Mohon tunggu...
salman imaduddin
salman imaduddin Mohon Tunggu... Sales - Komunitas Ranggon Sastra

Control by eros

Selanjutnya

Tutup

Film

Kritik Singkat Layangan Putus

28 Januari 2022   09:22 Diperbarui: 28 Januari 2022   09:24 2031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Belakangan ini banyak webseries bermunculan. Tentunya tidak terlepas dari ramainya platfrom audiovisual yang menyajikan atau memproduksi film, sinetron, series dan sejenisnya. 

Berangkat dari simpang siur perbincangan di sekitar saya akhirnya mengikuti tayangan yang cukup populer belakangan ini, tidak lain adalah layangan putus. Series yang ditayangkan WETV ini memicu perhatian lebih pada khalayak. 

Perhatian saya pertama-tama tertuju pad aktor yang memerankan series tersebut terdapat nama-nama populer dikalangan selebritis juga aktor kenamaan. Reza Rahadian, Putri Marino,Anya Geraldine, Marthino Lio dan yang lainnya. Sengaja tidak saya soroti semuanya. 

Sejak awal menonton perhatian saya tertuju pada pemeran antagonis dalam series tersebut tentu saja Anya Geraldine. Popularitasnya sudah tidak dapat diragukan lagi. 

Tetapi apa yang menyebabkan ia populer? Saya tidak tahu. Sering muncul di branda Youtube bahkan tak jarang masuk  trending. Sayangnya saya tidak menontonnya. 

Bermunculan pertanyaan saya mengapa sosok Anya terpilih sebagai pemerannya saat saya menyimak series tersebut. Tentunya pertanyaan tersebut tidak muncul serta-merta begitu saja.

Beberapa adegan yang saya saksikan dari sekian episode penyebabnya. Saya menyimak hampir semua episode. 

Alur cerita dan konflik yang menarik dan "kejam" membuat saya terdorong untuk menontonnya. Bagaimana cara bersikap kerakter Kinan yang diperankan Putri Marino membuat penasaran penontonnya. Aris yang diperankan Reza selingkuh dengan Lidia yang diperankan Anya.

Sayangnya dalam perjalanan menamatkannya saya seringkali mengeluhkan beberapa adegan yang menurut saya "lemah" mubadzir, sangat disayangkan.

Hal tersebut menjadi poin yang memicu tulisan ini muncul. Beberapa adegan yang diperankan Anya cukup membuat saya geleng-geleng kepala.   Cerita yang di garap B. Setiawan itu harusnya dapat lebih memicu emosi sedih dan kesal penonton hingga pada puncaknya. 

Sayangnya hal tersebut tidak terjadi pada diri saya. Terutama sekali ketika scene Anya sebagai Lidia. Menurut hemat saya beberapa adegan yang saya saksikan sosok Lidia seperti kurang terlibat dalam pristiwa. 

Sebagai wanita selingkuhan hasrat dan sasaran karakter tidak tergambar. Lidia sangat minim ekspresi tidak menjalin rasa secara keseluruhan. Tidak jelas tujuannya. 

Jika cinta penyebabnya. Ia tak memberikan rasa dalam tindak laku seorang wanita yang sangat mencintai seorang laki-laki. Justru saya melihat seolah-olah Lidia hanya mengincar kedudukan sebagai istri seseorang itupun hasrat yang kabur. 

Jika iya tentu tetap hasrat utama mesti ditemukan. Gestikulasi dalam beberapa adegan terasa template. Scene-scene Lidia tidak senang (kecuali adegan ranjang ia cukup lihai) tidak sedih, bimbang tidak kuat, alhasil saya dibawa membenci sosok Lidia bukan karena karakter antagonisnya melainkan karena akting yang tidak maksimal. 

Saat kamera menyorot Lidia dengan Aris. Adegan menjadi lemah Hubungan batin Aris dan Lidia tidak sepadan Lidia jauh di bawah Aris. Begitupun saat Lidia bersama Kinan, Lidia bukannya menjadi antagonis yang tidak memiliki rasa bersalah, malah menjelma sesosok aktris yang tidak sengaja lewat lalu diminta masuk dalam scene. 

Seorang aktris harusnya lebih mempersiapkan diri. Mendalami peran bukan hanya adegan-adegan tubuh yang menggiurkan mata lelaki. Sangat disayangkan series ini harusnya dapat diproduksi dan menjadi kekejaman batin yang diterima oleh sosok Kinan yang tingkatannya mencapai Katarsis.

Tetapi saya sangat mengapresiasi cerita ini yang tidak dipaksa "tidak dipanjang-panjangin" episodenya. Turut mengapresiasi aktor dan aktris utamanya pula, juga directornya. Mungkin perkembangan industri perfilman harus sangat didukung oleh pemilihan aktor dan aktris.

Pun jika sutradara mempercayai pada pendatang baru yang memiliki popularitas penunjang pemasaran, Si "artis" atau saya lebih senang menyebut mereka "selebritis" harusnya mempersiapkan diri dalam keaktoran khususnya. 

Banyak tempat, banyak buku untuk belajar bagaiman menjalin hubungan batin. Mengasah ingatan emosi. Aksi reaksi. Gestikulasi. Satuan sasaran dan lain sebagainya. Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun