Tuhan, sudah Ramadan lagi
dan aku masih hidup di sini
di gumulan jutaan nyawaÂ
di antara nafas-nafas titipanmu yang dilupakan
di antara sendi-sendi pada tubuh yang bergerak tidak sadar, tidak merasakan daya cipta yang Kau beriÂ
hanyut saja, melanjutkan ritual hari-hari dalam bualan keinginan diri
Tuhan, Ramadan ini masih melekatkan suasana Ramadan sebelum-sebelumnya
setiap azan mengiang di telinga menyelinap ke otak. menembus dimensi ingatan
setiap azan menggaung di dada mengiringi detak risau yang entah sebab apa
Tuhan, apakah Ramadan akan terus bersemayam dalam rindu yang menggelisahkan?
mengingatkan kematian dan kehidupan dalam ruang yang kekal dan penuh terkaan iman
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!