Maki demi maki terlempar dari kerongkongan mulut-mulut yang puasa
Akhirnya batal juga dengan asin keringat
Meski kering kerongkongannya
Tetapi tetap diucapkan beribu kali
Maki demi maki terlempar dari kerongkongan mulut-mulut yang puasa
Mahasiswa memaki di jalanan
Siswa-siswa memaki melontarkan keluh ibunya
Ulama memaki dalam khotbah-khotbah agama,
Guru juga memaki dalam hati. Dalam kecewa dan embanan moral
Atas nama moral mereka memendam marah
Maki demi maki terus terlempar dari kerongkongan mulut-mulut yang puasa
Bau kelaparan
Bau keringat dan
Bau udara yang disemprot disinfektan
Matahari melototi ubun-ubun orang miskin di jalan raya. Di desa-desa
Matahari selesai. Hujan tiba
Bersama anginnya
mengancam hidup orang miskin, di balik dinding tembok murah. Di rumah kardus. Di kolong jembatan. Di pinggir kali
Orang miskin memaki. Memaki diri sendiri. Menyesali dosa. Bersimpuh lagi.
Kepada siapa harus memaki? Sedang alam terus-menerus menakut-nakuti
Lihatlah sekali lagi. Mereka benar-benar tidak peduli