Mohon tunggu...
Salma Nadia Salsabilla
Salma Nadia Salsabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - saat ini menjadi mahasiswa dan aktivis di berbagai organisasi

hai selamat datang, semoga suka dengan tulisanku ya!

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku Warna Warni PII

5 Januari 2024   07:00 Diperbarui: 7 Januari 2024   12:58 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada juga cerita tentang pengalaman salah satu kader brigade yang menceritakan terntang pengalaman uniknya dalam acara Muktamar Nasional di Aceh, dimana saat itu terjadi konflik antara RI dan GAM. Dari cerita ini dapat diambil hikmahnya bahwa orang-orang yang mengisi Brigade setidaknya memiliki sisi keberanian, kesahajaan, kecerdasan, dan juga kreativitas. Tidak sekadar sense of security yang harus dimiliki, tapi brigade juga bisa sentimental juga.

Ada juga pengalaman unik lainnya dimana PII itu secara formal tidak ada di pesantren, tetapi tetap eksis dengan gerak bawah tanahnya (istilah saat itu adalah double cover). Karena banyak anak PII yang menjadi pengurus harian pesantren dan OSIS, maka kegiatan PII pun menyusupi aktivitas kedua organisasi itu. Proposal yang diajukan ke Pak Kyai atau pihak sekolah berstempel OSIS atau pengurus harian pesatren, tapi kegiatannya bermateri Pra-batra. Pun demikian, pematerinya banyak dari KB PII.

Tradisi keilmuan dan terus mengasah dengan membaca dan menulis adalah kiprah seorang aktifis PII. Sebab peradaban zaman selalu diukir dan dijalani dengan sebuah karya tulis, pembentukan karakter seseorang juga tidak bisa dilepaskan dari kebiasaan membaca. Allah SWT. pun telah memerintahkan 'iqra' dalam surah Al Alaq, sehingga membaca merupakan konsekuensi lahiriah dari ada tidak adanya sebuah peradaban. Napas peradaban berikutnya adalah keyakinan, yakni dengan menyakini Allah itu Maha Kuasa. Dengan mengingan dan beribadah sesuai dengan ajaranNya menjadikan perilaku kita karimah. Akhirnya wujud dari semua itu adalah pribadi yang abdan syakuura. 

Ada juga cerita pengalaman uniknya dalam mengikuti PII yaitu dengan berubahnya beberapa pandangan, sikap, dan kepribadian, yaitu tentang kepemimpinan, semangat belajar menjadi tradisi keilmuan dan mempelajari islam sebagai landasan nilai-nilai ideal bagi pengetahuan umum, selanjutnya ada budaya arisan ilmu (mendiskusikan buku yang telah dibaca dan di resume) dan diskusi secara islamis untuk memperoleh solusi dari suatu masalah, lalu yang terakhir setiap kader PII adalah kader umat bukan kader organisasi (yang berkecenderungan Ashshobiyyah). Gerakan islam yang berjuang secara penuh untuk mewujudkan kehidupan islam di masyarakat secara kaffah, memiliki kesiapan konsep islam secara jernih dan kuat, memiliki kader-kader yang tangguh, basis massa yang kuat memiliki hubungan yang baik dengan berbagai simpul masyarakat, memiliki dukungan para tokoh diberbagai lapisan masyarakat, memiliki jaringan kerja yang lengkap dan rapi serta strategi yang jitu untuk melahirkan pemikiran islam dan menegakkan syariah sebagai rujukan mayoritas masyarakatnya. Gerakan islam tersebut harus istiqomah dalam gerakannya meliputi pemikiran (fikriyah), politik (siyasiyah), dan tanpa kekerasan (la maddiyah), sehingga gerakan tersebut tidak mudah dibungkam dan dibekukan oleh penguasa dan lawan-lawan politiknya.

PII adalah komunitas tempat semua elemen pelajar berkumpul. Membicarakan segala hal dan semua hal yang akan meningkatkan kompetensi mereka. Tentunya hal ini akan terwujud apabila ada sarana infra dan supra yang memadai. Banyak hal yang bisa kita dapatkan di PII, yaitu mendidik agar hidup agamis (perilaku yang sesuai denga Al Qur'an dan hadist), cerdas, mandiri, dan kreatif.

PENILAIAN 

- kelebihan 

1. Buku ini sangat bagus untuk dibaca, karena memiliki bahasa yang ringan dan mudah dimengerti oleh setiap kalangan.

2. Buku ini juga menarik karena berisi tentang cerita unik dari aktivis PII yang dapat membangkitkan kembali semangat berjuang kader PII

- kekurangan 

Banyak sekali kesalahan penulisan didalam buku ini seperti :

  • Kata sekedar yang seharusnya adalah sekadar dalam KBBI
  • Kata aktifis yang seharusnya adalah aktivis dalam KBBI (cover buku)
  • Dobel dalam penulisan kata tentang (hal 81)
  • Kata peleno yang seharusnya adalah pleno agar sesuai dengan KBBI (83)
  • Kata manfa'at yang seharusnya adalah manfaat agar sesuai dengan KBBI (hal 94)
  • Kata juruasan yang seharusnya adalah jurusan agar sesuai dengan KBBI (hal 122)
  • Kata gondok (dalam bahasa indonesia adalah merajuk) seharusnya diberi pengertian agar para pembaca yang tidak mengerti bahasa jawa bisa memahami juga maksud dari kata tersebut. (hal 92)
  • Kata nafas yang seharusnya adalah napas agar sesuai dengan KBBI (hal 31)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun