Mohon tunggu...
Salman Farouk Al Hakim
Salman Farouk Al Hakim Mohon Tunggu... -

Liverpool FC Fans, Marketers, Futsal Fever, ex-Softball Player, Good Husband.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Banyak Pemain Futsal Enggan Menjadi Pemain Profesional

26 Agustus 2014   20:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:29 4379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="546" caption="Ilustrasi (Sumber: Kompas.com)"][/caption]

Futsal adalah olahraga yang dalam 5 tahun belakangan menjadi olahraga yang sangat digemari oleh banyak orang di Indonesia. Menjamurnya lokasi atau tempat yang menawarkan lapangan futsal adalah bukti bahwa olahraga ini memang sangat menjanjikan dalam segi bisnis. Sebagai orang yang sangat mencintai futsal, saya cukup prihatin dengan prestasi timnas Indonesia yang tidak bisa berbicara di kawasan Asia Tenggara apalagi Asia dan Dunia.

Sejatinya, dengan menjamurnya lapangan futsal dimana-mana, semakin mudah PSSI melalui BFN (Badan Futsal Nasional) untuk menemukan pemain-pemain luar biasa hebat di Indonesia. Bukan tidak mungkin, di Indonesia dapat ditemui Falcao-Falcao Asia. (Falcao : Legenda Futsal dari Brasil). Namun kenyataannya tidak sama sekali. Timnas Futsal Indonesia malah hanya mendapatkan medali Perunggu di Sea Games 2013 kemarin. Bahkan dalam pertandingan yang bertajuk mini tournament Cataluna (22-24 Agustus 2014) di Jakarta kemarin, tim juara IFL indonesia  yaitu Electric PLN hanya dapat menempati juru kunci di posisi keempat. Hasil ini didapatkan dengan sama sekali tidak mendapatkan poin alias 0 (nol) karena kalah dari Barcelona Alusta (Spanyol), Thai Port (Thailand) dan Felda United (Malaysia).

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="sumber: www.swapfutsal.com"]

[/caption] David Daniel Mario Silitonga atau yang biasa di panggil 'Bang Mario' (Pelatih SWAP FC) sangat menyesalkan hasil buruk yang ditampilkan oleh Electric PLN kemarin di ajang mini tournament. Ditemui selesai menyaksikan pertandingan antara Electric PLN vs Thai Port yang berakhir dengan kemenangan Thai Port 4-1. Bang Mario dan Saya coba berbicara mengenai Futsal di Indonesia. Seperti yang saya ungkapkan diatas bahwa semestinya timnas Indonesia bisa berbicara lebih jauh lagi di Futsal Asia. Jawaban yang cukup mencengangkan banyak diutarakan oleh beberapa pemain futsal  adalah ketika diketahui banyak dari pemain berbakat lebih memilih untuk tetap menjadi "amatir" agar bisa bermain turnamen Tarkam dibandingkan harus bermain di Liga Pro. Karena menurut kebanyakan pemain amatir, bermain tarkam lebih menjanjikan secara finansial. "Ya anda lihat sendiri, Liga amatir itu hampir setiap bulan diadakan di Indonesia. Pastinya menjadi lahan buat para pemain mendapatkan uang tambahan" ujar Bang Mario. Sejak saat itu saya berfikir, mengapa peraturan yang dibuat oleh beberapa penyelenggara turnamen amatir seolah-olah "menutup rejeki" pemain futsal di Indonesia. IFL (Indonesia Futsal League) berbeda dengan ISL (Indonesia Super League) yang menjadi liga tertinggi sepakbola konvensional di Indonesia. Karena Selama semusim penuh (sekitar 10-11 bulan) para pemain ISL mendapatkan gaji tetap dan fasilitas yang mumpuni selama berlangsungnya liga. Pendapatan mereka (pemain ISL, liga sepakbola konvensional) bisa dibilang paling kecil 15 juta/bulan. Sedangkan IFL, disalah satu klub pro masih ada yang menggaji pemainnya hanya 2 juta perbulan (dibawah UMR). Dan tragisnya lagi IFL hanya berlangsung secara efektif selama 4-5 bulan. Sehingga 7 bulan sisanya, para pemain harus memutar otak lebih keras lagi untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Bang Mario adalah pelatih yang paling menekankan kepada pemainnya di SWAP FC (Anggota IFL) agar bangga menjadi pemain Profesional, karena dengan hanya bermain di IFL-lah para pemain bisa membela timnas Indonesia. Akan tetapi jika berbicara soal "perut", akan jauh berbeda dengan keinginan Bang Mario. Banyak pemain yang lebih memilih tetap jadi amatir. Permasalahan timbul ketika beberapa turnamen amatir atau tarkam meng-haram-kan pemain Pro bahkan Ex-Pro untuk dapat ikut serta bermain. Ini sangat tragis menurut saya, karena Ex-Pro yang notabenenya sudah tidak lagi aktif di IFL masih dilarang bermain di beberapa turnamen tarkam. Inilah yang menjadi momok menakutkan bagi seseorang pemain futsal untuk terjun ke dunia Pro. Hal senada juga diutarakan oleh Ucok (nama panggilan) yang sempat menjadi punggawa di IFL kala masih membela tim My Futsal dan Brilyan Sport serta Timnas era coach Justin. Ia menuturkan bahwa meski dia sudah tidak aktif di IFL sejak 3 tahun lalu, sampai sekarang banyak turnamen yang tidak bisa dia ikuti lantaran ada peraturan "Pemain Ex-Pro Dilarang Main". Peraturan seperti inilah menurut Ucok seakan menutup "kran Rejeki" dia untuk bermain di Turnamen kelas Amatir. Namun memang tidak semua pihak yang mengadakan turnamen futsal Amatir di Indonesia mengharamkan pemain Pro untuk ikut serta. Contohnya adalah Carlsberg Futsal Challenge yang diprakarsai oleh Doni Zola (Donzol). Beliau terkenal aktif dalam dunia Futsal, dan sekarang memegang tim Vamos Calsberg dari Lombok.

Turnamen yang disponsori oleh minuman Carlsberg ini, mengijinkan tiap tim diperkuat oleh 2 pemain Pro atau Ex-Pro. Sehingga mereka  (Para pemain Pro) bisa tetap mengais rejeki disela-sela libur IFL. Langkah "cerdas" Donzol ini banyak disambut dengan baik oleh pihak klub amatir dan para pemain pro. Ini terbukti setiap kali Calrsberg Futsal Challenge diadakan, kuota peserta yang diberikan selalu terisi penuh oleh tim-tim amatir dari seluruh Indonesia. Dan untuk tahun 2014, Carlsberg Futsal Challenge diadakan kembali dari tanggal 27 - 31 Agustus di Vidi Futsal Jakarta (Pancoran). Jadi saran saya kepada pihak penyelenggara turnamen futsal amatir di seluruh indonesia untuk tidak mengharamkan pemain pemain Pro dan Ex-Pro untuk ikut serta dalam turnamen amatir tersebut. Sehingga nantinya gairah Futsal di Indonesia akan kembali tinggi, serta tim nasional futsal Indonesia akan jauh lebih kuat. Khusus untuk pemain Pro yang akan turun dalam turnamen amatir, saya sarankan adalah mereka yang sedang tidak aktif saat IFL sedang berlangsung. Alias dalam waktu yang bersamaan sedang tidak membela tim manapun di IFL. Selain itu juga pengelolaan IFL harus banyak belajar kepada Thailand yang memang luar biasa hebat dalam mengatur dan menyelenggarakan Liga Futsal di Negara-nya. Nah, ulasan mengenai bagaimana seharusnya BFN membuat liga Futsal jadi lebih menarik, akan saya bahas di kompasiana selanjutnya. Salam Olahraga! Maju Terus Futsal Indonesia! Jakarta, 26 Agustus 2014 Hormat Saya, Salman Farouk Al Hakim (@salmanhakim dan @FutsalAbnon)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun