Oleh Salman Fariz
Shahida Khanum, seorang wanita suku di Jammu dan Kashmir (J&K), Wilayah Persatuan (UT) India, memulihkan budaya yang hampir hilang dengan menjahit, membuat dan menyulam pakaian tradisional Gujjar Jammu dan Kashmir.
Gujjar adalah komunitas etnis nomaden, pertanian dan penggembala yang tinggal di India, Pakistan dan Afghanistan.
Menurut The News Mill, sebuah surat kabar online, orang-orang Gujjar dan Bakerwal merupakan bagian yang cukup besar dari populasi multi-etnis J&K, dengan budaya pakaian, makanan dan cara hidup mereka sendiri. Budaya Gujjar, khususnya pakaian jadinya, telah berkurang dalam beberapa dekade terakhir, karena generasi muda baru terpikat dengan pakaian modern.
Khanum, seorang Gujjar, berasal dari daerah terpencil di distrik Bandipora di Kashmir utara. Ia sangat khawatir akan hilangnya pakaian orang Gujjar. Ia menjadikannya misi untuk menghidupkan kembali budaya pakaian di kalangan pemuda Gujjar.
Khanum, seorang sarjana, telah membuka pusat latihan di desa Aragam di distrik Bandipora untuk melatih para pemuda Gujjar menjahit pakaian tradisional Gujjar.
"Pakaian tradisional kita menghilang karena penduduk muda tidak tahu bagaimana pakaian ini dijahit, dirancang atau dibuat. Jadi dari tahun ke tahun, budayanya menghilang dan tidak ada yang menghidupkan dan melestarikannya. Saya akan melestarikan dan mempromosikan budaya ini di antara penduduk Gujjar," kata Khanum kepada kantor berita ANI baru-baru ini.
Pakaian tradisional Gujjar yang dikenakan wanita antara lain topi rajut (lashka dalam bahasa Gojri), gaun panjang (kameez) dan selendang, sedangkan pria mengenakan shalwar kameez, rompi, angoo dan pagheri (penutup kepala).
Tidak ada pemuda Gujjar yang tahu cara menjahit dan membuat pakaian ini.
"Saya meminta bantuan beberapa wanita tua dari suku kami yang memberi tahu saya cara mendesain, menjahit dan merajut topi dan pakaiannya. Saya sudah mulai membuat produk ini di pusat dan sekaligus melatih gadis-gadis ini," ujar Khanum kepada ANI.