Selama hampir sepuluh tahun, Nabi Muhammad Saw berjuang di Makkah, menyebarkan pesan Tuhan dan mengumpulkan sekelompok kecil pengikut. Pertama-tama, beliau melakukannya secara diam-diam di lingkungan sendiri dan dikalangan rekan-rekannya. Setelah beberapa lama dilaksanakan dakwah secara individual, turunlah perintah agar Muhammad menyebarkan Islam secara terbuka. Mula-mula mengundang dan menyeru kerabat-karibnya dari Bani Abdul Muthalib.Â
Langkah dakwah selanjutnya adalah menyeru masyarakat umum. Muhammad mulai menyeru segenap lapisan masyarakat untuk menganut Islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya. Dengan usahanya gigih hasil yang diharapkan mulai terlihat. Terbukti, jumlah pengikut Muhammad yang pada mulanya hanya belasan orang, semakin hari semakin bertambah, terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang yang tak punya (miskin). Meskipun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang lemah, namun semangat mereka sungguh membaja.Â
Setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Muhammad. Semakin bertambahnya jumlah pengikut Muhammad, semakin keras tantangan yang dilancarkan kaum Quraisy. Di tambah lagi dengan kematian istrinya, Khadijah, dan kematian pamannya, Abu Thalib, yang sekaligus sebagai pelindungnya pada tahun 619 M, membuat hidupnya semakin sulit. Oposisi orang-orang Makkah meningkat, mulai dari ejekan dan serangan-serangan verbal sampai penganiayaan.
Karena keadaan di Makkah semakin memburuk, Muhammad mengirimkan beberapa pengikutnya ke wilayah-wilayah lain, seperti Abessinia, demi keamanan selama tiga bulan. Kemudian pada tahun kesebelas dari permulaan kenabian, terjadilah suatu peristiwa yang tampak sederhana, tetapi ternyata kemudian merupakan titik kecil awal lahirnya suatu era baru bagi Islam juga dunia, yakni perjumpaan Nabi Muhammad di Aqabah, Mina, dengan enam orang suku Khazraj, Yatsrib, yang datang ke Makkah untuk menunaikan haji. Sebagai hasil perjumpaan, enam tamu dari Yatsrib tersebut masuk Islam dengan memberi kesaksian bahwa "Tiada Tuhan Selain Allah dan Bahwa Muhammad Adalah Utusan Allah Swt.Â
Setelah itu, Muhammad diundang oleh sebuah delegasi dari Yatsrib, yang kelak disebut Madinah, sebuah kota berjarak dua ratus mil sebelah utara Makkah, untuk menjadi arbitran atau hakim kepala dalam perseteruan antara suku-suku Arab di Yatsrib. Muhammad dan dua ratus orang pengikutnya secara diam-diam berhijrah, mulai dari bulan Juli sampai September 622 ke Madinah. Hijrah ini menjadi titik balik bagi keberuntungan Muhammad dan tahapan baru dalam sejarah gerakan Islam. Islam mengambil bentuk politik dengan terbentuknya sebuah umat negara di Madinah.
Arti penting Hijrah dicerminkan dalam pengambilannya sebagai awal tahun baru Islam. Kaum Muslim memilih awal tahun sejarah mereka tidak berdasarkan tahun kelahiran Muhammad ataupun diturunkannya wahyu pertama kepadanya, melainkan dari pembentukan komunitas Islam (umat). Umat ini sebagaimana pribadi-pribadinya, menjadi kendaraan untuk mewujudkan kehendak Ilahi di muka bumi. Hijrah juga menandai awal era Muslim, karena pada titik inilah Nabi Muhammad mampu menerapkan gagasan "qur'ani" secara maksimal, dan Islam menjadi sebuah faktor dalam sejarah. Ini adalah sebuah langkah revolusioner karena hijrah bukanlah sekedar perubahan alamat dari Makkah ke Madinah. Wallahu a'lam...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H