Mohon tunggu...
Tentang Kita dan Anak
Tentang Kita dan Anak Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Karakter Anak

Talk about #parenting #charactereducation #fitrahbasededucation #techeducation #techenthusiast Pemuda Berdampak 2022 | Peringkat II KTI tentang Pendidikan Karakter Anak | Fasilitator Dampak Sosial Indonesia 2022 | Pegiat Pendidikan Karakter Anak | Awardee Beasiswa Zillenial Teacher 2022 | Awardee Beasiswa IMN 2023 | Awardee Beasiswa kitabisa.com 2023 | Awardee Beasiswa Wardah Inspiring Teacher 2023 | Sustainability Enthusiast | Tech Ethusiast | President of @sekolahinspirasi.id | ICT Teacher of @sekolahglobalmandirijakarta | Character Education Activist of @sekolahguruindonesia

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Menumbuhkan Literasi Finansial Pada Anak

22 Januari 2024   00:09 Diperbarui: 22 Januari 2024   00:12 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menumbuhkan literasi finansial pada anak bukan hanya dengan mengajarkan menabung untuk membeli keinginan mereka tapi ada pondasi yang tidak boleh dilewatkan.  Membantu anak membedakan kebutuhan dan keinginan serta menunda/menahan keinginan.

Siapa sih yang ngga mau menabung kalau ada uangnya? Kan enak kalau nabung sedikit demi sedikit lama-lama bisa jadi bukitTapi untuk jadi bukit tuh lama prosesnya.

Jadi, daripada nunggu lama untuk mendapat "kesenangan" tersebut, mending yang cepat-cepat aja. Lumayan lah asal bisa ngopi-ngopi tiap hari atau healing tipis-tipis tiap weekend daripada buat nabung liburan atau beli gadget terbaru. Kelamaan. Ntar liburan atau beli HP bisa pakai CC atau pinjol

Kira-kira begitu ilustrasi kenapa sebagian orang "susah" menabung. Bukan hanya karena tidak diajarkan menabung, tapi berkaitan dengan "jebakan" instant gratification.

Terlebih, rasanya nabung saat kecil dan pas udah gede dengan penghasilan sendiri tuh beda rasanya. Pas kecil kan uangnya dari orang tua, apalagi kalua udah dijatahin "ini buat nabung ya". Ya ngga susah lah, tinggal terima uang dari orang tua, terus celengin di celengan atau bank. Intinya tidak ada uang milik kita yang "berkurang".

Tapi ketika sudah punya penghasilan sendiri, berarti nabungnya ya dari kantong kita. Sehingga tidak lagi semudah menjalankan kebiasaan menabung, tapi ada emosi lebih yang terlibat dan persepsi tentang uang itu sendiri. Dan fondasinya adalah :

  • Kemampuan membedakan kebutuhan dan keinginan
  • Kemampuan menunda/menahan keinginan

Sayangnya fondasi ini tidak dapat diajarkan di sekolah ataupun tempat lain, karena berkaitan dengan persepsi dan emosi yang terbangun sejak dini. Dari mana fondasi tersebut terbangun? Sama halnya relasi dengan orangtua, orang lain, uang dan benda lainnya juga dibangun di rumah sering kita dengar bahwa "kekayaan dan kemiskinan itu diturunkan" dan bukan hanya materinya yang diwariskan.

Dokpri
Dokpri

Pernah bertanya-tanya kenapa Miliarder "lama" biasanya tidak melakukan flexing seperti Miliarder "baru"? karna meski uangnya sama banyak, tapi mindset dan konsep dirinya berbeda.

"Orang yang menunjukkan perilaku flexing di media sosial disampaikan Lu'luatul Chizanah (Dosen UGM) mengindikasikan self esteem atau harga diri yang lemah. Tanpa disadari orang yang kerap melakukan flexing sebenarnya tidak mempunyai kepercayaan terhadap nilai dirinya. Flexing dilakukan sebagai upaya untuk menutupi kekurangan harga diri dengan membuat orang lain terkesan." (sumber: ugm.ac.id)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun