Mohon tunggu...
Tentang Kita dan Anak
Tentang Kita dan Anak Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Karakter Anak

Talk about #parenting #charactereducation #fitrahbasededucation #techeducation #techenthusiast Pemuda Berdampak 2022 | Peringkat II KTI tentang Pendidikan Karakter Anak | Fasilitator Dampak Sosial Indonesia 2022 | Pegiat Pendidikan Karakter Anak | Awardee Beasiswa Zillenial Teacher 2022 | Awardee Beasiswa IMN 2023 | Awardee Beasiswa kitabisa.com 2023 | Awardee Beasiswa Wardah Inspiring Teacher 2023 | Sustainability Enthusiast | Tech Ethusiast | President of @sekolahinspirasi.id | ICT Teacher of @sekolahglobalmandirijakarta | Character Education Activist of @sekolahguruindonesia

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Berani di Kandang, Malu Saat di Luar Rumah bagi Anak Usia Dini

23 Juli 2023   19:06 Diperbarui: 23 Desember 2023   19:22 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jago kandang adalah sebutan bagi seseorang yang lebih berani mengekspresikan dirinya di rumah atau lingkungannya sendiri dibandingkan di luar lingkungannya. Jago kandang ini berhubungan dengan waktu seseorang beradaptasi di lingkungan baru dan sifat dasar anak. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk beradaptasi, semakin tampak sisi "Jago Kandang"nya.

Jika tidak ada yg memaksa, tidak terlalu heboh "dimotivasi", tidak dilabel, dan ada orangtua yang mendampingi dengan responsif insyaAllah anak akan lebih mudah merasa nyaman. "Tapi kok Si A bisa ya langsung ngobrol sama siapa aja" Aduh, masih ada aja yangmikir semua anak itu sama? Intinya, semua anak-anak itu awalnya sangat otentik. Asli. Ngga dibuat-buat. 

Kalau ada yang ceriwis dan mudah bersosialisasi di luar lingkungannya, bukan berarti mereka tidak "jago kandang". Di dalam rumah, mereka pun lebih ekspresif daripada itu. Itu artinya keunikan mereka adalah senang berbicara, senang tampil, dsb. Memang begitulah anak-anak, akan melakukan apa yang menjadi minatnya. Maka keunikan-keunikan tersebut perlu dengan jeli diobservasi dan diarahkan, sehingga mereka juga bisa belajar tentang batasan bersosialisasi dan diarahkan kegiatannya.

Seorang anak yang sangat terlihat "jago kandang" pun itu merupakan keunikan dirinya. Artinya, dia punya kemampuan "mengamati" atau mengobservasi yang lebih peka. Dia bisa punya empati yang lebih tinggi juga, bisa menjadi pendengar yang baik, dll. selama keunikannya itu diterima. Tidak disalahkan "makanya kamu main dong bareng-bareng, jangan sendiri aja", tidak dipermalukan "iya nih, anaknya pemalu. susah bergaul", tidak dibuat merasa "ada yg salah pada dirinya" maka bersosialisasi adalah hal yg tak perlu diajari.

Bukankah manusia itu makhluk individu sekaligus makhluk sosial? Maka Si Jago Kandang hanya perlu diberi ruang untuk mengobservasi. Mungkin ketika kecil, anak-anak ini terlihat kurang "hebat", tapi bayangkan ketika mereka beranjak remaja lalu dewasa, dengan kemampuan observasi yang makin baik. Mereka tidak reaktif, tidak FOMO, tidak mudah terpengaruh, fokus pada apa yang ada pada dirinya sehingga tidak mudah membandingkan dirinya dengan orang lain, dsb.

Lalu, apa yang perlu diperhatikan ketika anak bersosialisasi?

Perlu diingat bahwa anak usia dini itu masih di tahap egosentris. Artinya, mereka memusatkan dunia pada dirinya. Mereka bisa mudah merasa tidak diterima, mereka bisa merasa harus melakukan sesuatu agar diterima, mereka banyak meniru, mereka banyak membandingkan dirinya sehingga mereka sering mempertanyakan "kok aku tidak seperti dia?" "Kok aku begini, dia begitu?" "Kok dia punya itu, aku ngga?".
Bukan, bukan berarti harus disteril dan tidak boleh bersosialisasi dengan orang luar. Paparan bersosialisasi pada anak-anak itu ibarat vaksin. Tapi, pastikan vaksinnya sesuai dengan kebutuhan, bukan malah nambah "penyakit".

Kalau lingkungannya zona merah ya jangan biarkan anak kita bermain di sana hanya karena "supaya bersosialisasi". Kebutuhan utama sosialisasi pada anak usia dini adalah bersama keluarga di rumah.
Yang dianggap vaksin adalah ketika paparan sosialisasi ini tidak memberi pengaruh buruk pada anak dan dapat dikomunikasikan untuk membantu mereka memperluas perspektifnya tentang perbedaan. Sehingga mereka pelan-pelan memahami "oh ada ya yang begini, oh ada ya yg begitu.." lalu role play cara-cara bersosialisasi, kemungkinan-kemungkinannya, dan batasannya apa saja.

Jika anak sudah dapat diedukasi bahwa "tiap keluarga punya aturan yang berbeda" "kita tidak harus sama dengan orang lain", maka berarti anak sudah cukup siap bersosialisasi dan ini bisa menjadi "vaksin" untuk dirinya sehingga terbiasa dengan perbedaan tanpa merasa lebih baik atau lebih buruk. Tapi, ketika anak masih sering meniru yang kurang baik, merasa tidak diterima jika berbeda, masih kesulitan membedakan kebutuhan dan keinginan, belum mampu menahan keinginan sehingga selalu ingin mendapatkan yang orang lain miliki dan membuat orangtua merasa wajib menurutinya, maka anak (dan orangtua) belum siap bersosialisasi dan perlu merawat fitrah individualitasnya terlebih dahulu.

Sadarkah beberapa permasalahan jaman sekarang diantara anak-anak, remaja bahkan dewasa muncul karena terlalu fokus pada orang lain sebelum individualitasnya terbangun. Berapa banyak anak yang memiliki kebiasaan membeli sesuatu yang bukan kebutuhannya hanya karena melihat orang lain memilikinya? Berapa banyak remaja yang terbujuk untuk ikut-ikutanan temannya melakukan kriminalitas agar dianggap setia kawan? Berapa banyak orang dewasa yang terjebak FOMO hingga harus berhutang pinjol untuk menonton konser atau membeli iph*ne agar diterima di lingkungan pertemanannya? Berapa banyak orang yang kesulitan berpegang pada kebenaran karena tak mau dianggap asing atau aneh?

Padahal..
"Kebenaran itu makin lama akan asing.. kebenaran itu makin lama akan dipandang aneh. Maka tumbuhkan dulu ego anak-anak kita.. individualitas sebelum sosialitas" - Ust. Adriano Rusfi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun