Mohon tunggu...
Tentang Kita dan Anak
Tentang Kita dan Anak Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Karakter Anak

Talk about #parenting #charactereducation #fitrahbasededucation #techeducation #techenthusiast Pemuda Berdampak 2022 | Peringkat II KTI tentang Pendidikan Karakter Anak | Fasilitator Dampak Sosial Indonesia 2022 | Pegiat Pendidikan Karakter Anak | Awardee Beasiswa Zillenial Teacher 2022 | Awardee Beasiswa IMN 2023 | Awardee Beasiswa kitabisa.com 2023 | Awardee Beasiswa Wardah Inspiring Teacher 2023 | Sustainability Enthusiast | Tech Ethusiast | President of @sekolahinspirasi.id | ICT Teacher of @sekolahglobalmandirijakarta | Character Education Activist of @sekolahguruindonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pede itu Bukan Soal Berani Tampil

23 Desember 2023   21:44 Diperbarui: 24 Desember 2023   00:02 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

- Hindari kekerasan pada anak. Bullying (baik di dalam maupun di luar rumah) sangat berpengaruh terhadap harga diri seseorang. Jangan sampai kita adalah pelakunya di rumah. Dan korban kekerasan di dalam rumah, berpotensi menjadi pelaku atau korban bullying. Bentuknya bukan hanya kekerasan fisik, tapi juga kekerasan verbal melalui kata-kata yang mungkin kita tidak sadari, kekerasan psikologis yang membuat anak takut atau cemas berlebihan, merasa tidak berdaya, terlalu sering mengabaikan perasaannya, dan kekerasan seksual.

- Hindari terlalu sering mengkritik apa yang sedang dilakukan anak. Tapi kita bisa contohkan caranya dan jelaskan pada lain kesempatan. Hal-hal seperti pakai baju terbalik, tumpah-tumpah ketika menuang air/makanan, keluar garis ketika mewarnai, sering menjatuhkan barang, dam sebagainya khas anak usia dini bukanlah kemampuan yang bisa "diperbaiki" dengan kata-kata kita tapi melalui aktivitas motorik yang beragam pada anak.

- Jeli terhadap bahasa tubuh dan respon anak. Jika anak terlihat tidak nyaman dengan candaan atau sikap kita, berhentilah melakukannya.

- Beri ruang untuk anak melakukan kemandirian, bereksplorasi dan berekspresi selama tidak melanggar value dalam keluarga.

- Bantu anak menemukan minat dan bakatnya. Ketika seseorang mengerjakan minatnya dan menggali bakatnya, ia akan "berani tampil" dengan sendirinya.

- Responsif terhadap apa yang disampaikan anak. Dimulai dari attachment di usia 0-2 tahun melalui menyusui, gendongan, sentuhan sayang, responsif termasuk pada tangisannya dan bahasa tubuhnya, komunikatif baik melalui kata-kata, senyuman, pandangan mata, dan sebagainya.

Dokpri
Dokpri

- Buat anak nyaman dengan dirinya sendiri dan hindari labelling. Hati-hati terhadap labelling dan kritikan yang dipercayai anak. Kata-kata kita bisa menjadi inner voice mereka di kemudian hari. Kita juga bisa menetralisir persepsi anak ketika ia melabel dirinya sendiri atau mendapat labelling dari orang lain.

"nakal", "iya, anaknya pemalu", "susah banget dikasih tau", "A sukanya marah-marah nih", "sakit terus sih kamu", "kita tuh ngga punya uang, jangan minta macam-macam", "kamu ngga bisa melakukan ini", "emang ngga bisa rapih ya kamu!", "malas banget sih"

"Bukan ngga bisa, A belum bisa ya? Mau coba sekarang?", "Tidak apa-apa sekarang A lagi sakit karena.., nanti InsyaAllah sehat. yuk berdoa", "Tidak apa-apa kalau belum nyaman ngobrol dengan orang yang jarang bertemu, itu namanya bukan pemalu"

- Hindari membanding-bandingkan anak. Masih banyak cara memotivasi anak yang tidak mempengaruhi harga dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun