Mohon tunggu...
salman imaduddin
salman imaduddin Mohon Tunggu... Sales - Komunitas Ranggon Sastra

Control by eros

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perawan Tua

10 Juni 2022   18:26 Diperbarui: 10 Juni 2022   18:51 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

perawan remaja berjalan di bawah udara panas
dulu remaja. kini sudah tua, membawa bejana
jiwanya muda. takdir memaksanya tua. penghidupannya berat
ditipu tentara. dijanjikan sekolah
malah diasingkan entah ke mana
namanya menghilang dari keluarga
tak ada kabar baik. tak mampu beri kabar buruk

perawan yang sudah tua
masih membawa bejana berisi harapan yang menggenang
cita-cita berceceran dalam pandang setiap mata terbuka
jiwanya muda. takdir memaksanya tua. penghidupannya berat
ditipu tentra. dijanjikan sekolah
malah dipaksa melacuri keperawanannya

perawan yang sudah tua berjalan di bawah udara panas
bejana tumpah tersenggol sadar. sadar kalau sudah tua
ingin pulang. tapi tak sanggup jadi malu keluarga
ditipu tentara. dijanjikan sekolah
jiwanya muda. menolak paksa pelacuran
ia kabur menyelamatkan keperawanannya

perawan yang sadar sudah tua. tetap muda jiwanya
ditipu tentara. dijanjikan sekolah
jepang menjelma bayangan dalam bejana
meski berduka sepanjang usia
perawan yang tua itu tetap hidup dan terhormat
tidak menyerahkan kehormatannya di tangan tentara
di tangan yang bukan suaminya

perawan yang sadar tua itu. jiwanya tetap muda.
namun meronta-ronta
menangisi kehidupan
terpaksa hidup sebab hidup harus dirawat hingga tumbuh
menjadi abu
menjadi pakan ulat. dan tetap hidup
hidup panjang tak berkesudahan. tapi tetap ia rawat dan tumbuh kembang
meski penderitaan di bejananya tak habis-habis

perawan tua sadar. ia harus terus sadar
 tidak bunuh diri
menjalani keterasingan
mensyukuri nafas
ia merangkai hidupnya yang sendiri terpisah dari kumpulannya
yang bernasib bahkan lebih parah

perawan yang tua dan penuh kesadaran
duka lara tetap menggenang di dadanya
tapi tanggungjawab di dunia, di alam rimba
pada diri sendiri
tetap ia lanjutkan
 

Depok, 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun