Mohon tunggu...
Gilang Bramanda
Gilang Bramanda Mohon Tunggu... Administrasi - Share your Care

Share your Care

Selanjutnya

Tutup

Politik

Semua Demi Pilpres 2019

24 September 2016   09:07 Diperbarui: 25 September 2016   17:14 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhirnya lengkap sudah calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017. Terdapat 3 pasang calon gubernur untuk pemilihan gubernur (Pilgub) DKI 2017 mendatang. Sempat tarik ulur pengumuman resmi pasangan calon gubernur dan wakil gubernur mana yg akan diusung oleh partai-partai politik.

Penentuan siapa calon gubernur kali ini bahkan benar-benar diumumkan oleh partai-partai pengusung di injury time menjelang penutupan pendaftaran KPUD pada tgl 23 Sept 2016 ini. Menjelang penutupan pendaftaran calon gubernur, maka muncullah nama 3 pasang calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2017, yakni : Ahok – Djarot Saeful HIdayat (Incumbent), Agus Yudhoyono – Sylviana Murni, dan Anies Baswedan – Sandiaga Uno.

Dengan munculnya komposisi calon gubernur DKI Jakarta 2017 saat ini, tidak sedikit yg menyebut bahwa pasangan Ahok – Djarot bakal menang mudah, karena memang lawan-lawannya yg bisa dibilang lemah dan masih hijau di dunia politik, padahal jabatan gubernur dan wakil gubernur merupakan jabatan politik. Contoh Anies Baswedan yg berlatarbelakang akademisi, Sandiaga Uno yg berlatarbelakang pengusaha, atau Agus Yudhoyono yg berlatarbelakang militer.

Banyak analisa dari netizen mengenai alasan munculnya 3 nama pasang calon gubernur dan wakil gubernur tsb. Berikut saya coba rangkum dan tarik garis besar alasan kenapa bisa muncul 3 nama tsb :

1. Ahok – Djarot Saeful Hidayat

Sempat berniat maju sebagai cagub dengan jalur independent, Ahok akhirnya diusung oleh 4 partai. Tiga partai awal yg mengusungnya adalah Golkar, Hanura dan Nasdem. Ahok yg sebenarnya tidak punya partai merasa dukungan 3 partai tsb masih kurang. Ahok mengincar dukungan dari PDIP sebagai pemegang kursi DPRD DKI Jakarta terbanyak dan juga sebagai partai penguasa di pemerintahan saat ini. Bahkan dengan banyaknya kursi PDIP di parlemen DKI Jakaarta, PDIP bisa mengusung sendiri calonnya tanpa harus berkoalisi.

Sempat tarik ulur dukungan antara Ahok dengan PDIP. Hingga detik-detik terakhir, PDIP akhirnya harus mengalah dengan mendukung Ahok sebagai gubernur dan Djarot Saeful Hidayat yg merupakan kader PDIP sebagai wakil gubernur.

Banyak yg bertanya-tanya, kenapa PDIP mau mengusung Ahok yg sebenarnya bukan kader partai pengusung menjadikannya sebagai calon gubernur dan menempatkan kadernya ‘cuma’ menjadi wakil gubernur? Padahal PDIP mampu mengusung sendiri calon gubernur dan wakil gubernur tanpa berkoalisi.

Sempat ramai bahwa walikota Surabaya Tri Risma yg merupakan kader PDIP yg akan maju sebagai gubernur. Namun, nama Risma mendadak hilang, atau mungkin Tri Risma memang disiapkan bukan utk DKI Jakarta, melainkan untuk ‘menguasai’ Jawa Timur, setelah kader PDID Gandjar Pranowo sukses menjadi gubernur Jawa Tengah.

Terlepas ada deal politik seperti apa atau tidak, tidak sedikit yg menganalisa bahwa PDIP ‘rela’ menjadi wakil gubernur dikarenakan selain memang nama Djarot tak sepopuler sang gubernur Ahok yg sering wara wiri di media. Dengan tingkat popularitasnya saat ini, ada peluang besar di Pilpres 2019 mendatang Ahok akan maju menjadi calon wapres Jokowi.

Hitung-hitungnya, jika Ahok maju menjadi cawapres dan sukses menjadi wapres, maka Ahok harus mundur sebagai gubernur dan Djarot otomatis ‘naik’ menjadi gubernur. Kasus yg sama seperti halnya Jokowi dahulu. Pada akhirnya, DKI Jakarta kembali dikuasai oleh PDIP.

2. Agus Yudhoyono – Sylviana Murni

Dua nama ini memang mengejutkan. Tidak ada yg memprediksi pasangan ini akan maju dalam pilkada DKI Jakarta. Tidak masuk dalam hitungan baik dimata lembaga-lembaga survey  maupun dimata warga DKI. Nama ini cenderung baru di dunia politik saat ini. Bahkan Agus Yudhoyono merupakan seorang militer muda berprestasi yg masih aktif berpangkat Mayor, sedangkan Sylviana merupakan seorang birokrat senior di pemerintahan DKI.

Kedua nama ini diusung oleh 4 parpol yakni Demokrat, PPP, PAN dan PKB yg dinamakan ‘koalisi Cikeas’. Sempat dikabarkan bahwa PKB, PAN dan PKB sebagai partai berbasis Islam mengajukan nama Yusril Ihza Mahendra sebagai calon gubernur yg layak sebagai lawan terkuat untuk pasangan calon petahana Ahok-Djarot, entah mengapa ketiga parpol pendukung pemerintahan tsb justru malah mengalah setelah SBY sebagai ketum partai Demokrat mengajukan sang putra sulung Agus Yudhoyono sebagai calon gubernur.

Bahkan Agus Yudhoyono-Sylviana bukanlah kader dari salah satu partai pengusung. Semua tau, Agus Yudhoyono memang dipersiapkan utk the next SBY, namun tidak ada yg menduga bahwa secepat ini SBY melakukannya. Partai Demokrat memang butuh sosok baru yg kharisma dan wibawanya bisa menggantikan SBY untuk menghadapi pilpres 2019 nanti. Bisa dibilang, moment pilkada DKI Jakarta 2017 bisa dijadikan jalur express dan ajang test drive utk memperkenalkan putra sulungnya di dunia politik.

HItung-hitunganya, jika pasangan Agus-Sylviana sukses menang di pilgub 2017, minimal sosok Agus Yudhoyono bisa di-jual saat kampanye Demokrat di Pilpres 2019 mendatang, atau bisa menjadi juru kampanye untuk sang ibu Ani Yudhoyono yg mungkin bisa juga akan maju menjadi capres 2019, apalagi jika Pilpres Amerika Serikat nanti, Hillary Clinton sukses menjadi presiden wanita pertama Amerika Serikat yg tentu akan mempengaruhi percaturan politik di seluruh negara di dunia.

Bahkan jika tingkat popularitas Agus Yudhoyono terus meningkat, tidak menutup kemungkinan juga Agus diproyeksikan bakal langsung maju menjadi cawapres dari partai Demokrat pada pilpres 2019.

3. Anies Baswedan-Sandiaga Uno

Pasangan ini adalah pasangan terakhir yg mendaftar ke KPUD sebagai pasangan cagub dan cawagub dan juga pasangan yg diumumkan di detik-detik terakhir jelang penutupn pendaftaran cagub dan cawagub yg diusung oleh 2 partai yakni Gerindra dan PKS.

Agak mengejutkan memang, tiba-tiba muncul nama Anies Baswedan sebagai cagub. Sama halnya nama Agus Yudhoyono, nama Anies Baswedan memang tidak pernah diperhitungkan dalam persaingan perebutan kursi DKI-1. Mungkin sekarang bisa terjawab kenapa presiden Jokowi mereshuffle Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, padahal saat menjadi Menteri, Anies tidak pernah membuat masalah dan tidak pernah membuat gaduh.

Yusril Ihza Mahendra sempat percaya diri bahwa ketua umum Gerindra Prabowo Subianto akan mendukung dan mengusung pencalonnya sebagai calon gubernur DKI Jakarta 2017. Namun, beberapa analisa netizen menyebutkan bahwa lagi-lagi moment pilpres 2019 menjadi pertimbangan. Prabowo tidak ingin peristiwa Jokowi for DKI tahun 2012 terulang lagi di pilgub 2017 nanti. Pada 2012 Prabowo mendukung dan mengusung Jokowi menjadi gubernur DKI 2012-2017 dan sukses menjadi gubernur DKI, namun disaat tingkat popularitas Jokowi semakin naik pesat, pada pilpres 2014 Jokowi maju menjadi capres melawan Prabowo dan menang.

Hal tsb bisa saja terjadi apabila Prabowo mengusung Yusril yg dengan kualitasnya memang sangat layak juga menjadi calon presiden RI 2019, mengingat sepertinya Prabowo masih ingin maju bertarung pada pilpres 2019 mendatang.

Apalagi Yusril pernah berucap bahwa moment pilgub DKI Jakarta 2017 kali ini bisa dijadikan batu loncatan-nya menuju pilpres 2019. Alasan ini juga mungkin yg membuat seorang Ridwan Kamil tidak ikut serta dalam pilkada DKI Jakarta kali ini. Tidak boleh ada yg popularitasnya melebihi Prabowo Subianto sebagai calon presiden mendatang. Pilgub DKI Jakarta 2017 adalah barometer utk Pilpres 2019 nanti.

Pendaftaran cagub dan cawagub sudah resmi ditutup. Terdapat 3 pasang cagub dan cawagub. Banyak yg memprediksi pasangan incumbent Ahok-Djarot akan menang mudah jika melihat lawan-lawannya. Apalagi jika ditantang adu program, mengingat lawan-lawan Ahok-Djarot adalah ‘pasangan dadakan’. Entah apakah lawan-lawan Ahok-Djarot ini sudah mempersiapkan dan membuat program-program untuk membangun ibukota atau belum.

Ada yg bilang politik itu dinamis, ada yg bilang juga politik itu transaksional, dan ada juga yg bilang politik cuma mementingkan kepentingan pribadi dan golongan. Inilah potret wajah dunia politik di Indonesia. Dan korban dari semua ini tak lain dan tak bukan adalah rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun