikan bahwa AI belum menimbulkan ancaman yang signifikan kepada kemanusiaan.

Harari menegaskan bahwa AI bisa membahayakan kemanusiaan bila AI bisa mencapai beberapa tahapan (milestone), berikut: pertama, AI memiliki kehidupan sadar (sentient) dan bisa mengembangkan kesadaran (consciousness), perasaan-perasaan (feelings), dan emosi-emosi (emotions). Kalau tidak demikian, bagaimana mungkin dia berkeinginan untuk merebut penguasaan dunia. Kedua, AI memiliki kemahiran (adept) untuk mengarahkan dunia fisikal. Robot-robot harus mampu bergerak dan beroperasi di rumah-rumah, kota-kota, pegunungan dan hutan-hutan. Sekurang-kurangnya setangkas dan sefisien manusia. Jika mereka tidak mampu bergerak di seputar dunia fisik bagaimana mungkin mereka dapat mengambil alih dunia.

Pada bulan April 2023, AI masih jauh dari mencapai dari dua tahapan ini. Meskipun ada promosi sensasional (hype) mengenai ChatGPT dan berbagai perangkat AI lainnya. Namun, sampai saat ini tidak ada satu pun yang menunjukkan bahwa AI memiliki kesadaran, perasaan dan emosi meski sedikit saja. Begitu juga dalam hal mengendalikan dunia fisikal meskipun ada promosi sensasional mengenai kendaraan yang swa-kendali (self-driving vehicle) tapi operasional kendaraan swa-kendali tersebut masih tertunda.

Meski dua tahap tadi belum dimiliki AI, namun kabar buruknya adalah AI tetap menjadi ancaman bagi peradaban manusia karena: pertama, ternyata untuk mengancam peradaban manusia, AI tidak terlalu memerlukan kesadaran dan tidak memerlukan kemampun untuk bergerak di sekitar benda-benda fisik. Bukti hal ini adalah dalam beberapa tahun ini, beberapa perangkat AI telah dilepaskan ke ruang publik yang bisa mengancam kelangsungan peradaban manusia dari arah yang tidak diperkirakan. Kedua, kita bahkan tidak memiliki kemampuan untuk memahami berbagai kemampuan dari perangkat AI yang baru ini dan kecepatan perubahan mereka untuk terus berubah. AI bisa belajar mandiri dan mengembangkan diri sendiri, bahkan pengembangnya sendiri tidak mengetahui kemampuan sebenarnya dari ciptaan mereka dan bahkan mereka seringkali terkaget-kaget dengan kemunculan kualitas dan kemampuan baru mereka.

Selanjutnya Harari menjelaskan lebih jauh tentang ancaman di depan mati dari AI yaitu kemampuan dasar AI yang menakjubkan seperti kemampuan menulis teks, menggambar lukisan, melakukan komposisi music dan menulis kode-kode. Ada berbagai kemampuan lain mereka yang lebih seperti meniru suara asli, menyusun undang-undang, mengetahui kelemahan program computer atau sebuah kontrak perjanjian. Semua kemampuan ini pada awalnya adalah milik manusia. selanjutnya kemampuan perangkat AI terbaru yang lebih tinggi adalah kemampuan mereka untuk membangun hubungan yang lebih dalam dan intim dengan manusia.

Berbagai kemampuan ini layak untuk didiskusikan secara mendalam karena sangat sulit untuk mengetahui implikasi sepenuhnya mereka. Sederhananya jika semua kemampuan AI di atas digabungkan: kemampuan bahasa AI yang di atas rata-rata manusia pada umumnya. 

Dengan penguasaan bahasa ini maka AI memegang kunci utama untuk membuka pintu-pintu semua institusi kita dari mulai perbankan sampai tempat ibadah, Karena bahasa adalah sarana kita untuk memberikan instruksi kepada perbankan kita, dan juga untuk memberikan inspirasi surgawi kepada pikiran kita. Dengan kata lain, AI memiliki kemampuan untuk meretas sistem operasi (operation system) dari peradaban manusia. 

Sistem operasi dari semua  budaya manusia adalah bahasa yang pada awalnya merupakan kumpulan kata-kata. Kita menggunakan bahasa untuk menciptakan mitologi, hukum-hukum; Tuhan, uang, seni dan sains, pertemanan dan bahasa. Misalnya Hak Azasi Manusia (HAM) bukanlah realitas biologi, tidak tertera di dalam DNA kita, HAM adalah sesuatu yang kita ciptakan dengan bahasa dengan menceritakan dan menulis hukum-hukum. Tuhan, uang, kriptokurensi itu semua tidak memiliki realitas sejati. Itu semua hanya ciptaan dari para pembuat cerita yang ulung.

Dengan segala kemampuan AI yang terus berkembang, maka timbul pertanyaan apakah makna hidup di dunia yang di dalamnya sebagian besar cerita, melodi, gambar-gambar, kebijakan-kebijakan, hukum-hukum, dan berbagai perangkat diciptakan oleh oleh kecerdasan non-manusiawi asing yang mengetahui bagaimana mengeksploitasi dengan efisiensi super yang mengatasi berbagai kelemahan dan kekurangan pikiran manusia dan mengetahui bagaimana membangun hubungan yang erat dan dalam dengan manusia. Sekarang AI bisa menciptakan sebuah program catur yang manusia sendiri saja tidak bisa mengalahkannya. Bayangkan, bagaimana hal ini bisa terjadi di dalam seni, politik dan ekonomi dan bahkan di dalam agama kita.

Saat orang-orang membicarakan Chat GPT orang-orang heboh karena para siswa sekarang mengerjakan berbagai tugas sekolah dengan Chat GPT dan tentu saja ini mengancam sekolah. Tentu saja, ini menakutkan. Tetapi ketakutan ini melupakan gambar besarnya. Misalnya QAnon Cult telah berusaha untuk membuat sebuah teks sakral yang direview oleh manusia. 

Tetapi mungkin tidak lama lagi akan ada teks agama yang dibuat oleh agen non-human intelligen. Dan tentu saja semua agama dunia mengklaim bahwa kitab suci mereka dibuat oleh intelligen non-human. Mungkin tidak dalam waktu dekat, tetapi tidak akan lama lagi. Mungkin juga sekarang kita mendiskusikan secara online berbagai hal seperti krisis Ukraina yang kita kira pesertanya adalah sesama manusia, padahal kenyataannya adalah bot-bot AI. Dengan kemampuan bahasa dan membangun keakraban maka AI akan bisa mempengaruhi persepsi politik kita.

Dengan kemampuan dahsyat tersebut Harari merekomendasikan untuk membuat regulasi yang tegas terhadap pengembangan AI sebelum bencana peradaban kemanusiaan terjadi akibat dampak negatif dari AI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun