Mohon tunggu...
SALMAN FARIS
SALMAN FARIS Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Karena sudah telanjur ada, maka mestinya tidak sekadar ada.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Sasak dalam Amuk Deras Neoliberalisme (Inspired by Profit Over People: Neoliberalism and Global Order by Noam Chomsky)

30 Desember 2024   11:46 Diperbarui: 30 Desember 2024   11:46 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikutnya, KEK Mandalika dikonstruksi berdasarkan standar tatanan global. Dalam pasal ini, orang Sasak samasekali tidak dirujuk karena mereka ialah pasar alias konsumen yang sudah kehilangan hak atas tanah di Kute. Hotel dibangun sekaligus gaya hidup baru. Harga apa pun sudah tidak lagi mengacu kepada orang Sasak. Dengan begitu, sudah tak ada kemungkinan untuk orang Sasak dapat menikmati remah-remah surgawi itu karena KEK Mandalika memang dibangun atas dasar prinsip tatanan global. Segala yang ada di dalamnya, semua sistem yang ada padanya dibuat hanya untuk mereka yang berkiblat kepada tatanan global. Siapa yang menentang, disikat habis hingga ke akar-akar. Tentu saja senjata utama ialah undang-undang.

Apakah penguasaan tersebut berhenti sampai di kawasan KEK Mandalika. Tentu saja, sudah pasti tidak. Tidak dinamakan neoliberalisme kalau bukan lintah darat yang total dalam kekejaman berwajah pembangunan. Karena itu, secara perlahan mereka akan melebarkan kawasan KEK Mandalika dengan alasan KEK Mandalika sudah tidak muat lagi menampung selera para pemburu kepuasan. Maka mau tidak mau, gunung-gunung, desa-desa yang ada di sekitarnya, yang sekarang sebagian merupakan tempat pindah orang Sasak yang sudah tersingkir dari tanah mereka, dikuasai melalui undang-undang pemerintah daerah.

Bahkan, lihat saja bagaimana beberapa bukit di kawasan Kute yang sudah dikuasai asing untuk mendirikan vila mewah. Tak lama lagi, mereka akan turun menyisir desa karena ekspansi ekonomi sudah penuh sesah di atas bukit-bukit tersebut.

Tidak berhenti pada penguasaan lahan, karena para kelompok kecil yang punya uang ini sudah menguasai ekonomi orang Sasak, maka mereka mempunyai modal absolut untuk mengatur kebudayaan orang Sasak. Kita dapat membayangkan orang Sasak yang dapat survival dalam kesederhanaan, akan musnah ke dalam sistem tatanan global karena mereka sudah tertampik dari tanah mereka sendiri. Apakah tatanan global yang dikuasai kelompok kecil akan dapat juga menguasai agama orang Sasak? Kita lihat nanti.

Lacurnya, pemerintah dan para kelompok kecil dengan kekuasaan tanpa batas itu selalu pandai berselimut dalam jargon "pembangunan KEK Mandalika dapat menyerap ribuan tenaga kerja lokal".

Namun sekali lagi, saya ingin menegaskan. Ini bukan soal dapat bekerja. Ini bukan soal lapangan pekerjaan. Akan tetapi ini berkaitan dengan orang Sasak yang sudah kehilangan bumi pertiwi mereka. Ini berkaitan orang Sasak yang menuju kematian kebudayaan di tengah ketiadaan kekuasaan mereka yang sudah dilemahkan oleh tatanan global. Ini tentang orang Sasak yang akhirnya hanya punya satu kebudayaan, yakni kebudayaan tatanan global.

Jadi buat apa lapangan pekerjaan yang ribuan itu jika hidup dalam keterjajahan konsensus Washington? Hanya dapat hidup dalam kesederhanaan dan kekalahan, sementara para neolib berpesta pora di depan orang Sasak yang sudah terkalahkan oleh tatanan global itu.

Maka sejauh ini, sebaik-baiak pertahanan ialah pengetahuan tentang keterjajahan itu.

Siapa tahu di masa yang tak pernah terduga nanti, para neolib juga punya kelemahan yang akhirnya akan menumbangakn diri mereka sendiri.

Akhirnya, situasi yang paling buruk ialah orang Sasak tidak mengetahui yang, diri mereka dalam keterjajahan tatanan global: Washington Consensus.

Apakah orang Sasak akan berhasil meneruskan hidup sebagaimana keberhasilan mereka bertahan hidup dalam ratusan tahun penjajahan sebelum ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun