Mohon tunggu...
Salma Nada Fadhila
Salma Nada Fadhila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/UIN Sunan Kalijaga

sedang kuliah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Habitus Pierre Bourdie

21 November 2022   11:41 Diperbarui: 21 November 2022   11:53 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pierre Bourdieu, lahir pada tanggal 01 Agustus 1930 di Denguin, Prancis. Bourdieu tumbuh di kelas menengah bawah, ayahnya adalah seorang pegawai negeri yaitu petani sambilan yang bekerja juga di Kantor Pos Prancis, Bourdieu tumbuh dengan bahasa Gascokne, yaitu bahasa daerah di Prancis yang kini hampir punah. Ayahnya tidak pernah menamatkan sekolah formal sehingga mendorong Bourdieu supaya berprestasi di bidang akademis. Ibunya dapat melanjutkan sekolah hingga usia 16 tahun dengan tinggal bersama bibinya di Pau.

Pada tanggal 02 November 1962, dia menikahi Marie-Claire Brizzard dan memiliki tiga putra yang bernama Jerome, Emmanuel dan Laurent. Bourdieu menamatkan SMA-nya di Lycee Louis Le Grand. Bourdieu lulus SMA pada tahun 1951 kemudian melanjutkan kuliah di Ecole Normale Superieure (ENS). Bourdieu lulus sebagai agrege dari jurusan filsafat pada tahun 1955. Pemikiran Bourdieu juga banyak dibangun oleh teori Marxisian dan pemikir Marxis.

Habitus merupakan salah satu konsep yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu dalam teori strukturalisme genetiknya. Bourdieu (dalam Fatmawati, 2020:43) menjelaskan strukturalisme genetik sebagai analisis struktur-struktur objektif yang tidak bisa dipisahkan dari asal-usul struktur-struktur mental dalam individu-individu biologis yang sebagian merupakan produk penyatuan struktur-struktur sosial dan analisis asal-usul struktur-struktur sosial itu sendiri. Teori tersebut digunakan Bourdieu dalam usaha untuk menganalisis asal-usul sesuatu dan asal-usul struktur sosial. Sebab, analisis struktur objektif pada suatu objek tidak dapat dipisahkan dari analisis struktur mentalnya. Karena, sebagian dari struktur objektif dan mental tersebut merupakan hasil dari struktur sosial itu sendiri.

Bourdieu meyakini bahwa objektivitas dan subjektivitas keduanya tidak cukup untuk membahas mengenai realitas sosial. Maka, Bourdieu lebih tertarik dengan praktik yang menurutnya sebagai hasil hubungan dialektis antara internalisasi eksternalitas dan eksternalisasi internalitas (Krisdinanto, 2014:198). Eksternal adalah struktur objektif di luar perilaku sosial, sementara internal adalah sesuatu yang melekat pada perilaku sosial.

Habitus adalah struktur sosial yang terinternalisasi yang kemudian diwujudkan/dieksternalisasi (Fashri dalam Solissa, 2018:3). Maksudnya, habitus adalah hasil pengalaman seseorang tentang nilai-nilai sosial, terstruktur dan berlangsung dalam jangka waktu lama yang terintenalisasi dan menjadi suatu pola pikir. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa habitus berbeda dengan pola budaya (culture pattern). Kebudayaan bersifat given atau diterima begitu saja, sementara habitus terbentuk melalui proses latihan yang berkali-kali; terbentuk melalui pengalaman sosial (Ma'rifah & Mustaqim, 2016:357). Habitus merupakan struktur mental kognitif dapat dilihat dari persepsi, nilai-nilai, dan tindakan

Dalam pemahaman penulis, habitus adalah hasil pengalaman sosial aktor yang terjadi berulang kali dalam jangka waktu panjang lalu terinternalisasi hingga menjadi kebiasaan. Lalu menjadi suatu pola pikir aktor dalam penentuan sikap, tindakan dan persepsinya. Teori Habitus ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, seperti seorang anak yang lahir dari keluarga kelas atas, saat kecil ia selalu dipilihkan barang-barang mewah oleh orangtuanya dan selalu dipuji karena menggunakan barang-barang tersebut oleh ligkungan kelas atasnya. Saat dewasa, anak tersebut akan memilih barang-barang mewah seperti yang dilakukan orang tuanya dulu karena tidak dipuji saat tidak menggunakan barang tersebut.

Sumber :

Santoso, A dkk. (2020). Biografi Tokoh-Tokoh Sosiologi Klasik sampai Postmodern. Parepare : IAIN Parepare Nusantara Press.

Syarief, D dkk. (2022). Habitus Masyarakat Krapyak Kidul Kota Pekalongan Terkait Tradisi Lopis Raksasa. CaLLs, Vol 8 No. 1, 105-116

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun