Sejak kecil, dibesarkan dalam ragam kuliner dengan cita rasa yang berbeda. Secara tidak langsung menumbuhkan rasa cinta terhadap kuliner khas Indonesia. Dan, meskipun melalang buana ke negeri seberang pun, kuliner Indonesia akan selalu menjadi tempat menumpahkan rasa rindu. Pada saat di Hongkong misalnya, setelah hampir 5 hari hanya makan makanan lokal, akhirnya memilih untuk mencari kuliner Indonesia, dan akhirnya ketemu. Nasi sop dan perekedel jagung pun menjadi makanan terlezat yang pernah ditemui.Â
Indonesian Gastronomy Community (IGC) mengelar diskusi bertajuk Nasionalisme Rasa. Sebetulnya, soal makanan Indonesia tidak usah diragukan, namun yang benar-benar otentik dan tradisional rasanya perlu digali dan dikaji lebih dalam agar bisa bersaing dengan masakan negara lain yang sudah mendunia seperti Tom Yum dari Thailand. Diskusi lebih mendalam antara beberapa nara sumber seperti Alyssa Abidin (Aktris), Chef Rayhan (Master Chef), Vishal Kumar (Wakil Ketua IGC), Nofel Saleh (Owener Shabugin) dan Ahmad Arif (Penulis, Seri Pangan).Â
Antara Nasionalisme Rasa, Film dan Ragam Pangan
Alyssa, seorang Aktris, sangat tertarik dengan film bernuansa kuliner Indonesia. Beberapa film sudah mengangkat secara langsung kuliner sebagai salah satu tema utama seperti Aruna dan Lidahnya, Saiyo Sakato, Tabula Rasa dan lainnya. Peran utama film ini sangat mengugah masyarakat untuk lebih aware terhadap kuliner Indonesia terutama yang otentik. Dengan adanya film, otomatis masyarakat akan lebih tertarik dan mencoba kulineryang sedang tren tersebut. Selain itu, influencer juga sangat berperan dalam mempopulerkan kuliner Indonesia yang memiliki banyak ragamnya.Â
Jika seorang influencer dari dalam maupun luar negeri mereview makanan Padang misalnya, maka seluruh viewernya akan tertarik dan mencoba makanan yang sama. Dengan begitu, kuliner tradisional pun kembali terangkat dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri bahkan bisa mendunia. Jika ingin menyaingi Thailand dan negara lain dalam hal kulinernya, maka secara tidak langsung peran film dan influencer pun harus digalakan kembali dalam memperkenalkan makanan Indonesia yang tradisional dan otentik.
Jika nasi menjadi makanan pokok orang Indonesia, memang benar namun tidak seluruh wilayah di Indonesia memiliki kebiasaan makan nasi sebagai kebutuhan pokok mereka, karena beberapa wilayah di Indonesia tidak bisa tumbuh tanaman padi. Ahmad Arif, penulis dan peneliti menyoroti keragaman pangan yang menjadi pondasi kuliner di Indonesia. Dengan adanya keragaman pangan dimulai dari makanan pokok di Nusa Tenggara Timur misalnya memiliki makanan pokok seperti jagung, sorgum dan umbi-umbian. Pun dengan daerah lain yang secara topografi berbukit dan tandus, maka tidak menghasilkan beras sebagai komoditi daerahnya.Â
Kenapa harus disama ratakan harus memakan nasi sebagai kebutuhan pokok seluruh masyarakat Indonesia sedangkan dibeberapa wiilayah tidak bisa menghasilkan beras? Jika menelisik kebutuhan beras yang tinggi, mungkin dipicu oleh kebutuhan beras tersebut. Jika ragam pangan dikembangkan, maka kebutuhan beras pun bisa ditekan dan bisa terjadi swasembada pangan dengan keragaman pangan sesuai dengan kondisi wilayahnya.Â
Lain lagi Chef Rayhan, yang merasa tertampar saat menyajikan Sambal Matah kepada Mbok-Mbok di Bali. Selama ini Sambal Matah itu disiram dengan minyak, namun ternyata sejatinya sambal tersebut haruslah mentah. Karena hal inilah Rayhan merasa bahwa ternyata harus belajar masakan tradisional dari sumbernya. Jika ingin belajar masakan Bali, maka harus belajar langsung dari Mbok-Mbok di Bali yang mengerti secara langsung. Rayhan ini sejatinya mendalami Fine Dining untuk masakan Indonesia.Â
Selain itu, Ayam Betutu misalnya seharusnya memasaknya tidak hanya 1 atau 2 jam seperti yang lazim dilakukan, namun memakan waktu sekitar 8 jam proses memasaknya. Dari sini juga, Rayhan belajar banyak hal terutama filosofi yang terkandung dalam setiap masakan tradisional yang otentik. Pun ketika belajar Klengis, sebuah masakan khas para Raja yang ternyata banyak sekali makna yang terkadung di dalamnya.Â
Pesan lengis atau klengis adalah sejenis lauk tradisional khas Bali yang berbahan utama sari ampas minyak tandusan. Sari ampas atau endapan minyak tandusan ini didapatkan dari pembuatan minyak kelapa secara tradisional. Pesan sendiri maksudnya adalah pepesan.