Isu terkait climate change kini sudah menjadi ancaman global, bukan lagi ancaman yang harus kita hadapi di masa depan tetapi sudah menjadi ancaman kita saat ini. Jika saat ini saja sudah sangat menjadi ancaman untuk kita, bagaimana di waktu yang akan datang? Sepuluh sampai dua puluh tahun yang akan datang? Maka ancamannya sudah lebih serius. Jika kita sekarang tidak bertindak, maka yang terjadi adalah suhu akan mengalami kenaikan mencapai 2°C. Padahal itu yang menjadi tujuan global dalam Paris Agreement 2015.
Setiap negara memiliki janji atau komitmen untuk menangulangi kenaikan suhu global. Climate Action Tracker (CAT) adalah lembaga yang memantau tindakan pemerintah setiap negara dalam mencapai pengurangan emisi gas rumah kaca sesuai dengan tujuan dari Paris Agreement. Yang bersepakat untuk menahan kenaikan suhu global dibawah 2°C, dan membatasi hingga 1.5°C.
Climate Action Tracker (CAT) hadir sebagai panduan untuk mengevaluasi dan menilai komitmen iklim negara-negara dunia, khususnya negara-negara maju. Tidak semua negara dinilai dalam penilaian CAT. Negara yang termasuk adalah negara-negara maju yang berkontribusi besar terhadap emisi gas rumah kaca dan berperan dalam kebijakan iklim internasional.
CAT melacak aksi iklim 39 negara dan Uni Eropa yang bersama-sama bertanggung jawab sekitar 85% emisi global. Termasuk negara-negara maju yang memiliki emisi tinggi per kapita dan sumber daya ekonomi yang cukup untuk berinvestasi dalam aksi iklim.
Negara yang Memperoleh Nilai Tertinggi dari CAT
Swedia
Swedia memiliki kebijakan energi terbarukan yang ambis untuk mencapai net zero emision pada tahun 2045. Swedia telah menginvestasikan banyak dalam teknologi energi bersih dan memiliki pajak karbon yang tinggi, dan melakukan pengurangan emisi secara efektif.
Denmark
Denmark merupakan salah satu negara pemimpin dunia dalam transisi energi bersih dengan teknologi energi angin yang maju. lebih dari 50% dari konsumsi energinya berasal dari sumber energi baru terbarukan. Kebijakan pemerintah Denmark mendukung inovasi dalam teknologi hijau dan efisiensi energi. Denmark memiliki komitmen untuk mencapai net zero emision pada tahun 2050 dengan berinvestasi besar dalam energi angin lepas pantai. Denmark telah mengembangkan infrastruktur energi terbarukan yang signifikan, seperti ladang angin lepas pantai, dan pengurangan emisi di bidang tranportasi.
Finlandia
Finlandia berkomitmen untuk mencapai net zero pada tahun 2035, dengan fokus pada pengurangan emisi di sektor energi, transportasi dan industri. Finlandia meningkatkan penggunaan bioenergi dan investasi dalam pengembangan teknologi hijau.
Norwegia
Norwegia berkomitmen terhadap energi terbarukan dan pengurangan emisi, dengan menggunakan sumber daya hidroelektrik. Negara ini menggunakan pendapatan dari minyak untuk mendanai proyek-proyek energi terbarukan dan memiliki target ambisius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Negara ini juga mempromosikan kendaraan listrik secara luas.
Islandia
Islandia hampir seluruh kebutuhan energinya berasal dari energi terbarukan terutama hidroelektrik dan geotermal. Islandia telah berhasil menciptakan model keberlanjutan yang dapat ditiru.
Jerman
Jerman terkenal dengan “energiewende” atau transisi energi, transisi yang direncanakan oleh Jerman menuju pasokan energi rendah karbon. Jerman berkomimen mencapai target pengurangan emisi sebesar 65% pada tahun 2030 dibandingkan dengan tahun 1990, dan berinvestasi besar dalam teknologi angin dan solar.
Tindakan yang Dilacak dan Dinilai oleh CAT :
1. Dampak kebijakan pemerintah nasional terhadap emisi saat ini
Kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah nasional dan bagaimana perkiraan kebijakan tersebut dapat berpengaruh terhadap emisi nasional dalam jangka waktu hingga tahun 2030, atau bahkan lebih.
2. Dampak dari janji, target, dan INDC terhadap emisi nasional dalam jangka waktu hingga tahun 2030, atau bahkan lebih.
3. Porsi yang adil dan perbandingan upaya
Apakah pemerintah nasionalnya telah melakukan porsi yang adil atau wajar dibanding pemerintah lain dalam upaya untuk membatasi pemanasan global di bawah 2°C.
Pentingnya negara-negara berkembang dan yang memiliki banyak hambatan untuk mengikuti jejak negara-negara maju dengan penilaian tinggi dari CAT. Keberhasilan suatu negara global harus mendukung negara-negara lainnya untuk mencapai tujuan bersama dalam Paris Agreement 2015.
Untuk membatasi pemanasan global dibawah 2°C, dunia tidak bisa hanya bergantung dan mengandalkan negara-negara maju untuk mengatasi perubahan iklim global. Diperlukan kerjasama internasional yang lebih erat antara negara maju dan berkembang untuk berbagi pengetahuan dalam mitigasi perubahan iklim, terutama di bidang teknologi. Ini termasuk dukungan teknis dan finansial yang lebih besar bagi negara-negara yang paling terdampak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H