Mohon tunggu...
Salman Faridi
Salman Faridi Mohon Tunggu... -

saya senang membaca dan berjalan-jalan. bercita-cita menjadi fabriekk gagasan. Berkreasi di penerbit Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tak Ada Martabak di Mesir

20 November 2012   08:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:01 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini saya mendapatkan kesempatan menengok Mesir selepas peristiwa tahrir yang berakibat tergulingnya pemerintahan incumben yang dikepalai Husni Mobarak. Saya memasuki Mesir melalui ibu kotanya, Kairo, kota yang dikenal sebagai tempat bersemainya gagasan dan pengetahuan yang dijaga ketat oleh universitas Al-Azhar. Disebut ketat karena Al-Azhar secara tradisional mempertahankan gagasan pemikiran muslim klasik dan cenderung tidak neko-neko. Seorang teman, yang kebetulan memperlihatkan satu buku berjudul Mitos dalam Tafsir Ibnu Katsir, memberikan komentar bahwa jenis buku ini dilarang dibaca oleh gurunya di Al-Azhar. Namun demikian, Al-Azhar tetap menarik minat banyak mahasiswa asal Indonesia. Tercatat kurang lebih 5000 mahasiswa Indonesia belajar di Al-Azhar yang tersebar di berbagai jurusan. Konon jumlah total seluruh siswa di universitas tertua di mesir ini mencapai 200 ribuan. Itu menjelaskan mengapa mahasiswa tidak dituntut untuk masuk kelas karena tidak muat. Selebihnya belajar sendiri. Mandiri. Saya datang atas undangan atase pendidikan KBRI di Kairo yang secara kebetulan bekerja sama menerbitkan buku Shocking Egypt, kisah-kisah menarik yang dikumpulkan dengan tekun oleh penulis asal Indonesia yang telah tinggal belasan tahun di Mesir. Terus terang banyak hal menarik yang saya temukan ketika membaca buku itu, sehingga ada kecenderungan mencocokkan beberapa fakta unik yang saya temukan sendiri di Kairo. Contoh yang bagus adalah Martabak Mesir. Jika kita sengaja mencari martabak di Mesir, meskipun diubek-ubek sampai ke kampung-kampungnya di gurun-gurun tandus, nama martabak tidak akan ditemukan. Lalu, dari mana nama Martabak Mesir yang populer di Indonesia itu berasal? Penelusuran penulis ini menyajikan fakta yang menarik. Makanan yang bagian luarnya terbuat dari kulit dari tepung yang renyah dan biasa dilempar sehingga menjadi lebar sebelum dimasukkan campuran bumbu yang terdiri dari daging, bawang daun dan telor ini dikenal dengan nama fathirah bukan martabak. Cara pembuatan dan rasanya hampir sama dengan martabak. Tapi mengapa kita mengenalnya dengan martabak? kisah ini belum selesai. [caption id="attachment_210404" align="aligncenter" width="300" caption="Pintu masuk utama universitas Al-Azhar "][/caption] Rupanya, kemungkinan besar petualangan martabak sampai ke nusantara ini dibawa oleh orang-orang Arab Hadramaut. Mukhlashon, si penulis, menjelaskan bahwa dalam bahasa Arab martabak itu kemungkinan diturunkan dari matabba, akar kata ta-ba-a itu artinya melipat. Bisa jadi di telinga orang Indonesia matabba ini lama-lama dilafalkan martabak. Dugaan masuknya martabak dari jalur hadramaut ini menjadi mungkin karena banyak sekali pendatang Arab yang kemudian tinggal dan menetap di Indonesia itu sebagian besar dari daerah Hadramaut atau Yaman dan bukan dari Mesir. Meskipun masih misterius bagaimana pedagang martabak di indonesia menamainya dengan martabak mesir, yang jelas di Indonesia rumpun martabak ini lalu terbagi dua: asin dan manis. Biasanya ada dua klan yang secara aktif menyebarkan pengaruh martabak ini di seantero Indonesia. Martabak LBS yang berasal dari lebaksiu, di daerah Tegal, dan martabak asal Bangka. Dugaan saya dari bangka ini sumbangannya besar terhadap martabak manis, yang secara tradisional dikenal di kepulauan babel dengan Hok Lo Pan. Nah, di antara kedua klan ini terdapat denominasi seperti martabak kubang, martabak bandung dan lain-lain. Asik juga ya, dari martabak kita bisa keliling banyak tempat dan bicara asal muasal makanan dan kultur yang menyertainya. Nah, soal revolusi tahrir itu, saya tentu menyempatkan diri foto-foto di lapangan yang bersejarah itu. tempat berkumpulnya jutaan orang menentang rezim Mubarak. Namun, karena saat itu tepat dengan liburan idul adha, hampir semua ruas jalan di Kairo lengang. Berbeda dengan muslim di Indonesia yang menjadikan idul fitri momentum untuk mudik ke kampung halaman, di Kairo dan umumnya di negara-negara Arab mudik itu biasanya dilakukan pas lebaran idul adha. Hari raya besar. [caption id="attachment_210403" align="aligncenter" width="300" caption="salah satu sudut tahrir yang berhiaskan grafiti"]

13533989361465427040
13533989361465427040
[/caption]

Oya, saran saya, jika bepergian ke Kairo pastikan Anda membawa pasangan kalau tidak Anda akan cukup pening melihat perempuan-perempuan Mesir yang menggoda. Konon, kalau ada lima orang perempuan Mesir berjalan, empat di antaranya pasti cantik. Nah silakan buktikan sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun