Mohon tunggu...
Tentang Kita dan Anak
Tentang Kita dan Anak Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Karakter Anak

Talk about #parenting #charactereducation #fitrahbasededucation #techeducation #techenthusiast Pemuda Berdampak 2022 | Peringkat II KTI tentang Pendidikan Karakter Anak | Fasilitator Dampak Sosial Indonesia 2022 | Pegiat Pendidikan Karakter Anak | Awardee Beasiswa Zillenial Teacher 2022 | Awardee Beasiswa IMN 2023 | Awardee Beasiswa kitabisa.com 2023 | Awardee Beasiswa Wardah Inspiring Teacher 2023 | Sustainability Enthusiast | Tech Ethusiast | President of @sekolahinspirasi.id | ICT Teacher of @sekolahglobalmandirijakarta | Character Education Activist of @sekolahguruindonesia

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Memahami Cara Pandang Selflove dan Selfish untuk Anak Usia Dini

6 Juli 2023   22:42 Diperbarui: 6 Juli 2023   22:51 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama Kita Dangkal Memahami Selflove Maka Akan Terpeleset Menjadi Selfish (Adjie Santosoputro)

"Energi orangtua itu harus memberi bukan menuntut" Founder Anak Juga Manusia

Ketika kita menjadi pemberi maka kita akan menemukan orang-orang yang saling memberi dan kita akan menemukan orang-orang yang egois ketika kita menjadi orang egois.

Menikmati peran menjadi orangtua bukan tentang seberapa banyak me-time yang kita punya ataupun mispersepsi “healing” alias pengalihan tapi dari mindset yang benar terlebih dulu. “Be a giver, not a taker.”

Orangtua A mengasuh anaknya dengan mindset giver. Berusaha melakukan yang terbaik karena ia paham bahwa Allah yang mempercayai seorang anak pada dirinya. Bukan hanya supaya Si Anak bertumbuh, tapi juga orangtuanya bertumbuh.

Adakah orang selain anak yang mampu membuat seseorang “ingin menjadi lebih baik”? Tapi di lain tempat, ternyata ada orangtua B mengasuh anaknya dengan mindset taker sehingga seringkali “dipusingkan” dengan hasilnya. “Kamu harusnya begini dong.”, “Kamu kok ngga melakukan...”

Usahanya mungkin sama, tapi lelahnya berbeda. Lebih menikmati yang mana? Lalu pertanyaannya, apa yang menentukan Giver dan Taker?

Pahami dulu : tidak ada seorang manusia pun yang tercipta untuk keburukan. Singkatnya : “fitrahnya tak tumbuh sempurna”

“Luka persepsi akan menimbulkan buruknya persikapan di masa dewasa”- Ust. Harry Santosa Rahimahullah

Maka untuk menjadi Giver itu cukup dirawat fitrahnya, karena yang namanya berempati itu Allah sudah kasih “reward” alaminya kok, yang bisa membuat seseorang menjadi Giver. Ketika seseorang memberi, membantu, melakukan sesuatu untuk orang lain dengan dorongan dari dalam dirinya sendiri maka akan memproduksi hormon kebahagiaan pada otaknya. Itulah sebabnya orang merasa “penuh jiwa”nya ketika setelah berbagi, berbuat sesuatu, dan merasa bermanfaat untuk orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun