Mohon tunggu...
Salman Alfrst
Salman Alfrst Mohon Tunggu... Freelancer - Influencer

saya adalah seorang mahasiswa prodi manajemen bisnis. selain itu saya juga adalah seorang influencer muslim yang aktif di sosial media instagram dengan membagikan konten edukasi dan pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kebenaran Pengkhianatan Antara Anies dan Prabowo

6 Maret 2024   12:08 Diperbarui: 6 Maret 2024   12:11 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ditulis oleh: Salman Alfa, Aktifis Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA PERSIS)

 

Sebelum sahabat membaca lebih jauh, penulis sangat menyarankan untuk membaca tulisan ini dengan memposisikan diri sebagai masyarakat sipil yang netral (tidak diposisi pendukung salah satu paslon manapun), dinginkan fikiran dan pakai akal sehat anda. Terimakasih.

Kedekatan antara Prabowo dan Anies bermula menjelang Pilgub DKI 2017. dimana pada Pilgub tersebut ada 3 pasangan yang debut untuk meraih posisi DKI 1, yaitu pasangan 01 (Agus-Sylvi), pasangan 02 (Basuki-Djarot) dan pasangan 03 (Anies-Sandi). pada saat itu juga dinamika politik nasional sedang panas dan menjadi perbincangan dimana-mana. Ditambah lagi adanya demo besar-besaran dari umat Muslim Indonesia akibat pernyataan Petahana Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang mengutip ayat Al-Qur'an dengan tafsir yang keliru. Sehingga terjadi gejolak kemarahan yang dahsyat. tetapi mari kita simak apa yang terjadi sebelumnya.

Jauh sebelum duet Anies-Sandi telah ada bakal calon dari partai Gerindra dan PKS yakni Sandiaga Uno -- Mardani Ali Sera. Tetapi sandiaga, Mardani dan beberapa tokoh bangsa yang terlibat sadar betul bahwa sulit untuk menemukan lawan yang sepadan sebagai tandingan Gubernur petahana Ahok. Dan ditemukanlah nama Anies Baswedan.

Menurut penuturan dari Sandiaga, ada satu penghalang dalam pencalonan Anies-Sandi yaitu Prabowo Subianto yang menolak keras karena beliau ingin kader dari partainya yang menjadi Gubernur yaitu Sandiaga bukan Anies. Kemudian Politisi Bernama Fadly Zon yang merupakan kader dari Gerindra turun tangan menangani masalah ini dan berbicara kepada Prabowo. hingga pada akhirnya Prabowo menyetujui pencalonan Anies-Sandi. Dan setelah itu terciptalah pasangan yang menjadi lawan sepadan bagi Ahok-Djarot yakni duet maut Anies-Sandi.

            Pada putaran pertama PILKADA DKI 2017, pasangan nomor 01 Agus-Sylvi menjadi juru kunci dalam perolehan suara dengan total 936.461 (17,06%) suara yang memaksa pasangan ini harus gugur. Pasangan 02 Ahok Djarot dengan total perolehan suara sebanyak 2.357.785 (42,96%) suara. dan pasangan 03 Anies-Sandi sebanyak 2.193.530 (39,97%).

Dilanjut pada putaran kedua, dan pada akhirnya Anies-Sandi keluar sebagai pemenang setelah mengalahkan Ahok-Djarot dengan perolehan suara yang terlampau jauh, yakni pasangan Anies-Sandi memperoleh suara sebanyak 3.240.332 (57,95%) dan Ahok-Djarot sebanyak 2.351.245 (42,05%).

Setelah terpilih menjadi Gubernur DKI, seluruh mata tertuju kepada Anies Baswedan termasuk peluangnya untuk maju dalam Pilpres 2019. Pada tahun 2018, Anies diundang untuk ke media ternama "Mata Najwa" yang pada rekaman itu Ia mengatakan "tidak akan mengkhianati Prabowo untuk maju sebagai calon presiden meski tawaran itu datang karena posisinya menjadi Gubernur DKI yang memang memiliki magnet tersendiri.

Masuklah pada tahun 2019, dimana Prabowo menggandeng Sandi menghadapi Jokowi-Ma'ruf Amin. Prabwo mengusung tema perubahan dan Jokowi keberlanjutan. Di acara konferensi nasional partai gerindra, Anies kemudian hadir meski secara tidak langsung mendukung Prabowo dengan tidak menjadi timses dan tdak terlibat dalam kampanye, tetapi anies mendukung penuh perubahan yang menjadi tujuan Prabowo sesuai denga nisi pidatonya.

Pada hari H Pilpres, jumlah suara sah pasangan Jokowi-Ma'ruf mencapai 85.607.362 atau 55,50% dari total suara sah nasional. Sedangkan jumlah total suara sah pasangan saingan Prabowo-sandi sebanyak 68.650.239 atau 44.50% dari total suara sah nasional. Akhirnya Prabowo harus mengakui lagi kemenangan Jokowi.

Prabowo pun menolak hasil pemungutan suara yang dilakukan oleh KPU karena dinilai dalam pelaksanaannya yang penuh kecurangan. Buntut dari penolakan hasil pemilu tersebut adalah aksi demo tolak hasil pemilu yang lebih dikenal sebagai aksi 22 mei yang terjadi di depan Gedung bawaslu. Awalnya aksi tersebut berjalan damai tetapi pada malam menjelang dini hari kerusuhan pecah hingga berujung pada banyaknya korban akibat aksi tersebut.

Anies baswedan kemudian mengunjungi korban aksi massa 22 mei yang meninnggal dunia. Tapi kemana Prabowo? Prabowo bertemu Jokowi di MRT Jakarta yang merupakan awal dari bergabungnya Prabowo kedalam kabinet. Tak lama setelah itu, Prabowo resmi dilantik oleh Jokowi dan menjadi Menteri pertahanan republik Indonesia kabinet Indonesia maju era presiden Jokowi.

Setelah Prabowo bergabung dengan Jokowi, Anies terpaksa berjalan sendiri meraih cita-cita perubahan yang dahulu digagas Bersama Prabowo. Di sisi lain Anies tetap melajutkan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta dan menuntaskan jabatannya selama 5 tahun serta menolak tawaran untuk mencalonkan diri sebagai capres 2019.

Anies kemudian maju sebagai calon presiden 2024 masih dengan cita-cita yang sama yakni Perubahan, tetapi kali ini dia tidak Bersama Prabowo lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun