Mohon tunggu...
salman imaduddin
salman imaduddin Mohon Tunggu... Sales - Komunitas Ranggon Sastra

Control by eros

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Persembunyian Gagal

16 Februari 2022   06:16 Diperbarui: 19 Februari 2022   00:31 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Unsplash/@aaronburden

Bu, aku telah mengenang segalanya
Dari mulai amarahmu yang lidah api, yang menyala-nyala membakar bumi pijakanku

Aku telah mengenang riuh ripuh bahagiamu yang kau tuangkan pada secangkir teh ku dengan sederhana. Dengan gemerucuk rindu menyambut kepulanganku
Dalam tegukan teh itu bu cairnya menjelma darah mengaliri seluruhku

Ya, bu aku juga mengenang bait-bait cinta yang kau rapalkan di sepertiga malam lelapku. Aku tak mengerti maknanya. Tapi kau membawaku pada kekaguman dan air mata

Oh lihat lah bu saat aku sakit. Terkenang pula, batinmu yang kokoh melekatkan sayang pada tubuh mudaku yang ringkih tak kenal sabar

Tapi bu kenangan-kenangan itu belum cukup rasanya untuk aku belajar keikhlasan. Penatnya memupuk rasa ikhlas bu
kata ikhlas sendiri aku tak akan pernah memahaminya jika tak pernah bertemu denganmu Bu.

Bu dulu ku tahu, sepi sering datang bersama sayup angin
Tapi kini, ia bisa datang dalam iringan teknologi dan keramaian
Ia bisa muncul dari candu gawai dan cahayanya yang menjenuhkan
Ia bisa datang dari bunyi-bunyi knalpot di jalan raya
Ia bisa datang di warung nasi tepat saat terik matahari
Ia bahkan bisa datang sela-sela waktu yang berjalan begitu cepat

Bu di batas-batas tebing rindu yang menakuti aku tertunduk. Aku bersembunyi dari segala apa yang entah bagaimana. Persembunyian tubuh ringkih dan jiwa ceroboh ini begitu rapi, begitu rinci, begitu dalam dan gelap. Tapi kenapa engkau bu, masih saja menemukanku

lama tak bertemu kini hujan jarang datang di kotaku bu dan panas seperti tuan rumah di muka kotaku
Kemarau panjang ini aku sadar. Bahwa engkau ibu akan selalu menemuka persembunyian "rindu" anak lelakinya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun